ELEKTRO INDONESIA
Edisi ke Dua Belas, Maret 1998
Sel Surya Menggunakan Bahan Organik
Krisis moneter yang dialami Indonesia
dewasa ini secara langsung akan membawa dampak yang semakin nyata terhadap
berbagai program pemerintah seperti distribusi penggunaan tenaga listrik
ke seluruh wilayah Indonesia dan berbagai pengembangan teknologi lainnya
termasuk di dalamnya program riset yang merupakan embrio bagi lahirnya
revolusi teknologi. Dengan realita tersebut maka pengembangan listrik tenaga
surya yang berbasis kepada efek photovoltaic dari piranti Sel Surya
sebagai salah satu sumber tenaga listrik yang murah, bebas polusi, dan
alami menjadi suatu pilihan yang tepat. Namun realita yang ada sekarang
ini penggunaan Sel Surya sebagai sumber listrik masih sangat minim dan
belum bisa diandalkan sebagai suatu sumber tenaga alternatif yang dapat
mengganti tenaga listrik. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti
: kemampuan Sel Surya yang belum optimal dalam menghasilkan tenaga listrik,
proses pembuatan Sel yang memerlukan operasi pembiayaan yang mahal, apalagi
jika Sel tersebut masih harus diimpor bagi pembuatan modul Sel Surya [1],
dan lain sebagainya. Teknologi Sel Surya merupakan salah satu jenis teknologi
masa depan yang hingga kini para peneliti dari berbagai negara berlomba-lomba
untuk memperoleh piranti Sel Surya yang murah dengan kualitas yang rasional
serta dapat dijadikan produk industri yang dapat dipasarkan. Dengan beberapa
faktor tersebut di atas diharapkan juga akan semakin mendorong para peneliti
Indonesia di bidang ini untuk lebih memfokuskan kemampuan membuat Sel secara
riil yang kompetitif dengan berbagai cara termasuk mencari terobosan baru
yang sesuai dengan kondisi di Indonesia.
Berbagai bahan inorganik telah dibuat
untuk piranti Sel seperti In0.5Ga0.5P/GaAs, kristal
silikon, dll dengan struktur yang komplek [2-3]. Desain Sel tersebut biasa
dilakukan dengan menggunakan teknik pemendapan bahan thin film (lapisan
tipis) seperti Metal Organic Chemical Vapour Deposition (MOCVD),
Molecular Beam Epitaxy (MBE), Screen-printing, dll. Tentu saja beberapa
keuntungan dan kerugian akan diperoleh untuk masing-masing teknik. Perlu
diketahui bahwa untuk mendapatkan bahan Sel tersebut diperlukan beaya yang
tidak murah juga proses pembuatannya tidak sederhana, sehingga hanya beberapa
kelompok peneliti saja yang memungkinkan dapat meneliti dan membuat desain
Sel tersebut. Jika ada alternatif lain untuk mendapatkan bahan dan teknik
pembuatan Sel yang bisa dijangkau oleh masyarakat peneliti Indonesia maka
akan semakin banyak kelompok peneliti dapat melakukannya sehingga akan
terjadi kompetisi yang konstruktif bagi pengembangan teknologi tersebut.
Dalam artikel ini akan diberikan contoh fenomena photovoltaic yang diperoleh
dari desain Sel Surya yang dibuat menggunakan bahan organik. Bahan organik
relatif mudah diperoleh di Indonesia dengan harga yang relatif murah mengingat
sumber alam yang melimpah yang ada perlu untuk dioptimalkan penggunaannya.
Selain itu teknik yang dipergunakan untuk memendapkan lapisan thin film
bahan tersebut adalah menggunakan teknik yang relatif sederhana, tidak
memerlukan teknologi yang rumit sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran
bagi variasi pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Indonesia.
Sel Surya Bahan Organik
Berbagai jenis bahan organik telah dapat
dipergunakan untuk men-desain berbagai piranti seperti Sel Surya, sensor,
transistor, diode, reflektor sinar-X, dan lain-lain serta yang menarik
adalah prospek teknologi elektronika molekul yaitu teknologi men-desain
berbagai piranti elektronika dalam skala molekul didasarkan kepada rekayasa
molekul dari bahan organik dan kombinasi bahan organik-logam (organometallic)
[4-6].
Banyak bahan organik yang memungkinkan
untuk dibuat Sel Surya dengan beberapa kelebihan dan kekurangannya yang
perlu untuk dikembangkan dari waktu ke waktu sebagai contoh adalah desain
Sel menggunakan bahan Metal-free Phtalocyanine (Pc), yaitu bahan
organik phtalocyanine yang memiliki struktur molekul tanpa ada ikatan logam
yang dicampur dengan bahan Polyvinylacetate (PVA) menjadi senyawa
baru yang untuk mudahnya diberi istilah x-H2Pc,PVA [7].
Bahan tersebut dibuat film dan dimendapkan di atas substrat dengan cara
meratakannya menggunakan mata pisau tipis atau dengan teknik spin-coating.
Bahan x-H2Pc sendiri merupakan bahan semikonduktor jenis
p, sedangkan bahan PVA dalam desain Sel ini berfungsi sebagai
pengikat antara substrat dengan bahan x-H2Pc. Spektrum
serapan untuk perubahan panjang gelombang dari bahan x-H2Pc,PVA
dengan ketebalan 2 m m seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Dari spektrum
tersebut dapat dilihat intensitas serapan maximum cahaya tampak oleh bahan
pada panjang gelombang sekitar 670 nm.
Gambar 1. Spektrum serapan bahan
x-H2Pc,PVA terhadap
perubahan panjang gelombang
Desain Sel Surya dan Karakterisasi
Dalam membuat desain Sel, bahan x-H2Pc,PVA
dimendapkan di atas substrat yang terbuat dari bahan SnO2/Sb
(disebut dengan NESA), sementara itu lapisan elektrode transparan
(dengan persentase transmisi optik sebesar 10% - 50%) dibuat dengan memendapkan
bahan aluminium (Al) di atas bahan Sel menggunakan teknik evaporation.
Skema desain Sel Surya adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Skema desain Sel Surya
dengan struktur NESA / (x-H2Pc,PVA) / Al.
Karakterisasi Sel dalam keadaan gelap
(tidak ada sinaran) dan sewaktu ada sinaran ditunjukkan seperti pada Gambar
3(a dan b). Selama penyinaran berlangsung, elektrode aluminium menjadi
bermuatan negatif terhadap elektrode NESA. Cahaya dengan panjang
gelombang 670 nm dan kerapatan tenaga sebesar 6 u W/cm2 yang
disinarkan ke Sel akan diperoleh tegangan open circuit (VOC)
sebesar 0.86 V dengan kerapatan arus short circuit (JSC)
sebesar 1.4 u A/cm2. Nilai fill-factor (ff) Sel
diperoleh sekitar 0.33. Sehingga dari karaketrisasi tersebut diperoleh
nilai koefisien konversi tenaga sebesar 6.6 %. Karakteristik Sel dengan
struktur NESA / (x-H2Pc,PVA) / Al bergantung
kepada konsentrasi bahan x-H2Pc di dalam bahan polimer
PVA, juga ketebalan film yang dibuatnya.
Gambar 3. Hubungan kerapatan
arus-tegangan (J-V) Sel Surya pada keadaan
(a) gelap, dan (b) sewaktu ada
sinaran.
Penutup
Dari hasil karakterisasi Sel Surya menggunakan
bahan x-H2Pc,PVA di atas telah diperoleh efisiensi konversi
tenaga lebih besar dari 6 %. Meskipun nilai tersebut masih jauh dibandingkan
dengan Sel Surya yang dibuat dengan bahan inorganik dengan struktur yang
komplek, namun desain Sel tersebut dapat dikatakan relatif murah dan sederhana.
Dari fenomena yang sederhana ini dapat dikembangkan kualitas piranti Sel
Surya dengan mengkaji secara intensif bahan baru yang sesuai untuk Sel
melalui penelitian inter-disipliner seperti bidang fisika dan kimia sehingga
bisa diperoleh nilai efisiensi yang lebih tinggi lagi yang kompetitif dengan
bahan inorganik.
Referensi
-
Deni Almanda, ‘Prospek PLTS di Indonesia’,
majalah ELEKTRO INDONESIA, edisi ke-10, November 1997.
-
T. Takamoto, E. Ikeda, H. Kurita, M.
Ohmori, M. Yamaguchi, dan M.J. Yang, Jpn. J. Appl. Phys., 36(part
1) No. 10, 1997, hal. 6215 - 6220.
-
J. Szlufcik, , S. Sivothaman, J.F. Nijs,
R.P. Mertens, dan R.V. Overstraeten, Proc. of The IEEE, 85(5), 1997,
hal. 711 - 730.
-
Hariyadi, ‘Elektronika Molekul’, majalah
ELEKTRO INDONESIA, edisi ke-11, Januari - Pebruari 1998.
-
F.L. Carter (editor), Molecular Electronic
Devices, Marcel Dekker, New York, 1982.
-
F.L. Carter, R.E. Siatkowski, dan H.
Wohltjen (editor), Molecular Electronic Devices, North-Holland,
Amsterdam, 1988.
-
R.O. Loutfy, dan J.H. Sharp, J. Chem.
Phys., 71(3), 1979, hal. 1211 - 1217.
Oleh :
Hariyadi
Dept. of Physics University
of Essex Wivenhoe Park
Colchester CO4 3SQ England
.
Dan Staff Pengajar Universitas Achmad Dahlan Yogyakarta
Artikel lain: Prospek
Bisnis Panasbumi
[Sajian Khusus]
[KOMPUTER] [KOMUNIKASI]
[ MULTIMEDIA ] [KENDALI]
[ENERGI] [TUTORIAL]
Please send comments, suggestions, and criticisms about ELEKTRO
INDONESIA.
Click here to send me
email.
[ Halaman Muka]
© 1996-1998 ELEKTRO
Online.
All Rights Reserved.