ELEKTRO INDONESIA                  Edisi ke Lima, Desember 1996

ENERGI
* Polutan Radioaktif dari Batubara
* Natuna Sumber Gas Terbesar di Dunia

Natuna Sumber Gas Terbesar di Dunia

Pendahuluan

Lapangan gas Natuna, yang ditemukan pada tahun 1973, terletak di laut Natuna kira-kira 225 km sebelah timur laut dari Pulau Natuna pada kedalaman laut 145 meter. Pulau Natuna terletak 600 km sebelah timur laut Singapura dan 1100 km sebelah Utara Jakarta. Reservoar bersangkutan diperkirakan mengandung cadangan hidrokarbon yang dapat dihasilkan kira-kira sebanyak 45 triliun kaki kubik atau 1.270 miliar meter kubik. Jumlah volume gas dalam reservoar, termasuk karbondioksida yang merupakan 71% dari volume keseluruhan, diperkirakan sebanyak 210 triliun kaki atau 6000 miliar meter kubik.
Suatu proyek LNG sedang direncanakan untuk lapangan gas Natuna, yang akan memproduksi dan memurnikan gas di lepas pantai dan mencairkannya di Pulau Natuna. LNG yang dihasilkan akan dipasok kepada pembeli di Jepang (jarak 4700 km), Korea Selatan (4000 km) dan Taiwan (2400 km). Kilang LNG di Pulau Natuna ini merupakan kilang ke tiga yang dimiliki Indonesia setelah di Arun dan Bontang. Sumber gas di Natuna merupakan salah satu sumber gas terbesar di dunia, ditinjau dari sudut volume gas yang ada di tempat maupun dari sudut volume hidrokarbon. Dan sumber gas Natuna sanggup menunjang komitmen berskala besar dan berjangka panjang.

Konsep Pengembangan

Untuk pengembangan Natuna memerlukan tiga aktivitas yang sangat terpadu : produksi dan pemurnian gas di lepas pantai, permurnian gas dan produksi LNG di darat, dan pembuangan gas limbah ke dalam tanah ke dalam suatu aquifer berporositas tinggi. Di lepas pantai gas akan di produksi dari resevoar Natuna yang berukuran sangat besar dan berkwalitas tinggi. Gas yang dihasilkan akan dipisahkan berdasarkan metode cryogenic menjadi gas komersial (terutama metana) dan gas limbah (terutama karbon dioksida). Instalasi lepas pantai akan meliputi anjungan-anjungan pengeboran dan tempat tinggal. Gas hidrokarbon akan disalurkan melalui pipa sepanjang 225 km ke Pulau Natuna untuk diolah lebih lanjut kemudian dicairkan menjadi LNG. Gas limbah dari lepas pantai maupun dari darat akan disalurkan melalui pipa ke anjungan-anjungan injeksi yang terletak di atas aquifer karbonat bermutu tinggi yang sangat luas. Di sana gas akan diinjeksi ke dalam aquifer dan dibuang untuk selamanya, dengan mengunakan teknik injeksi gas yang telah teruji. Tantangan teknis utama di Natuna yang telah ditanggulangi adalah penanganan gas limbah dan gas komersial dalam jumlah sangat besar dengan cara yang tepat biaya. Suatu penyelesaian tepat guna telah ditemukan, yang meskipun memerlukan teknologi canggih, tetapi telah terbukti dan memang kini telah diterapkan. Suatu unsur penting dalam konsep Natuna ialah untuk pengembangan produksi, pemurnian serta pembangunan instalasi LNG secara bertahap.
Lapangan gas Natuna adalah suatu karbonat berbentuk kubah di daerah Kontrak Bagi Hasil Blok D-Alpha, yang dioperasikan oleh Esso. Lapangan yang sangat luas ini panjangnya 25 kilometer dan lebar 15 kilometer. Luas daerah berpotensi produksi struktur ini adalah kira-kira 320 kilometer persegi dengan puncak reservoar kira-kira 2600 meter di bawah permukaan laut dan lapis temu gas-air kira-kira 4300 meter di bawah dasar laut. Formasi terumbu yang mengandung gas ini terdiri dari karbonat berumur Miosin Tengah dan Miosin Atas yang tebalnya lebih dari 1550 meter di bagian tengahnya. Tingginya produktivitas reservoar Natuna telah dibuktikan oleh analisa sebanyak 15 uji coba produksi pada lima sumur eksplorasi di lapangan tersebut. Kebenarannya telah dikonfirmasikan berdasarkan analisa data seismik dan petrofisik secara mendalam. Kira-kira 1000 km seismik telah dilaksanakan di daerah reservoar Natuna. Contoh gas yang diperoleh dari Natuna menunjukkan komposisi rata-rata : 71%CO2, 28% metana dan hidrokarbon yang lebih berat, 0,5% H2 S dan sekitar 0,5% N2. Uji coba sumur hanya menunjukkan variasi kecil saja pada komposisi gas, secara horizontal maupun vertikal. Jumlah volume gas di dalam reservoar Natuna, termasuk CO2 dan gas buangan lainnya, diperkirakan sebanyak 210 triliun kaki kubik (6000 miliar meter kubik), terdiri dari 60 triliun kaki kubik hidrokarbon dan 150 triliun kaki kubik karbon dioksida serta gas limbah lainnya. Cadangan hidrokarbon yang dapat diproduksi adalah sekitar 75% dari keseluruhan atau 45 triliun kaki kubik (1270 miliar meter kubik).
Konsep bertahap akan diterapkan pada pengembangan lapangan lepas pantai. Besarnya masing-masing unit ditentukan berdasarkan pertimbangan teknis maupun ekonomis, dan jumlah unit berdasarkan pada kriteria pasar dan ekonomi. Tiap satuan tambahan dari kapasitas lepas pantai akan menghasilkan gas sekitar 400 juta kaki kubik hidrokarbon per hari. Untuk tahap awal instalasi lepas pantai akan dipasang untuk memasok sekurang-kurangnya 800 juta kaki kubik hidrokarbon komersial per hari yang akan diproses menjadi 4,8 juta ton LNG tiap tahunnya.
Instalasi lepas pantai yang akan dibangun di atas kerangka tiang baja akan meliputi: anjungan-anjungan pengeboran dengan fasilitas untuk memproduksi gas, anjungan-anjungan tempat tinggal untuk karyawan operasi, anjungan-anjungan permurnian yang dilengkapi dengan fasilitas untuk memisahkan bagian terbesar karbondioksida dari gas alam berdasarkan metoda cryogenik, dan anjungan-anjungan injeksi untuk membuang gas limbah (CO2 ).
Anjungan-anjungan pemurnian merupakan kunci pembangunan Natuna. Anjungan-anjungan besar dan kompleks ini memungkinkan pemisahan bagian terbesar CO2 dari gas yang dihasilkan. Kajian rekayasa menunjukkan bahwa suatu kerangka geladak yang dirancang untuk memproses gas sampai jumlah 1,8 Miliar kaki kubik per hari, yang akan menghasilkan kira-kira 400 juta kaki kubik per hari gas komersial, akan berukuran sekitar lebar 65 meter dan panjang 115 meter dengan bobot lebih dari 43.000 ton. Kerangka geladak pemurnian terdiri dari tiga tingkat di mana peralatan dipasang, dan akan mencapai ketinggian 20 meter, pada tiap geladak dipasang mesin turbin gas dengan jumlah tenaga di atas 400.000 tenaga kuda untuk pemampatan dan pemompaan gas limbah, dan juga untuk pemampatan gas komersial dan pembangkit tenaga listrik. Proses pemisahan gas limbah dengan metoda cryogenic akan memerlukan empat menara pemurnian utama, yang terbesar bergaris tengah 5 meter dengan ketinggian 30 meter.
Geladak-geladak tersebut meskipun dirancang menurut praktek konstruksi serta menggunakan peralatan yang telah dikenal akan merupakan yang terbesar di antara yang pernah dibangun hingga saat ini. Konsep geladak-geladak terpadu akan memungkinkan pembangunan dan penguji-cobaan di daratan sebelum dipasang di lepas pantai. Geladak-geladak itu dirancang supaya dapat dipasang secara menyeluruh sekaligus pada kerangka-kerangka baja untuk mengurangi pekerjaan konstruksi di lepas pantai.

Bersambung ke Kilang LNG di Pulau Natuna

1