Mutiara Hikmah
1- TUJUH DOSA BESAR
Maksudnya : Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah telah bersabda: Jauhilah tujuh perkara yang boleh membinasakan kamu iaitu menyebabkan kamu masuk Neraka atau dilaknati oleh Allah. Para Sahabat bertanya: Wahai Rasulullah! Apakah tujuh perkara itu ? Rasulullah bersabda: Mensyirikkan Allah iaitu menyekutukanNya, melakukan perbuatan sihir, membunuh manusia yang diharamkan oleh Allah melainkan dengan hak, memakan harta anak yatim, memakan harta riba, lari dari medan pertempuran dan memfitnah perempuan-perempuan yang baik iaitu yang boleh dikahwini serta menjaga maruah dirinya, juga perempuan yang tidak memikirkan untuk melakukan perbuatan jahat serta perempuan yang beriman dengan Allah dan RasulNya dengan fitnah melakukan perbuatan zina * Bukhari dan Muslim
2- IMAN YANG MEMASUKKAN KE SYURGA
Maksudnya : Dari Abu Ayub al-Ansari r.a : Katanya : Seorang lelaki kampung yang dalam keadaan musafir telah mengadap Rasulullah s.a.w, lalu dia memegang tali unta baginda. Kemudian lelaki tersebut berkata: Wahai Muhammad! Ceritakanlah kepadaku perkara yang boleh mendekatkanku kepada Syurga dan menjauhkanku dari Neraka. Rasulullah s.a.w tidak segera menjawab, sebaliknya baginda memandang ke arah para Sahabat sambil bersabda: Sesungguhnya dia adalah orang yang telah mendapat petunjuk. Kemudian baginda bertanya kepada lelaki tersebut: Apakah perkara yang engkau tanyakan tadi? Lelaki tersebut mengulangi pertanyaannya. Lalu Rasulullah s.a.w bersabda: Engkau hendaklah mengabdikan diri kepada Allah, jangan menyekutukannya dengan sesuatu, dirikanlah sembahyang, keluarkanlah zakat dan pulihkanlah hubungan kekeluargaan. Sekarang lepaskanlah unta ini. Riayat Bukhari Muslim
3- APA HIDAYAH ALLAH ITU? Nilai Diri Sendiri Dulu
BISMILLAHIRAHMANIRAHIM : Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahi rabbil alamin, kita rupanya masih diberi kesempatan oleh Allah untuk bertemu kembali. Ana rasa, kita telah mendapat hidayah Allah hingga kita bertemu saat ini. Menurut pengalaman sejak kecil hingga hari ini, tidak ada satu pun yang ''diberikan' Allah kepada kita itu YANG TANPA SEBAB : - karena ana dapat kemudahan internet mail, maka kemudian kita boleh bertemu dengan mail. - karena ana menangis waktu bayi, maka ibu ana memberikan air susunya. - karena tidak terpenuhi syaratnya, maka seseorang tidak memperoleh anak. - karena ana berlatih dan berusaha 'membaca' Al Qur'an, maka ana dapatkan juga hikmahnya walaupun sedikit - karena ana siap untuk menjadi orangtua, maka ana memperoleh kemudahan untuk memperoleh anak soleh. - karena badan seseorang sudah tidak layak dihinggapi (disusupi) oleh nyawa dan ruh manusia, sebab sistemnya sudah rusak, maka manusia itu menjadi disebut mati. - karena seseorang muslim tidak mematuhi petunjuk tuhannya, maka dia disebut INGKAR JANJI (rusak aqidah ulluhiyah) kalau tidak boleh disebut kafir. - kalau hati dan jiwa kita suci, maka kita akan dapat menangkap hikmah dari Al Qur'an. Selalu saja ada sebabnya, agar kita manusia bisa menggunakan aqal kita dengan mudah. Tetapi kalau ditelusuri hingga ke ujung, ya semuanya ya dari Allah juga. Allah-lah yang telah menetapkan hukum-hukum sebab dan akibat itu. Hukum-hukum Allah selalu tidak pernah mungkir (selalu kekal). Faktor-faktor SEBAB selalu saja ada unsur-unsur : FAKTOR UNTUK SUATU KEJADIAN dan TERJADINYA SUATU KEJADIAN itu sendiri. Sedangkan AKIBAT atau HASIL DARI SUATU KEJADIAN yang sering kita sebut sebagai TAQDIR, hanyalah sebuah ukuran keberhasilan / kegagalan dari sudut pandangan manusia, padahal sebenarnya merupakan suatu ketetapan dari yang menetapkan hukum itu sendiri. Kalau suatu keberhasilan (menurut pandangan manusia) terjadi, lantas orang mengatakan "Allah telah memberikan HIDAYAH-Nya kepada orang itu ...". Kalau "kegagalan" yang terjadi, kemudian dikatakan "ALLAH MARAH kepada orang itu". Padahal keduanya adalah hal wajar-wajar dan hanyalah merupakan berlakunya suatu ketetapan Allah saja. Ketetapan dan hukum Allah itu sungguh-sungguh tidak terbatas jumlahnya. Baik yang berujung dengan suatu "keberhasilan" mau pun yang berakhir dengan "kegagalan" menurut ukuran kita manusia. Kalau pun kita mampu untuk mengungkapkannya, itu pun hanya sebagian sangat keciiiil saja. Pengungkapan yang mampu kita lakukan, kadang kala kita peroleh oleh kerajinan kita dalam ber'ijtihad' (menggali rahasia ilmu) dan ada kalanya ditunjukkan oleh Allah melalui Al Qur'an dan rasul-rasul-Nya.Maka sungguh-sungguh beruntunglah bagi kita yang memperoleh kemampuan MENGUNGKAPKAN dari kedua macam potensi ini. Itulah kelebihan orang yang beriman dan beraqal, maka tertinggikan darjatnya oleh hukum Allah dengan memperoleh penghargaan dari Allah (bermacam kemudahan dunia dan akhirat) dan makhluk-Nya (pujian, harta, dll). Maka kita pun lantas menyebut orang yang berjaya seperti itu dengan ORANG YANG MEMPEROLEH HIDAYAH. Ternyata hidayah itu tidak datang dengan sendirinya, selalu saja ada sebabnya dari kita sendiri. Maka istilah HIDAYAH ini - kalau boleh ana mengungkapkan pemahaman ana sendiri - dapatlah disebut sebagai DIPEROLEHNYA SUATU HIKMAH KEBAIKAN (ILMU, PEMAHAMAN, PENGHAYATAN, KEMASUKAQALAN, PENGETAHUAN tentang kebaikan). Perhatikanlah ayat 15 pada Surat Al Israa (Surat 17) petikan di bawah ini, uga menggambarkan hal itu. ***Al Israa [17]:15*** "Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian)dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul". istilah: - sesat ana fahami sebagai TIDAK PADA DISIPLIN ILMUNYA - dosa ana ertikan sebagai keadaan yang tidak/kurang menyenangkan. - azab ana fahami sebagai keadaan sengsara, merasa bersalah, stress seorang rasul ana fahami sebagai seseorang/sesuatu yang dapat menyampaikan sesuatu kebenaran. Sebenarnya tersirat juga bahwa "berat mengamalkannya .." ini bererti belum MANTAP-nya HIKMAH tentang suatu petunjuk Allah pada diri seseorang. Contoh mudahnya adalah kalau kita tidak mengerti berbahasa Inggris, maka kita berat rasanya untuk bergaul dengan orang yang berbahasa Inggris, membaca buku-buku berbahasa Inggeris, dst. Jadi berat ringannya seseorang mengamalkan sesuatu itu, tergantung juga dengan KUALITI PEMAHAMANnya tentang sesuatu itu. Maka Rasulullah Muhammad (SAW) selalu menunjukkan kepada kita agar berislam secara penuh (kaffah). Insya Allah (mudah-mudahan) bernarlah yang disampaikan ini. Kalaupun benar itu pun hanyalah sebuah akibat saja. Kalau pun salah, itu juga adalah sebuah akibat dari kedangkalan dan kedhaifan penulisnya. Semoga Allah mengampunkan kedhaifan ana ini dan mohon maaf kepada seluruh pembaca. Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Sumbangan Dari Al-Ukht Siti Aisyah Ahmad Yusuf Lancaster, UK
4- PERASAAN YANG BERIMAN
BISMILLAHIRAHMANIRAHIM : Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Setiap insan diberikan kesempurnaan jasad dan jiwa oleh Allah SWT. Diantaranya kesempurnaan itu adalah perasaan. Perasaan boleh menghidupkan iman seseorang atau bahkan membuatnya hancur bila nafsu dan keserakahan menyatu dalam perasaan. Maka dari itu, iman haruslah bersemayam dalam seluruh jati diri seseorang, tidak terkecuali perasaan. Perasaan yang iman itu selalu ingat pada ilmu Allah. Ilmu Allah itu meliputi seluruh alam dan seisinya. Iman akan selalu menyelamatkan perasaan yang sangat tersesat. Iman akan lebih tahu apa yang akan dilakukan dari pada nafsu yang terjerat oleh tipu helah dunia. Atas izin Allah, iman mengerti keadaan manusia yang disemayaminya dan iman selalu berdzikir pada Allah. Orang-orang yang mencerca orang yang beriman karena Allah, akan selalu bersembunyi dalam hatinya yang penuh dengan rasa "kepercayaannya sendiri" ( iman yang didasarkan pada pemahaman agama diluar islam atau muslim yang kufur) dan orang yang beriman karena Allah itu akan terus berjalan seperti musafir. Iman tak akan dapat melepaskannya dalam keadaan sengsara. Ini semua liku-liku hidup dalam mencari jalan Allah. JALAN ALLAH Jalan Allah adalah, jalan yang hakiki dan kidmat. Jalannya orang-orang yang diberi petunjuk dan bukan jalannya orang-orang yang dimurkai Allah. Bacalah Alqur'an, disitu akan didapati jalan Allah itu. Iman tak akan membiarkan orang yang berjalan di jalan Allah terjerumus dalam kesesatan dan kemaksiatan. Sekalipun kenyataannya suatu penderitaan dalam kerangka berfikir manusia, adalah kesucian jiwa dan bukan kebodohan bila orang yang beriman mau membantu siapa saja tanpa pengharapan keduniawian. Adalah kemurnian hati bila seorang yang beriman itu mengalah dari siapa saja, bukan kelemahan. Adalah minhadz jati diri yang tercatat dalam buku baitul makmur apa yang telah dialami orang-orang yang menyerahkan diri pada Allah. Itu semua kebahagiaan. KOMITMENT IMAN Semua kaum muslimin yang rajin shalat, bersedekah, memakmurkan Masjid, dan berjuang dalam menegakkan norma Islami adalah titah Allah yang setia. Dalam perjuangannya sering ada cacian, cercaan, kemurkaan, dan pengorbanan perasaan. Kesabaran dan kepasrahan terhadap Allah akan menjadi penawar luka hatinya yang dalam. Pada hakikatnya orang-orang itu telah berusaha sekuat tenaganya dalam memperjuangkan agama Allah. Imannya akan selalu menjaga dirinya. Kini tiada bunga yang lebih harum aroma nya selain harumnya derma kebajikan untuk orang-orang yang memerlukan kaum duafa dan kaum yang terbelenggu kabut kehidupan tanpa iman... Lailahailallah Muhammadurasulullah, itulah ucapan jiwanya setiap saat. KOMITMENT IMAN, JIWA, JASAD, DAN ROH Dengan izin Allah untuk orang-orang yang beriman itu, iman, jiwa, jasad, dan roh akan merapatkan diri menyempurnakan bathin dan lahir untuk menjaganya dari kemaksiatan dan kemasgulan dunia. Dalam roh keimanan itu terdapat ilmu dari Allah. Ilmu yang disemayamkan dalam diri masing-masing orang yang beriman. Ilmu kalam itu akan selalu menampakkan amal dan kebaikan diri. EPILOG Jadi iman bukanlah hanya dalam ucapan, pikiran, perbuatan, tapi juga dalam roh, jiwa, kalbu, dan perasaan. Perasaan adalah bagian jati diri yang mudah rapuh karena gemerlapnya keindahan dunia. Maka perasaan harus bersamaaan dibenamkan (immersed) dalam iman. Perasaan yang iman selalulah bersemayam dalam jati diri kita untuk berjuang dijalan Allah. Allahu'alam bisawab Hanya Allah Yang Maha Tahu Sumbangan Dari Al-Ukht Siti Aisyah Ahmad Yusuf Lancaster, UK