ELEKTRO
Edisi ke Lima Belas, Nopember 1998 
SAJIAN KHUSUS 

Jaringan C4I : Sumbangannya terhadap Ketahanan Nasional 
Home
Halaman Muka

Sajian Utama
Komputer
Kendali
Instrumentasi
Elektronika
Sudah barang tentu komunikasi militer sangat membutuhkan perangkat telekomunikasi bergerak. Untuk memenuhi kebutuhan akses dalam cakupan yang relatif terbatas, maka sistem cellular dapat digunakan. Namun sayangnya, sistem selular baru akan ekonomis dalam kondisi densitas penggunanya tinggi, padahal dalam sistem komunikasi taktis densitas penggunanya relatip rendah. Lagipula sistem selular sangat peka terhadap kondisi propagasinya (pengaruh tanaman-tanaman dan profile terrain) yaitu akan mudah mengalami fading karena lintasan radionya bukan tipe line-of-sight. Karenanya untuk pemakaian dilapangan yang bersifat PCS lebih tepat bila digunakan satelit LEO/GEO. Pada Tabel 1 diberikan berbagai alternatif sistem satelit PCS yang ada, baik dari katagori LEO, MEO atau GEO [Miller, 98]. Cukup menarik untuk diperhatikan dari tabel ini ialah keberadaan satelit AceS milik PT AceS yang akan diluncurkan pada tahun 1999. Sedangkan sistem Iridium telah mulai beroperasi pada tahun 1998 ini.

Tabel: Overview of  Najor Personal Mobile Satellite Systems1

Arsitektur jaringan militer masa depan ialah jaringan multimedia, yang bentuk tipikalnya adalah seperti pada gambar 1. Dari segi fungsionalitas, maka sistem transport informasi ini terdiri atas 3 bagian : pertama, daerah lokal , merupakan jaringan kecepatan unltratinggi karena disini bermuara inti dari C4I. Karena itu terdapat suatu LAN utama yang bekerja pada kecepatan 10 Gb/s (STM-64) atau pada saat yang akan datang, 40 Gb/s (STM-128), yang direalisasikan dengan sistem serat optik. Dari jaringan ini, dengan suatu router atau bridge, ada cabang-cabang ke dalam jaringan pengolah kecepatan tinggi, yang juga LAN, suatu serat optik pada 2.5 Gb/s (STM-32). Komputer-komputer yang masuk kedalam sub-cabang ini merupakan komputer intellijen pengolah data-data. Cabang yang lain, adalah menampung informasi berupa imagery dari pesawat-pesawat ataupun satelit-satelit reconnaissance. Komputer-komputer intellijen yang lain, mungkin saja , terdistribusi dalam suatu jaringan LAN wireless akses ATM , dan merupakan cabang yang lain pula. Kedua, daerah luas, dimana jantungnya terdiri atas sentral ATM dengan akses B-ISDN dan N-ISDN. Pada hakikatnya sentral ATM ini merupakan kombinasi antara lokal dan trunk, karenanya tersambung padanya jarlokaf (jaringan lokal fiber optik) N-ISDN . Terhubung pula jaringan-jaringan akses satelit / radio, untuk PCS. LAN utama terhubungkan dengan sentral ATM dengan suatu router dengan akses B-ISDN. Jadi sentral ATM ini merupakan konsentrasi pusat lalulintas informasi , antara data-data intellijen, dan data-data command dan control. Ketiga, yaitu daerah jaringan telekomunikasi bergerak. Dengan jantung berupa ATM switch diperlengkapi dengan software mobilitas, maka terdapat komputer-komputer pengolah data-data intellijen yang terinstalasi secara tidak permanen, yang yang akan memberikan support kepada daerah yang sedang terjadi operasi. Tentu saja sentral ATM bergerak ini akan dihubungkan dengan suatu satellite trunk network kepada sentral ATM pusat, dan akhirnya pula kepada pusat intellijen dan pusat komando . 

Susunan jaringan informasi dengan arsitektur tersebut diatas akan memungkinkan penanganan suatu operasi yang bersifat waktu nyata. 

Dari arsitektur jaringan Milcom tadi kita menjadi bertanya apakah kiranya peran yang dapat dimainkan oleh industri telekomunikasi dan informatika Indonesia? Namun harus pula disadari bahwa solusi Milcom seperti ini harus pula diimbangi oleh armada angkatan bersenjata yang terkait. Dapat dikatakan bahwa program semacam ini merupakan program yang sangat kompleks dan sangat mahal, dan pelaksanaannya menjadi sasaran jangka panjang. Namun demikian, implementasi jaringan dan sistem informasi seperti ini merupakan suatu kesempatan emas bagi industri Indonesia dalam penguasaan teknologi yang strategis itu. 

Untuk keperluan diskusi ini dimisalkan bahwa perangkat sensor, pesawat2 reconnaissance, telah ada. Maka problemanya menjadi sintesa jaringan Milcom. Sebagai masukan ialah traffic requirements yang muncul dari seluruh elemen jaringan akses, dan untuk ini haruslah dibuat suatu model antrean yang cukup comprehensif. Suatu simulasi performansi jaringan kiranya perlu dibuat dengan bantuan software seperti Comnet-3 atau Comnet-4, untuk suatu proses tukar-tambah antara performansi jaringan dengan dimensi link-link dan switches, yang berkontribusi terhadap besarnya investasi. Demi efisiensi nasional, sedapat mungkin bagian-bagian jaringan seperti trunks serta jaringan akses, menggunakan yang ada. Contoh, jaringan akses N-ISDN bisa menggunakan jaringan PT TELKOM, demikian pula jaringan trunknya. Mengingat availability yang dipersyaratkan untuk jaringan militer itu tinggi, maka sedapat mungkin untuk jaringan trunk digunakan jaringan satelit. Kandidat untuk ini ialah satelit-satelit TELKOM-1 atau Palapa-C yang bekerja pada band C / Ext-C, yang keandalan propagasinya jauh lebih baik dari frekuensi-frekuensi yang lebih tinggi. Jaringan akses PCS akan dapat digunakan sistem AceS, mengingat satelit tersebut sebagian dimiliki oleh PT PSN. Alternatif lain ialah sistem-sistem satelit PCS seperti tercantum dalam Tabel-1. Dalam hal keperluan PCS untuk komunikasi data kecepatan rendah, kiranya sistem seperti Orbcom Inc. atau Final-Analysis Inc. dapat dijadikan alternatif. Switch ATM, dilain pihak, harus diupayakan dapat dipasok oleh industri switch yang ada, seperti PI INTI dan AT&T/Lucent. 

Dengan komponen jaringan yang plural seperti Milcom, maka spesifikasi protokolnya hendaknya Open System (OSI). ATM sendiri merupakan produk ITU jadi sudah barang tentu merupakan Open System, yang lebih cocok untuk penggunaan multimedia. Tetapi untuk transport data dapatlah digunakan TCP/IP, sambil menunggu kematangan teknologi ATM. Elemen-elemen jaringan yang lain, secara bertahap harus pula diupayakan dapat dipasok oleh industri-industri telekomunikasi dalam negeri. 

Yang harus dicermati diluar masalah transport informasi itu sendiri, dan yang menjadi inti dari C4I, sudah barang tentu ialah pengolahan dan interpretasi data yang dikumpulkan dari pelbagai sensor. Termasuk dalam hal ini software-software sbb : 

  • estimasi tingkat pengetahuan/ketidaktahuan,
  • Information warfare,
  • Control strategy,
  • Knowledge & Combat effectiveness,
  • Information & Combat theory equations [Ricci& Schutzer, 1986].
Haruslah ada suatu kerjasama yang sangat erat antara software designer dengan perencana jaringan Milcom sehingga dicapai response yang optimal. Serta sangat dianjurkan agar pengembangan sistem software ini dapat dilakukan oleh putra-putra bangsa ini sendiri. 

Nampak bahwa kebutuhan Jaringan C4I dalam rangka meningkatkan pertahanan dan akhirnya ketahanan bangsa ini merupakan suatu tantangan bagi kita semua untuk dapat mewujudkannya dimasa-masa mendatang. Demikian kompleksnya, sehingga bagi industri yang ikut ambil bagian dari program ini akan mendapatkan suatu efek 'spin-off', dapat memiliki kompetensi yang banyak gunanya bagi pengembangan produk industri nya. Dan jumlah teknologi yang dapat dimunculkan benar-benar tak terbatas! 

Daftar Pustaka :

  • [Dresp,95] : Dresp, Military Communications, IEEE Comm. Mag., Oct 95
  • [Saas & Gorr, 95]: Paul Sass & Lanny Gorr, Communications for the Digitized Battlefield of the 21st Century, IEEE Comm.Mag., Oct 95
  • [Miller, 98] : Barry Miller, Satellites free the mobile phone, IEEE Spectrum, March 98
  • [Ricci & Schutzer, 1986]: Fred J. Ricci & Daniel Schutzer, US Military Communications, Computer Science Press, 1986
Oleh : Dr. Arifin Nugroho, IPM 
Kepala Program Satelit TELKOM-1, Direktorat Perencanaan & Teknologi 
PT TELKOM Bandung 

[ Sajian Utama ]
[KOMPUTER] [KENDALI] [ENERGI] [ELEKTRONIKA]

Please send comments, suggestions, and criticisms about ELEKTRO INDONESIA.
Click here to send me email.
[ Halaman Muka
© 1996-1998 ELEKTRO Online.
All Rights Reserved.
1