Pergi, Menjumpai, Membagi Hati

Sdr. Raymond Laia


Setiap hari Kamis sore beberapa ibu (lebih tepat: nenek-nenek) datang ke biara di Münster untuk menggunting perangko. Di antara para saudara mereka lebih dikenal sebagai Briefmarkenfrauen (wanita penggunting perangko). Tahun ini aksi kumpul dan gunting perangko ini memasuki tahun ke-25. Jadi pesta perak! Tak ada pesta-pestaan, hanya minum kopi dan nonton film bersama pada suatu sore hari bersama Prokurator Misi, Br. Ephrem. Puisi berikut merupakan pemyatan ucapan terima kasih atas bakti tulus mereka.

Gunting-menggunting perangko im nampaknya pekerjaan sepele. Tetapi menjalankannya secara setia selama bertahun- tahun tentulah memiliki kualitas tersendiri. Selain bangga akan hasil kerja (hasil penjualan perangko bekas ini per tahunnya bisa mendirikan sebuah Gereja baru di Keuskupan kita!), mereka juga melihat karya ini sebagai salah satu sarana untuk mendukung secara nyata misi di Keuskupan kita. Kini mereka semua sudah lanjut umur. Beberapa bahkan hanya bisa berjalan tertatih-tatih. Kendati demikian mereka masih tetap setia datang, karena seperti seorang ibu mengatakan: Kami babagia bila mendengar bahwa di Keuskupan Sibolga iman bisa berkembang

Harap dicatat, aksi untuk misi semacam ini bukanlah satu- satunya. Masih banyak lagt pribadi-pribadi, yang juga atas salah satu cara mendukung misi di daerah kita, entah itu dengan menyumbang langsung (teratur atau sporadis) atau dengan aksi- aksi lainnya yang bisa mendatangkan dana untuk misi. Hanya sayang bahwa ideal misi seperti yang mereka hayati tidak lagi berbekas dalam hati mereka yang lebih muda. Berlalunya generasi ini, yang de facto kini telah jompo, berarti berlalu pula angkatan mereka yang selama bertahun-tahun ini aktif mendukung misi di Keuskupan kita.

Misi. Apakah itu?
Misi adalah inisiatif,
inisiatif Yang Ilahi sendiri
untuk pergi
melawat umatNya yang dikasihi
Terang sejati disulutnya di dalam batin
sehingga kini
mereka mengasihi dengan kasih ilahi
menilai dengan nilai ilahi bertindak dengan motif ilahi

Misi. Apakah itu?
Misi adalah inisiatif,
inisiatif dari mereka yang terpilih,
yang telah membiarkan diri disentuh oleh Yang Ilahi
Mereka berusaha mengasihi dengan kasih ilahi
berusaha menilai dengan nilai ilahi
dan berusaha bertindak dengan motif ilahi

Misi. Apakah itu?
Misi adalah inisiatif konkrit
yang tidak tinggal di dalam hati
ataupun sekedar berbenti di bibir
Setidaknya demikianlah Bu Eva Hundehege (70 thn) membatin.
Karena itu rata-rata dalam seminggu dua kadang tiga hari
ia mempersembahkan waktunya untuk menyortir
segala perangko yang akan digunting setiap Kamis
Lebih 10 tabun ia telah berbakti untuk misi Kapusin
kendati awalnya SVDlah yang memercik motivasi 'ntuk misi
Dari hubungan batin dengan beberapa misionaris
ia belajar untuk menghayati
nilai dari membakti untuk umat di daerah misi

Jadi apakah misi itu?
Misi adalah inisiatif 'tuk menghayati iman secara konkrit
Setidaknya demikian Bu Jakobs (69 thn) meyakini
Sembilan tahun ia beraksi
Ia senang datang dan berbakti lagi
karena melalui karya ini
dia punya kesempatan untuk sharing
pengalaman iman dalam hidup sehari-hari

Jadi misi adalah wujud iman sejati
yang seyogyanya tidak dipendam sendiri.
Karena itu bagi Bu Priessnitz (86 thn) misi itu penting
Ia bersyukur lagi dan lagi
bila mengalami, iman berkembang di daerah misi
sekaligus meneguhkan iman sendiri

Misi. Apakah itu?
Sekedar inisiatif yang kemudian mati?

Bu Beckmann memiliki pendapat lain
Ialah yang memulai inisiatif kumpul gunting perangko ini
duapuluh lima tahun yang lalu
dan kendati kini tak bisa datang lagi
karena usia dan kesehatan fisik yang miring drastis
ideal misi tetaplah tersulut abadi
karena itu hati masih bergayut bagi umat di daerah misi
Demikian pula nanti
bila Bu Schubert (87 thn) harus berhenti
karena kesehatan fisik tidak mengijinkan lagi
dan apakah ia lain bagi ibu-ibu lainnya lagi?

Jadi apakah misi?
Misi adalah inisiatif konkrit, pergi, menjumpai, membagi hati
Jadi tidak tinggal di dalam hati
ataupun sekedar berhenti di bibir
karena ia lahir dari iman sendiri.

Münster in Westfalen, Germany, 1997

Published in Gita Damai No.14/VII/1997, 17-20.

Veröffentlicht in den Provinzmitteilungen der Kapuzinerprovinz St. Fidelis, Sibolga, Indonesien, 14/VII/1997, 17-20.

Dimuat di Gita Damai 14/VII/1997, 17-20.


1