Posted: Tue Aug 24, 2004 10:31 am Post subject: Sekapur Sirih
Sekapur Sirih
Oleh butongpay
Di daerah kami, ketika umat Tao semakin banyak, maka atas inisiatif beberapa taoyu, dibentuklah sebuah struktur organisasi kecil yang bertujuan agar bila ada pertemuan ataupun acara lainnya mudah di komunikasikan dengan taoyu – taoyu yang lain.
Pada awal pembentukan terjadi keributan kecil, karena masing – masing taoyu merasa belum pantas untuk menduduki jabatan organisasi kecil tersebut dan malah menunjuk taoyu lain yang lebih pantas. Akhirnya kata sepakat terpaksa di ambil bersama, siapa – siapa saja yang menduduki jabatan organisasi kecil tersebut.Saat itu,saya melihat kerendahan hati masing – masing taoyu.
Waktu itu, taoyu bersatu padu bukan berdasarkan dia merasa dirinya lebih senior dari taoyu yang lain melainkan mereka menjalankan tugas karena mereka merasa perlu saling membantu antara taoyu yang lain. Pada acara tertentu, saya melihat ada taoyu yang mengurusi makanan,ada taoyu yang bertugas mengontak taoyu lain, pembuat acara, dll.
Saat diskusi – diskusi kecil, para taoyu saling berbagi pengalaman satu sama lain dan berusaha membagi pengalaman mereka untuk memajukan taoyu yang lain. Di sinilah rasa persaudaraan taoyu, saya rasakan. Tidak merasa iri hati, ketika taoyu lain mendapat tugas ataupun menilai kepantasan seseorang mendapatkan huang ie. Saling mengucapkan selamat sepertinya sudah biasa. Saat itu merupakan masa – masa yang luar biasa.
Cerita – cerita tentang sejarah Shen pun saya sering saya dengar, Banyak kisah dan teladan dewa yang dapat dijadikan teladan para taoyu.
Ada beberapa kisah yang menarik tentang sejarah Shen di antaranya
Pada dinasti…di abad…..hiduplah seorang saudagar yang kaya namun hatinya baik sering menolong fakir miskin dan mempunyai rasa rendah hati. Alkisah Li Tung Ping dan Cung Lie ingin menguji ketulusan hati saudagar tersebut.
Kedua Shen itu merubah dirinya menjadi seorang yang miskin dan datang ke tempat saudagar kaya tersebut untuk meminta makan. Dengan sikap kurang sopan, kedua Shen itu meminta makan bahkan untuk nginap di tempat saudagar kaya tersebut.. Namun dengan ketulusan hati, saudagar kaya tersebut melayani ‘kedua orang miskin’ tersebut.
Setelah di anggap lulus,Kedua Shen tersebut memberikan sebuah buku sebagai petunjuk untuk belajar ilmu kedewaan. Dengan tekat yang kuat, akhirnya saudagar kaya tersebut berlatih dan meninggalkan sifat keduniawinya dengan berpura – pura menjadi gila.
Setelah beberapa tahun siutao,kata orang di desa itu, mereka melihat secercah cahaya keluar dari rumah saudagar kaya itu.
Cerita yang lain adalah,
Ada seorang ‘taoyu’ yang akan diberikan sebuah ilmu oleh gurunya yang dapat merubah batu menjadi emas. Namun setelah 500 tahun kemudian emas itu akan menjadi batu kembali. Dengan kesadarannya ‘taoyu’ tersebut menolak karena akan membuat kesengsaraan setelah 500 tahun kemudian.
Taoyu tersebut baru mengetahui bahwa hal tersebut adalah ujian terakhir dari Guru-nya. Setelah mengamalkan ilmunya beberapa tahun,akhirnya taoyu tersebut menjadi seorang Shen.
Di dalam cerita Shen,ketika selalu melihat teladan yang diberikan oleh sejarah Shen tersebut. Mereka selalu berusaha untuk menaklukan sifat duniawinya.
Setelah mereka dapat menaklukan sifat duniawinya, merekapun harus diuji lagi oleh Shen apakah mereka benar – benar pantas menjadi seorang ‘Shen’.
Beberapa teladan dari sejarah Shen mengajarkan kita untuk selalu mempunyai sifat rendah hati, tidak iri hati,sopan – santun, tidak bergara - gara dan selalu mempunyai sifat tanpa pamrih untuk menolong sesama manusia.
Ketika kita disebut sebagai seorang Taoyu, berarti kita menyatakan diri untuk siutao ( merevisi / memperbaiki ke jalan kebenaran / Tuhan / Tao / Wu Chik ). Namun saya melihat justru sebaliknya kita melihat beberapa taoyu menunjukkan teladan yang kurang baik. Akankah diri kita pantas di sebut seorang taoyu ?
Saya melihat taoyu – taoyu yang dulunya Ciang Tao atas nama Tao, berguguran satu demi satu. Akankah kita, kurang menyadari bahwa semakin tinggi, anginnya semakin kencang ? Ketika seorang taoyu menjadi seorang ‘pemimpin’ kemudian ada taoyu lain yang lebih dari taoyu tersebut merasa tersaingi ? Akankah kita berani belajar dari taoyu lain walaupun beliau lebih mudah dari kita ? Akankah kita menyadari bahwa setiap taoyu mempunyai pendapat yang perlu dihargai ? Bukankah Thuan Cie ( bersatu ) selalu didengungkan oleh Sefu kita ?
Sadarkah kita, bahwa kita adalah TAOYU -> seseorang yang ingin menaklukkan keinginan daging / ego / sifat duniawi ? Di manakah tradisi – tradisi seorang calon Shen itu terlihat ?
Kadang – kadang, kita tidak berani mengakui kesalahan kita atau ingin belajar dari taoyu yang lain karena kita lebih senior ? Sadarkah kita bahwa seorang profesor kadang – kadang mendapat ilham dari seorang yang dianggap upnormal ?
Ketika ada seorang taoyu yang kaya, kita berusaha bersikap baik sedangkan ketika kita melihat seorang taoyu yang miskin, kita berusaha untuk menjauhi karena di anggap merepotkan. Inikah sifat seorang yang sedang siutao ?
Masing – masing mengganggap dirinya,akulah yang paling pantas ? Benarkah demikian ? Siapakah yang menilai pantas atau tidaknya ? Shen / kita ?
Menurut saya, kehidupan ini adalah sebuah sekolah. Pada saat – saat tertentu,ujian akan datang kepada kita setiap hari. Ketika kaya, kita diuji bagaimanakah sikap kita ? Begitu juga ketika kita miskin, apakah kita mudah putus asa ? Akankah kelahiran dan kematian kita selalu membawa harta yang kita pupuk sekarang ?
Dalam Thay Sang Law Cin Cen Cing tertulis
“ Kaya Raya seperti Sekuntum Bunga” TLSC XIII
“Sedikit sajalah soalkan nama dan benda “ TLSC IX
Lao Tze mengatakan :
“Mengalahkan orang lain memerlukan tenaga, mengalahkan diri sendiri membutuhkan kekuatan”.
Dalam sebuah lagu Tao karangan SF ada yang mengatakan
“Hidup sudah di takdir ..tidak perlu kuatir….ingat sumber sejati….”
Sebagai kesimpulan,
Saya pikir Shen tidak akan menguji kita, kalau kita sendiri belum mampu menaklukan sifat duniawi / daging / ego kita. Karena ujian pertama datang dari kita sendiri.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua, terimakasih