ELEKTRO INDONESIA             Edisi ke Tujuh, April 1997

TELEKOMUNIKASI

Digital Subscriber Line (DSL) dan Prospeknya

Jaringan telepon dari sentral lokal ke pelanggan secara umum dapat dikatakan semuanya masih menggunakan pasangan kawat tembaga pilin (twisted pair copper), sementara itu layanan jasa telekomunikasi saat ini tidak hanya terbatas pada suara (telepon) saja. Penggantian saluran kawat tembaga dari sentral ke pelanggan dengan saluran fiber (fiber optik) untuk transmisi multimedia dirasa masih sangat mahal, bahkan untuk sepuluh tahun mendatang. Oleh sebab itu, peningkatan layanan ke pelanggan masih tetap diusahakan dengan mengoptimalkan saluran kawat tembaga, yakni dengan teknologi DSL (digital subscriber line; jalur pelanggan digital). Jadilah DSL sebagai cara pemecahan secara teknis bagi perusahaan penyedia layanan telekomunikasi untuk menawarkan biaya lebih murah kepada pelanggannya, walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa fiber merupakan jawaban yang paling tepat dalam jangka panjang untuk mengintegrasikan distribusi jalur pitalebar dan pitasempit

jenis-jenis DSL

Berbagai macam DSL seperti ADSL, HDSL, SDSL dan VDSL telah disediakan di pasar internasional, yakni melalui sepasang modem; satu modem (atau line card) dipasang pada sentral telepon dan satunya lagi di tempat pelanggan. Karena kebanyakan teknologi DSL tidak menggunakan keseluruhan lebarpita pada saluran kawat tembaga, maka masih ada tempat tersisa untuk kanal suara. Misalnya saja, para pengguna yang menjelajahi internet dengan modem ADSL masih dapat melakukan dan menerima panggilan telepon pada jalur tersebut.
Masing-masing kelompok DSL seperti disebutkan diatas mempunyai spesifikasi sebagai berikut:

Riwayat DSL

Ketika permintaan lebarpita yang besar mulai meningkat pada tahun 1980-an, perusahaan penyedia layanan telekomunikasi dihadapkan pada masalah yang sulit: jalur kawat dari sentral lokal ke tempat pelanggan memiliki keterbatasan untuk menangani rangkaian-rangkaian yang berkecepatan tinggi. Hal ini disebabkan saluran kawat tembaga bersifat menurunkan kualitas sinyal pada jarak tertentu. Oleh sebab itu, pada jarak tertentu diperlukan pengulang-pengulang (repeater) yang berfungsi untuk menguatkan dan mengembalikan kualitas sinyal menjadi seperti semula. Pada jaringan T1 (Amerika) maupun E1 (Eropa) sekarang ini (yang masing-masing berkecepatan 1,544 Mbps dan 2,048Mbps), peralatan-peralatan tersebut harus dipasang pada setiap 3000 sampai 4.000 kaki (900 meter sampai 1,2 Km), Hal ini jelas akan mengakibatkan boros waktu dan biaya.
Pada tahun 1980-an itulah, Bellcor (Bell Communication Research) mulai melakukan percobaan dengan suatu metode baru pada jaringan T1/E1 yang dapat mengurangi jumlah pengulang dan menyederhanakan keseluruhan penyebaran jaringan yang mempunyai lebarpita besar. Dari usaha tersebut, lahirlah spesifikasi HDSL. Setelah ditemukan oleh Bell, kemudian diterapkan oleh AT&T Paradyne di awal tahun 1990-an dan dimanufaktur oleh Westell dari Oswego, Illnois. Perusahaan yang lain, Amati Communication menemukan teknologi alternatifnya dengan bantuan John Cioffi dari Stanford University.
Dengan penemuan HDSL, laju bit tinggi melalui kawat tembaga mulai marak. Walaupun sistem transportasi T1 kini tidak dipandang sebagai bagian dari DSL, namun kesuksesannya memicu teknologi lain, yang kurang berkaitan, yakni modem-modem dial-up.
Empat tahun dari usaha tersebut telah terlihat peluncuran ADSL, VDSL dan SDSL. Dan dalam waktu singkat setengah lusin pembuat DSL telah menggunakan beberapa teknologi digital yang saling berbeda.

Metode Penyandian (coding) DSL

Ketika DSL diperkenalkan pertama kali, metode penyandiannya menggunakan 2B1Q (dua biner satu kuaterner) yang mirip dengan modulasi pada ISDN BRI (basic rate interface). Namun dalam perkembangannya, keadannya menjadi berubah, yakni terjadi persaingan antara penggunaan metode CAP dan DMT. CAP (Carrierless amplitude/phase modulation) adalah suatu teknik modulasi yang mirip dengan QAM (Quadrture amplitude modulation), tetapi tidak membutuhkan frekuensi pembawa, sedang DMT (Discrete multitone) adalah teknik modulasi yang memecah-mecah lebarpita yang ada menjadi beberapa sub-band yang sempit untuk menjamin reliabilitas transmisi data, bahkan ketika derau mempengaruhi area tertentu dalam spektrum yang ada.
Perusahaan AT&T di Florida Amerika Serikat mengimplementasikan metode modulasi CAP, dengan Westel, Performance Technologies, dan AT&T Network System membuat produk-produk yang dapat bekerja sama dengan metode CAP. Sementara itu BT (British Telecom) melakukan uji teknis (juga Amati Communication) dengan menggunakan metode DMT dari Northern Telecom.
Bell Atlantic kemudian menggunakan metode CAP pada ADSL dari AT&T Paradyne di pasar Northern Virginia untuk melakukan program pegujiannya. AT&T juga telah menandatangani persetujuan lisensi dengan 11 pabrik pembuat peralatan di Amerika serta Jepang, korea, Taiwan dan Australia. AT&T Paradyne kemudian mempublikasikan pengumuman persetujuan ADSL dengan AT&T Network System, Westell, dan Westell International. Permufakatan dengan perusahaan di luar Amerika adalah dengan Goldstar, Il Jin Telecom Electric dari Korea dan C-Com dari Taiwan. Di samping ADSL, AT&T sekarang ini memberikan lisensi teknologi transceiver HDSL CAP kepada perusahaan-perusahaan tersebut di atas, juga Performance Technologies di Amerika Serikat dan Schmid Electronics di Swiss.
Kesuksesan awal dari percobaan DMT dan standarnya yang telah disetujui di tahun 1995 oleh ANSI ( the American National Standards Institute) tidak mampu digoyahkan oleh pendukung CAP yang demikian banyak dan sedang mengusahakan untuk mendapatkan standar formal ANSI. Namun pada akhir persaingan teknologi, AT&T, Amati, Aware, Bellcore dan perusahaan yang lainnya setuju bahwa CAP dan DMT menawarkan kinerja yang kira-kira sama jika diimplementasikan secara optimal.

Kinerja DSL

Dari berbagai eksperimen terhadap DSL, dapat dikomparasikan kinerja DSL dengan teknologi transmisi jaringan lainnya seperti dengan modem analog dan ISDN-BRI (basic rate interface) sebagaimana terlihat pada tabel 1. Tabel 2 menyatakan perbandingan kinerja untuk mendukung berbagai aplikasi yang mempunyai lebarpita besar.
Eksperimen lain yang dilakukan untuk ADSL adalah kerjasama antara GTE Telephone Operation (Irving Texas) dengan Microsoft selama enam bulan di Redmond (Wash.) meliputi akses kecepatan tinggi ke Internet dan jaringan-jaringan data pribadi. Pada eksperimen ini GTE menggunakan modem Flexcap dari Westell Technologies Inc (Oswego, Ill) yang dapat memberikan downstream 1,5Mbps dan upstream 640kbps. GTE juga sedang mengevaluasi apakah teknologi dasar Microsoft termasuk Windows NT dan Windows 96 dapat digunakan untuk menyediakan layanan yang ditawarkan melalui akses Internet kecepatan tinggi atau akses LAN jarak jauh.
Sementara itu, HDSL (dari Nokia) telah bertengger jauh di kutub selatan pada tahun 1996 yang baru lalu untuk menghubungkan jaringan milik Amerika di McMurdo Base ke jaringan milik Selandia Baru di Scott Base yang berjarak lima kilometer. Pasalnya adalah Amerika Serikat menginginkan untuk mengirim data dan suara melalui Perusahaan Telekomunikasi Selandia Baru untuk diversifikasi guna meningkatkan keterandalan pengiriman informasi yang penting, sementara perusahaan telekomunikasi Selandia baru yang telah mempunyai setasiun bumi di antartika sejak tahun 1992 hanya mempunyai pasangan kawat saluran yang jumlahnya terbatas.

Tabel 1.
Perbandingan teknologi transmisi jaringan antara modem analog, ISDN-BRI, ADSL dan SDSL untuk berbagai karakteristik akses.
Karakteristik
Akses
Modem analog
28,8 kbps
ISDN-BRI
ADSL
SDSL
Transmisi Kecepatan sama
ke dan dari
sentral lokal
Kecepatan sama
dari dan ke
sentral lokal
kec. tinngi dari
dan rendah ke
sentral lokal
kecepatan sama
dari dan ke
sentral lokal
Lebarpita 28,8 kbps128 kbps1,5 - 6 Mbps128kbps-2,048Mbpsl
Panjang sirkit
(loop)
tak terbatassampai 5,5 km
(18.000 ft)
sampai 5,5 km
(18.000 ft)
sampai 5,8 km
(19.000 ft)
Sifat layanan
tersakelar
yayatidaktidak
(potensial)
memakai jalur
sirkit lokal standar
yayayaya
Data dan suara
secara serentak
yaya(laju data
lebih rendah)
yaya
Dicatu dari
layanan telpon
biasa
yatidakyaya
Sumber: Telechoice (Com.Int:Jan.96)

Tabel 1.
Perbandingan teknologi transmisi jaringan antara modem analog, ISDN-BRI, ADSL dan SDSL untuk mendukung berbagai aplikasi lebarpita besar.
Dukungan terhadap
aplikasi lebarpita besar
Modem analog
28,8 kbps
ISDN-BRI (basic
rate interface)
ADSLSDSL
Akses LANLumayanBaiksangat baiksangat baik
Akses internetlumayanbaiksangat baiksangat baik
VOD (video-on demand)buruklumayansangat baiklumayan
Multimedia interaktifburuklumayansangat baiksangat baik
konferensi videoBurukLumayanbaik (pd 6Mbps
atau 640kbps)
sangat baik
Videophone
rumah tangga
(residensial)
buruklumayanbaik(pd 6Mbps
atau 640kbps)
sangat baik
Sumber: Telechoice (Com.Int:Jan.96)

Tinjauan Pasar

Gencarnya publikasi keberhasilan eksperimen maupun produk-produk DSL nampaknya kurang diimbangi dengan kesuksesan pasarnya. Berdasar pengamatan pasar, pelemparan ADSL untuk pasaran massal masih menjadi suatu obyek yang tidak bergerak. Hambatan besar yang pertama adalah penyediaan biaya baik untuk modem-modem maupun peralatan data di sentral telepon. Pihak Perusahaan penyedia layanan telekomunikasi di Amerika mengatakan bahwa mereka menghendaki harga modem turun menjadi sekitar 500 dollar AS per pelanggan untuk dapat memperoleh keuntungan dari layanan ADSL. Sampai sekarang ini, biaya-biaya tersebut berkisar antara 2.000 sampai 3.000 dolar. Sementara itu para pemasok (pembuat produk) mengatakan bahwa biaya tersebut akan segera turun jika perusahaan-perusahaan telekomunikasi memulai membeli ADSL dalam jumlah besar. Dari sini jelas bahwa biaya akan tetap menjadi masalah sampai adanya satu sisi yang dapat digunakan sebagai kompensasi.
Demikian juga sampai kini, solusi untuk menyalurkan data dari modem-modem ke tulang punggung jaringan (backbone) hanya menggunakan saklar-saklar Ethernet dan pengarah-pengarahnya (router) pada mulanya dirancang untuk jaringan-jaringan korporasi pribadi. Pendekatan ini memang bagus untuk percobaan teknologi, tetapi tidak cukup ekonomis untuk penyebaran dalam jumlah banyak. Beberapa anak perusahaan Bell telah mengeluarkan permohonan proposal untuk mengembangkan sebuah perangkat baru, yang disebut DSLAM (digital subscriber line access multiplexer), untuk mengumpulkan data dari modem-modem DSL dan men-switchnya ke jaringan tulang punggung dalam usaha mengeliminasi saklar-saklar dan pengarah-pengarah.
Isu DSLAM ini juga mengangkat masalah kedua yang harus mendapat perhatian dari para penyedia layanan telekomunikasi; yakni perbaikan infrastruktur. Mereka memang seharusnya membangun sentral-sentral telepon dan tulang punggung jaringannya untuk menangani permintaan lebarpita yang makin meningkat, yang menjadikannya ADSL dapat dipasang pada jaringan. Eksperimen-eksperimen ADSL menghasilkan informasi kritis tentang pola-pola traffic (lalulintas telekomunikasi). Penyedia layanan memang harus memperhatikan informasi tersebut untuk mencegah terjadinya bottleneck pada jaringan.
Walaupun proyeksi dari para pembuat peralatan di Amerika menyebutkan bahwa ADSL akan banyak menyebar di tahun 1997, perusahaan telekomunikasi mengatakan bahwa penyebaran massal kemungkinkan besar tidak terjadi dalam tahun 1998-1999. The Yankee Group (Boston) memproyeksikan bahwa di Amerika, ADSL tidak akan meraup satu juta pelanggan sampai tahun 1999, sementara pengamat pasar mengestimasikan bahwa ADSL hanya akan menarik sekitar 80.000 pelanggan di tahun 1997 ini.
Sebenarnya HDSL memberikan fasilitas yang sangat rasional bagi para penyedia layanan telekomunikasi dalam hal prosedur instalasi dan pemeliharannya, namun ia tidak dapat segera berperan secara serentak, karena dibutuhkan transisi bagi operator untuk untuk merevisi operasinya. Hal ini menyebabkan penundaan dalam penyebaran secara keseluruhan. Demikian juga dalam suatu lingkup perkembangan ekonomi yang sifatnya sedang-sedang saja, perusahaan-perusahaan penyedia layanan telekomunikasi di Eropa enggan untuk memperbaharui sistem layanan 2,048 Mbps yang sekarang mereka miliki. Sebab dengan cara tersebut, mereka dapat memperpanjang rentang hidup teknologi PCM dan mempertahankan ketentuan biaya layanannya yang tinggi. Sedemikian jauh pada tingkat tertentu dapat dibenarkan karena layanannya itu sendiri memang bernilai tinggi (seperti PBX networking). Perkembangan semacam itu akan mempertahankan volume pembelian unit-unit HDSL yang rendah dan kaitannya penyebarannya menjadi mahal, yang lebih jauh lagi makin menunda penyebaran instalasinya.
Konsekuensinya segi kemenarikan HDSL sekarang ini banyak terfokus pada aplikasi yang menghendaki instalasi yang bersifat mendadak dan segera dari suatu solusi sementara sebelum transportasi telekomunikasi di buat (sebagai contoh misalnya, selama pemulihan akibat bencana badai Andrew di Florida beberapa tahun yang lalu, unit-unit HDSL diinstalasi untuk menggantikan dengan cepat rangkaian-rangkaian T1 yang mengalami kerusakan).

Penutup

Dalam kasus DSL ini, industri telekomunikasi sebenarnya tidak menginginkan ulangan peristiwa yang menimpa ISDN, yang penggelindingannya lambat dan tersendat-sendat dan seringkali tidak cukup didukung oleh minat pelanggan. Tekanan kompetisi untuk menyebarkan layanan DSL hampir selalu bertambah setiap saat. Di Amerika, di bulan September 1996 yang baru lalu saja perusahaan Tele-Communications Inc. (Englewood, Colo.) dan Time Warner Cable (Stamford, Conn.) memperkenalkan beberapa layanan akses Internet kecepatan tinggi mereka yang pertama. Sementara pesaing yang lainnya nampaknya tidak berada jauh di belakang .
Memang begitulah situasi dunia bisnis telekomunikasi.

Sumber bahan

  1. ”ADSL:Facing Up to The Future” Communications Interna tional. September 1994.
  2. ”ADSL: Technology Trapped?” Communications International. November 1996.
  3. ”Digital Video Glossary”. EDN ASIA. June 1996.
  4. ”European HDSL revised; one year later” Discovery; Nokia Telecommunication Magazine. Fourth Quarter 1993.
  5. ”HDSL-from the North to the South Pole” Discovery; Nokia Telecommunication Magazine. Third Quarter 1996.
  6. Rachael King. “Hurry Up & Wait”, “Dsl, From A to V”, “Ramping Up in Redmond” tele.com. October 1996
  7. “ Where In The World Is ADSL?. Communications Interna tional. Januari 1996.
Drs. Sunomo. Mengajar Di Jurusan Elektro IKIP Yogyakarta Pemerhati masalah telekomunikasi.
[Sajian Utama] [Sajian Khusus] [Profil Elektro]

[KOMPUTER] [KENDALI] [ENERGI] [ELEKTRONIKA] [INSTRUMENTASI] [PII NEWS]


Please send comments, suggestions, and criticisms about ELEKTRO INDONESIA.
Click here to send me email.


© 1997 ELEKTRO ONLINE and
This page hosted by Get your own Free Home Page

1