ELEKTRONIKA
ELEKTRO INDONESIA Nomor 7, Tahun II, Oktober 1995

[ Daftar Isi
[ Nomor 1
[ Nomor 2
[ Nomor 3
[ Nomor 4
[ Nomor 5
[ Nomor 6
[ Nomor 8

Prospek Industri Piranti Lunak di Indonesia

Industri teknologi tinggi merupakan sebuah pilihan untuk mengingkatkan pertumbuhan ekoonomi Indonesia. Salah satu pilihan industri teknologi tinggi yang dapat dikembangkan adalah industri piranti lunak. Pada tulisan ini akan dikaji prospek industri ini maupun strategi pengambangannya. Model industrialisasi yang telah sukses diterapkan di India akan digunakan sebagai pembanding. Sebuah strategi dimana industri piranti lunak akan dijadikan industri pendorong bagi industri piranti lunak akan dibahas. 

Kawasan ASEAN merupakan kawasan Asia Pasifik yang memiliki angka pertumbuhan yang menakjubkan (Tang dan Thant, 1993). Sebagai salah satu Bintang Asia dengan pertumbuhan ekonomi yang menakjubkan, pertumbuhan dan pembangunan Indonesia pada era PJPT I ditopang oleh melimpahnya sumber daya minyak dan gas bumi (MIGAS). Namun sayangnya sumber daya MIGAS ini makin lama semakin langka, sehingga Pemerintah berupaya mengembangkan sumber daya-sumber daya lain yang tidak tergantung kepada MIGAS. Sektor-sektor industri manufaktur merupakan sektor-sektor yang diharapkan dapat mengganti peranan MIGAS dalam mepertahankan laju pertumbuhan ekonomi. Salah satu pilihan industi yang menarik untuk dikembangkan adalah industri teknologi tinggi karena meskipun membutuhkan investasi yang sangat tinggi, tetapi industri ini juga memberikan yield yang tinggi pula. 

Pada era sepuluh tahun terakhir ini, berbagai industri teknologi tinggi seperti industri bioteknologi, industri petrokimia, dan industri pesawat terbang adalah industri-industri yang mendapat perhatian tinggi dari Pemerintah. Industri-industri tersebut telah dikembangkan dan diharapkan akan dapat menjadi benih-benih pendukung kekuatan ekonomi Indonesia di masa yang akan datang. Salah satu teknologi lain yang juga sangat potensial untuk dikembangkan dan perlu mendapat dukungan dan perhatian pemerintah sebagai industri andalan non MIGAS adalah industri piranti lunak. 

Melihat kecenderungan globalisasi diberbagai sektor kehidupan saat ini, pengambangan industri piranti lunak ini di dalam negeri, tidak hanya menghasilkan keuntungan secara ekonomis semata, akan tetapi juga diperlukan untuk menunjang sektor-sektor di luar ekonomi, karena memasuki abad ke 21 nanti hampir tidak ada sektor kehidupan yang bebas dari keperluan piranti lunak untuk mencapai hasil yang optimal. 

Potensi untuk pengambangan industri piranti lunak ini ditunjang dengan besarnya volume pasar produk-produk teknologi informasi seperti komputer, dan sumber daya yang diperlukan sebagai infrastruktur industri [asar piranti lunak. Selain dari pada itu, makin pervassivenya perangkat komputer dan meluasnya otomatisasi di berbagai bidang juga menaikkan pemintaan kebutuhan piranti lunak. 

Kebutuhan dan volume pasar piranti lunak di dunia naik dengan pertumbuhan yang mencapai hampir 30 persen pertahun (Spectrum, March 1994). Di Indonesia, dalam keadaan di mana proteksi hak cipta intelektual masih belum diterapkan dengan tegas, permintaan pasar untuk komoditi ini naik dengan 25 persen setiap tahun. Kebutuhan piranti lunak domestik maupun dunia masih didominasi oleh produk-produk Amerika, Eropa Barat, dan Jepang. Besarnya pasar piranti lunak inilah yang merupakan pendorong utama untuk industrialisasi piranti lunak di berbagai negara Asia, salah satunya telah berhasil mengambangkan industri piranti lunak adalah India

Hanya dalam kurun waktu sepuluh tahun, India mampu menaikkan ekspor industri piranti lunaknyadari US$ 24 juta di tahun 1995 menjadi lebih dari US$ 350 juta di tahun 1995, dengan pertumbuhan rata-rata 34% per tahun (Kohli, 1994). Saat ini, industri piranti lunak bahkan telah diakui sebagai industri andalan ekspor dan pilihan investasi asing. 

Tulisan ini akan mengkaji prospek industri piranti lunak dan pengambangannya di Indonesia. Sebagai bahan bandingan, akan diuraikan pula hal yang sama di India. Selain dari pada itu juga akan dianalisa keadaan industri piranti lunak yang ada saat ini. Pada akhir tulisan akan disampaikan kesimpulan dan penutup. 

Industrialisasi Piranti Lunak Kondisi Objektif

Industri piranti lunak di Indonesia memliki dua tujuan utama. Pertama adalah penghematan devisa dengan berkurangnya pembelanjaan impor untuk piranti lunak yang dapat dikembangkan di dalam negeri. Target Pemerintah yang akan mulai menerapkan perlindungan hak cipta pada 1 Januari tahun 2000 secara penuh, terutama hak cipta piranti lunak, akan menaikkan pembelanjaan tersebut secara drastis. Hal ini disebabkan oleh tingginya laju pertumbuhan pasar piranti lunak yang mencapai hampir 20% per tahun untuk piranti lunak dan 30% untuk jasa profesional. 

Yang kedua adalah terbukanya kesempatan untuk merebut pangsa pasar piranti lunak dunia yang terus berkembang dan membesar. Pasar piranti lunak dunia saat ini mencapai US$ 375 milyar dan pada yang dangat besar, maka produksi piranti lunak Indonesia harus mencapai tarafindustrialisasi dan menjadikan industri piranti lunak sebagai driver industry bagi industri-industri lainnya. 

Untuk dapat mencapai taraf industrialisasi, maka atribut-atribut kunci industri yang memegang peranan penting adalah sumbeer daya manusia infrastruktur pendukung, dan potensi pasar. Selain dari pada hal-hal tersebut, faktor-faktor pendukung yang berupa kebijaksanaan-kebij
akasanaan Pemerintah seperti intensif yang memadai, deregulasi, dan perlindungan hak intelektual merupakan faktor penentu yang dapat mendorong laju pertumbuhan industri piranti lunak ini. 

Sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk indutrialisasi ini adalah suber daya manusia yang mempunyai kualifikasi teknis dalam bidang industrialisasi. Dalam studi komperatifnya tentang pengembangan piranti lunak di beberapa negara-negara Asia, Joseph (1993) menemukan bahwa suber daya manusia Indonesia memiliki kuantitasnya yang besar dan upah yang rendah. Namun keunggulan komperatifnya ini tidak diimbangi dengan keunggulan kompetitif dengan rendahnya kualitas dan profesionalisme. 

Masalah sumber daya manusia ini disebabkan oleh makin berkembangnya pendidikan tinggi informatika dan makin menjamurnya kursus-kursus ketrampikan dalam bidang komputer dan informatika yang tidak disertai dengan penjagaan kualitas yang ketat. Saat ini saja diperkirakan ada lebih dari 40 ribu mahasiswa perguruan tinggi komputer, dan puluhan ribu lainnya belajar di kursus-kursus ketrampilan komputer. 

Selain ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas, untuk menunjang industrialisasi piranti lunak diperlukan juga tersedianya infrastruktur fisik maupun politis. Infrastruktur fisik yang diperlukan misalnya fasilitas sumber tenaga listrik, fasilitas telekomunikasi yang memadai, dan perangkat keras yang sesuai. Fasilitas-fasilitas tersebut meskipun saat ini masih belum sempurna, tetapi cukup memadai untuk mengawali proses industrialisasi piranti lunak. Yang lebih memerlukan perhatian adalah fasilitas pendukung politis, yang berupa kebijaksanaan-kebijaksanaan dan peraturan Pemerintah. Industrialisasi piranti lunak ini memerlukan dukungan yang berbentuk kemudahan-kemudahan importaasi peralatan-peralatan kapital seperti perangkat keras yang sesuai. Fasilitas-fasilitas tersebut meskipun saat ini masih belum sempurna, tetapi cukup memadai untuk mengawali proses industrialisasi piranti lunak ini memerlukan dukungan yang berbentuk kemudahan-kemudahan importasi peralatan-peralatan kapital seperti perangkaat keras dan buku-buku. Disamping itu, isu yang saat ini penting adalah perlindungan hak cipta intelektual yang meskipun secara legal sudah ada, namun penerapannya masih belum terasa. Indonesia di kalangan internasional tidak memiliki reputasi yang baik dalam hal perlindungan hak cipta. 

Dengan melihat jumlah populai dan pendapatan per kapita maka dapat direduksikan bahwa potensi pasar piranti lunak di Indoensia sangatlah besar. Saat ini masih lemahnya perlindungan hak cipta intelektual maka pasar ini masiih didominasi oleh piranti lunak-piranti lunak luar negeri yang dibajak. Pada tanggal 1 Januari 2000 saat perlindungan hak cipta diberlakukan dengan tegas maka akan banyak sekali devisa yang harus dibelanjakan ke luar negeri untuk keperluan pembelanjaan piranti lunak. 

Salah satu hal yang menarik dari pengamatan Joseph adalah kesimpulan bahwa Indoensia berada di urutan kedua dari bawah sebelum India dalam hal kelayakkan industri piranti lunak setelah menghitung berbagai faktor yang berkaitan dengan pengembangan piranti lunak. Kesimpulan ini tidak tepat bila dilihat dati konstek industrialisasi piranti lunak yang dimaksud dalam tulisan ini, karena kesimpulan tersebut dilihat dari kacamata produsen piranti lunak luar negeri yang hanya memanfaatkan tenaga murah Asia untuk pengembangan piranti lunak mereka. Keuntungan-keuntungan yang telah disebutkan di awal bagian ini menunjukkan bahwa industrialisasi piranti lunak adalh hal yang sudah harus mulai difikirkan dari sekarang. Ini terbukti misalnya dari kesimpulanstudi tersebut yang menempatkan India pada urutan terbawah, justru di negara-negara Asia, Indialah yang sudah menerapkan industrialisasi piranti lunak. 

Model Industri Piranti Lunak India

Di antara berbagai industri teknologi India, jasa konsultasi komersial adalah merupakan adalah merupakan salah satu hasil industrialisasi piranti lunak yang diakui oleh dunia internasional. Berbagai proyek besar seperti Scweizerische Effecten Giro AG sebesar 250-orang-tahun, Proyek Sun Livee Assurance senilai 150-orang-tahun, telah diselesaikan. Proyek-proyek ini adalah contoh suksses industri piranti lunak di India yang didukung oleh tersedianya berbagai infrastruktur teknologi informaasi. 

Pertumbuhan yang pesat dari industri piranti lunak India ini didorong oleh meningkatnya rekognisi terhadap penggunaan teknologi informasi untuk memacu tempo dari pembangunan ekonomi dan sosial. Untuk itu Pemerintah India melakukan usaha-usaha untuk memasyarakatkan budaya komputer dan memberikan intensif-intensif untuk meningkatkan ekspor piranti lunak. Usaha-usaha ini kemudian lenghasilkan suatu industri piranti lunak yang ada pada tahun 1994 senilai hampir US$ 380 juta, dimana US$ 225 jutanya adalah bagian yang diekspor. Nilai daari industri ini pada tahun 1995 diperkirakan mencapai US$ 500 juta, dengan menyerap hampir 100.000 tenaga kerja. 

Pada masa bayinya, industri piranti lunak India hanya menghasilkan tenaga-tenaga kerja murah yang direkrut oleh perusahaan-perusahaan besar di Amerika (body shopping). Ini kemudian berkembang menjadi industri piranti lunak khusus yang bersifat tailor madesebelum akhirnya menuju ke arah produksi dari paket-paket umum yang bersifat mass market seperti pengolah kata bilingual India, desktop publising, keuangan dan akunting, serta berbagai pirantilunak untuk keperluan enjiniring seperti CAD, drafting program, dan lain-lain. Pada saat mencapai kematangan, industri piranti lunak India memilih untuk berspesialisasi. Saat ini ada sekitar 250 perusahaan piranti lunak dengan lebih dari 100 ribu profesional, masing-masing spesialisasinya sendiri-sendiri. 

Kohli (1994) juga menemukan suatu hal menarik dari ekspor piranti lunak India ini, yaitu lebih dari 60% nya ternyata merupakan ekspor ke Amerika Serikat. Fakta ini menunjukkan bahwa India telah berhasil meyakinkan Amerika tentang dan kemampuan industri piranti lunaknya. Untuk mengekspoitasi potensi industri piranti lunak ini, suatu jaringan komputer nasional yang menghubungkan 430 distrik telah dibangun. Tersedianya jaringan ini memungkinkan proyek-proyek besar dikejakan bersama-sama dan diorganisasikan dengan menggunakan electronic mail dan pertukaran data. Perusahaan-perusahaan piranti lunak India saat ini juga melakukan pengambangan-pengambangan piranti lunak paket yang kemudian dipublikasikan oleh perusahaan-perusahaan Amerika. Hal ini disebabkan oleh karena kompetitifnya biaya pembangunan piranti lunak di India yang hanya berkisar antara US$ 1800-US$ 2500 per orang-bulan, hanya sepertiga dari biaya di Amerika, Eropa, atau Jepang. Selain itu, sejumlah perusahaan-perusahaan non India elah mulai mendirikan pabrik-pabrik piranti lunak mereka, seperti misalnya Tata-Unusys, atau memindahkan operasi pengolahan data mereka ke India seperti misalnya Swiss Air. 

Potensi Industri Piranti Lunak

Pasar piranti lunak di Indonesia tahun 1995 ini mencapai US$ 165 juta yang merupakan 22% dari seluruh pasar teknologi informasi yang mencapai US$ 751 juta (Info, 1995). Potensi pasar yang sangat besar ini, serta terbukanya peluang memasuki pasar dunia merupakan kesempatan yang strategis. Saat ini, industri piranti lunak telah dimulai dengan adanya beberapa perusahaan pembuat piranti lunak yang cukup baik. Namun usaha-usaha tesebut masih pada taraf pembuatan piranti lunak khusus dan bersifat tailor made, bukan industri masal. 

Pasar piranti lunak domestik tahun 1994 tumbuh sebesar 18% dan tahun 1995 tumbuh menjadi 20% dengan volume mencapai US$ 165 juta. Volume pasar ini dipenuhi oelh piranti-piranti lunak paket import dengan pangsa pasar mencapai 63%, sedangkan sisanya adalah pangsa pasar yang berupa pembuatan paket-paket khusus atau integrasi. Paket manajemen basis data merupakan paket yang paling banyak menguasai pangsa pasar dalam nilai uang, sedangkan dalam dikuasai oleh paket-paket pendukung produktifitas dan paket-paket untuk komputer personal. Salah satu segmen pasar yang juga mulai tumbuh yang dapat dikategorikan sebagai sebagai pasar piranti lunak adalah pasar jasa profesional seperti misalnya integrasi sistem, pengembangan aplikasi sangat khusus, penyesuaian, jasa pengolahan data, dan jasa konsultan manajemen. Jasa profesional saat ini masih memberikan kontribusi yang kecil, yaitu hanya 10% dari total pendapatan, namun pertumbuhan pasar jasa profesional ini tumbuhsangat cepat dan mencapai 30% pada tahun 1995 ini. Khusus untuk jasa profesional ini, pada lima tahun terakhir telah banyak dilaksanakan proyek-proyek untuk komputerisasi perbankan, perhotelan, terminal pelabuhan, dan proyek-proyek untuk sistem informasi milik Pemerintah. 

Di jajaran industri teknologi informasi tercatat ada 65 perusahaan dengan tenaga kerja sebesar 4000 orang. Satu hal yang menarik dari masalah tenaga kerja ini adalah rendahnya througput dari pendidikan informatika, baik di tingkat pendidikan tinggi maupun tingkat kursus. Throughput yang dimaksud di dalam tulisan ini bukan sekedar tingkat lulusan dibandingkan dengan tingkat masukan, tetapi lebih merupakan ukuran tingkat lulusan yang memiliki kemampuan kerja dibandingkan dengan tingkat masukan. 

Strategi Industri Piranti Lunak

Pemerintah Indonesia dalam PELITA VI telah menentukan sasaran industri teknologi informasi, yaitu peningkatan nilai tambah, daya saing, dan pasar sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor. Untuk menuju memerlukan sumber daya manusia yangmemadai dari berbagai latar belakang, bukan hanya latar belakang teknologi informasi atau ilmu komputer saja. Untuk mengatasi masalah ini India, misalnya, telah menanamkan investasi yang sangat besar dalam pelatihan-pelatihan ketrampilan dan program-program pelatihan paska universitas untuk dapat mengejar laju perkembangan teknologi dan menyebarluaskan penggunaan teknologi rekayasa piranti lunak. Investasi ini bisa mencapai lebih dari 5% dibandingkan dengan penghasilan mereka setiap tahun. 

Pelatihan dan program-program paska universitas akan memiliki efek yang sangat besar dalam peningkatan kualitas, suatu hal yang sangat penting dalam persaingan global. Untuk dapat bersaing di pasar modal, pengakuan kualitas seperti sertifikasi ISO 9001 yang meliputi perencanaan, pengembangan, rekayasa ulang, dan pemeliharaan piranti lunak sanga diperlukan untuk menunjukkan kematangan industri. 

Selain itu, perlu dibangun riset dan pengambangan sehingga Indonesia memiliki tabungan yang cukup banyak yang dapat dipatenkan. Dengan adanya perlindungan hak cipta intelektual yang ketat di seluruh dunia, maka tanpa memiliki tabungan yang cukup untuk berbagai algoritma dan penemuan kreatif industri piranti lunak tidak akan dapat tumbuh dengan baik karena akan dibebani oleh royalti-royalti kepada pemegang hak ciptanya. Amerika saat ini memiliki hampir 15.000 algoritma yang sudah dipatenkan, dengan 10.000 lagi sedang dalam proses. 

Adanya perlindungan hak cipta terhadap kekayaan intelektual tersebut telah menyebabkan kesenjangan antara industri dan luar negeri. Negara-negara maju seperti Amerika jika kepentingan ekonominya terganggu maka mereka akan melakukan proteksi sehingga terjadi resistensi. Untuk industri piranti lunak sendiri hal ini tidak terlalu menjadi masalah, tetapi jika dikaitkan dengan aspek-aspek sosio-politik lain hal ini maka akan menjadi masalah besar. Namun tanpa perlindungan hak cipta yang baik, maka industri piranti lunak tidak akan pernah berkembang dengan baik. 

Selain masalah hak cipta, ketersediaan infrastruktur yang mendukung seperti jaringan komunikasi digital berkecepatan tinggi baik untuk komunikasi nasional maupun internasional diperlukan untuk diseminasi perkembangan industri. Komunikasi internasional dan sambungan INTERNET yang murah akan dapat memacu perkembangan rancang bangun dan rekayasa produksi bekualitas tinggi. 

Masalah lain yang klasik adalah rendahnya kualitas sumber daya informatika di Indonesia. Hal ini terjadi karena belum adanaya kriteria baku untuk menilai secara obyektif kemampuan teknis seorang profesional informatika. Heterogennya kualitas pendidikan merupakan penyebab utama masalah ini. Untuk mengatasi masalah ini sebuah mekanisme sertifikaasi telah diusulkan (Widia dan Kisworo, 1993). Selain itu, sistem pendidikan di Indonesia harus mulai dirubah untuk peningkatan kewirausahaan. Sedangkan untuk pengembangan aspek bisnis industri ini diperlukan sistem pendidikan yang dapat mencetak manajer-manaejr bisnis teknologi informasi yang dapat melakukan analisa untuk penetuan prioritas pengambangan. 

Penentuan prioritas pengambangan ini penting agar usaha-usaha peningkatan industri piranti lunak ini menjadi terpadu dengan industri lainnya dalam hal fisik, piranti lunka yang berupa peraturan perundang-undangan, serta prasarana-prasarana lain seperti distribusi dan pembinaan industri nasional. Dalam tulisan ini diusulkan dua prioritas pengambangan yang berupa pengambangan jangka pendek dan jangka panjang. 

Pola pengambangan industri piranti lunak kangka pendek adalah melakukan usaha-usaha pengembangan piranti lunak dengan berpartner penerbit-penerbit piranti lunak ;ain yang melakukan offshore development. Sementara itu paralel dengan kegiatan jangka pendek tersebut perlu dikembangkan kegiatan penelitian dan pengembangan untuk penciptaan algortima-algoritma dasar. Pola jangka pendek ini dapat dianggap periode belajar dimana kita dapar mempelajari teknik-teknik fabrikasi piranti lunak dan mempersiapkan sumber daya manusia yang mampu 

Untuk pengembangan jangka panjang, usaha-usaha sebagai pembangunan piranti lunak harus mulai dikembangkan ke arah penerbit piranti lunak. Sebelum kita melangkah ke tahap ini diperlukan persiapan-persiapan berupa kemempuan manajerial, distribusi, pemasaran, dan kewirauahaan di samping kemampuan dalam teknologi fabrikasi piranti lunak. Selain itu prasarana-prasarana pendukung yang berupa peraturan perundang-undangan serta perlindungan hak cipta harus sudah diterapkan penuh sehingga industri ini dapat dilindungi. Kalau mendengar bahwa baru 1 Januari 2000 Pemerintah akan mulai menerapkan perlindungan hal cipta ini secara tegas, maka tahapan ini harus bisa kita mulai setelah tahun 2000. Mengingat bahwa pada tahun 2003 AFTA akan mulai berlaku, dan 2005 blok terbuka APEC akan juga mulai dilaksanakan, maka kalau kita belum memulai apa-apa pada tahun 1995 kita akan terlambat dan mungkin tidak dan mungkin tidak akan pernah memiliki industri piranti lunak yang kuat. 

Penutup

Industrialisasi piranti lunak merupakan salah satu industri teknologi tinggi yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Namun apa yang telah diuraikan di atas tidaklah berarti bahwa industrialisasi piranti lunak adalah proses yang mudah dan tanpa masalah. 

Akan timbul kompetisi-kompetisi dari penulis-penulis piranti lunal yang kompeten dari Rusia, Cina, atau negara-negara lain dengan kondisi obyektif yang lebih baik namun dengan biaya yang lebih murah. Selain itu diperlukan investasi yang sangat besar untuk dapat merebut pasar dunia dan mempertahankannya. Mungkin dengan globalisasi dimana industri selain multisourcing juga multilocation, maka Indonesia paling tidak harus dapat merebut kesempatan dalam pengambangan piranti lunak secara terdistribusi. 

Daftar Pustaka

  • BPEN. Export Indonesia foreign Trade Statistics. 1988,1989,1990,1991,1992,1993. ISSN 0216-6577
  • BPS. Buletin Ringkas BPS. 1990, 1991, 1992, 1993. Biro Pusat Statisti.
  • InfoKomputer (1995) "Bisnis TI 94/95 : Pasar TI 95 di Indonesia masih cerah, kerja keras, dan kerja pintar", vol. IX no. 1, Januari 1995, hal. 24-28.
  • Joseph, P. (1991) " A comparativ study of selected Asian countries for software devlopment". Proc. SEARCC 1991, Denpasar.
  • Kohlil, F. (1994) " Software" a recognizable export, at last ". IEEE Spectrum Vol. 31 No. 3, March 1994.
  • Tang, M dan Thant, M (1993). "Growth Triangles : Conceptualissues and operatioanl problem". Proc. Workshop on Growth Triangles in Asia, Febr. 1993, Manila.
  • Widia, Th. Dan Kisworo, M (1993) " Bakuan Profesional Infortmatika untuk Mneunjang Industrialisasi Piranti Lunak di Indonesia". Prosiding Konferensi Komputer Nasional VIII 1993, Jakarta.q
Oleh : Marsudi Wahyu Kisworo adalah Ketua STMIK Darma Bakti, Jakarta, Henry Faizal Noor adalah Business Developmetn Manager Globalsoft. 

Artikel lain
YPenerapan Kebijaksanaan Teknologi Informasi Secara Nasional


[ Daftar Isi ] , [ Nomor 1 ] , [ Nomor 2 ] , [ Nomor 3 ] , [ Nomor 4 ] , [ Nomor 5 ] , [ Nomor 6 ] , [ Nomor 8

[Home] , [Halaman Muka] , [YPTE] , [Sertifikasi Insinyur Profesional] , [Pengurus BKE-PII]

© 1996-1998 ELEKTRO Online .
All Rights Reserved.
 

  1