EURO : Bagaimana dampaknya bagi Asia, dan bagaimana pengaruh Asia bagi Euro.

Euro bukan sekedar andalan menjadi alternatif mata uang perkasa dunia yang menyaingi US Dollar.
Ia semakin menjadi kebutuhan akibat guncangan krisis ekonomi. Idealnya sebagai contoh unifikasi moneter, yang tahan terhadap 'gempa'. Dimanakah kunci keberhasilannya?

ASIA: The Collapse and The Cure [New York Review of Books, Feb 5, 1998]
by Lester Thurow
Euro menjadi topik yang diulas pada bagian akhir dari ASIA: The Collapse and The Cure. Tulisan oleh Lester Thurow, setahun yang lalu, menjadi semakin relevan hari ini setelah Euro berhasil diluncurkan. Dibawah, salinan hanya dari bagian topik ini. Artikel selengkapnya, masih tetap relevan bagi kita yang mengalami krisis dan merasakan akibat krisis secara langsung.

...... Pada akhirnya setiap insan hendaknya menyadari bahwa garis patahan di bumi ekonomi belum meletuskan gempa yang paling dahsyat. Apa yang kita alami sekarang barulah getaran-getaran kecil saja. Meskipun ada aksioma ekonomi internasional yang mengatakan bahwa tidak ada negara yang dapat menangung defisit perdagangan besar-besaran secara terus menerus yang harus dibiayai melalui pinjaman luar negeri, pada kenyataan aksioma ini tidak berlaku di negara seperti Amerika Serikat yang menjadi penyedia matauang cadangan devisa dunia dan mampu meminjam apapun yang diinginkan dalam mata uangnya sendiri. Negara ini dapat mencetak dolar seberapa saja yang diperlukan, maka baginya tidak ada risiko tidak sanggup bayar; dan dengan demikian Amerika bukanlah negara peminjam seperti negara lain.

Oleh karena ia dapat mencetak mata uang cadangan dunia, maka AS bisa menjalankan defisit perdagangan yang luar biasa besar untuk jangka waktu lama. Sebagai cerminannya, Asia (Jepang) sebaliknya dapat menjalankan surplus yang juga luar biasa besar untuk waktu yang sama lamanya pula. Matematika sederhana menunjukkan bahwa tidak ada pihak yang mengalami surplus perdagangan kalau tidak ada pihak lain yang mengalami defisit. Jika Amerika kehilangan kemampuannya menjalankan defisit perdagangan, Asia akan juga kehilangan kemampuan melanjutkan surplus perdagangannya, dan kemudian akan mengalami penurunan permintaan barang-barang produksinya.

Keterkecualian Amerika yang satu ini akan berakhir pada tanggal 1 Januari 1999, yaitu saat Euro mulai diberlakukan. Untuk pertama kalinya semenjak Perang Dunia II, akan ada wadah lain yang dapat menampung jika orang ingin menghindari dolar. Sekarang (saat tulisan ini dibuat, Jan 98) masing-masing mata uang Eropa terlalu kecil untuk menjadi mata uang devisa yang bisa menggantikan dolar, sementara bagi pasar keuangan Jepang ada terlalu banyak regulasi untuk memungkinkan yen mengambil peran itu.

Adalah sangat mungkin bahwa tidak sedikit pemerintahan dan investor di seluruh dunia amat berminat untuk meninggalkan dolar. Negara-negara dan perusahaan-perusahaan di Eropa akan membutuhkan cadangan devisa yang semakin berkurang guna melakukan transaksi dengan hapusnya empat belas jenis mata uang. Dana cadangan devisa transaksi itu sekarang disimpan dalam bentuk dolar atau apapun yang bernilai dolar. Jika anda membaca bahwa Bank Sentral Belanda menjual emas, secara efektif yang terjadi adalah mereka menjual dolar. Bank sentral, seperti bank sentral Belanda, sudah mulai mengurangi simpanan devisa internasional mereka. Negara seperti Arab Saudi, sudah sewajarnya berniat memegang sebagian devisa, dan juga memasang harga produksi minyaknya, dalam Euro.

Coba bayangkan mana yang menjadi pilihan bagi mereka yang perlu memegang cadangan devisa internasional. Satu kemungkinan, menaruh di bank dari Amerika, yang mengalami defisit lebih dari 200 milyar dolar per tahun dan berhutang lebih dari 1 trilyun dolar kepada negara lain di dunia. Atau di bank dari Eropa, yang mengalami surplus perdagangan dengan sisa dunia dan berpiutang kepada negara-negara lain. Bank dari negara mana yang anda pilih?

Perekonomian Amerika berjalan dengan baik, namun investor asing tidak menanamkan modalnya di perekonomian Amerika. Mereka berusaha memanfaatkan mata uangnya hanya sebagai tempat menyimpan harta milik yang aman. Dengan begitu besarnya hutang Amerika ditambah defisit perdagangan yang berlangsung tahun demi tahun, mereka sadar bahwa satu saat dolar akan jatuh. Namun dalam jangka pendek, tidak ada yang tahu secara pasti. Bisa saja terjadi sesuatu masalah dengan Euro. Maka pada awalnya investor asing tidak sekaligus memindahkan dananya keluar dari dolar. Hanya sebagian akan berangsur-angsur mengalihkan uangnya dari dolar untuk berjaga-jaga. Namun jika ada cukup banyak orang yang mulai berjaga-jaga dan dolar mulai menurun, maka mudah sekali proses kejatuhan bisa terjadi.

Sebagaimana semua ramalan krisis, waktu yang tepat kapan "kejadian besar" benar-benar meletus pada dasarnya tidak dapat diprakirakan. Namun jika rencana Eropa untuk menggulirkan Euro berjalan dengan lancar, sudah ada cukup alasan untuk prakiraan itu.


E-DAY EVE: Support from Asia will be key barometer of currency's future [SMH, 31 Dec 1998]
by Mark Magnier

The Euro Poses a Political Challenge to America [IHT, Dec 31, 1998]
by William Pfaff

Does Euro Spell End of the Dollar? [LA Times, Jan 3, 1999]
by Walter Russel Mead

The Euro Could be Good for Trans-Atlantic Relations [IHT, Jan 4, 1999]
by C. Fred Bergsten

The Euro: The Engine That Couldn't [NY Review of Books, Dec 4, 1997]
by Josef Joffe

Sebuah refleksi artikel yang melihat gagasan Euro sebagai sesuatu yang meragukan. Bagi sebagian kalangan Euro tidak diharapkan akan berhasil. Namun kenyataannya Euro saat ini menjadi tumpuan untuk membenahi permasalahan keuangan dunia. Dan bahkan merupakan ancaman bagi keperkasaan dollar Amerika Serikat.
Artikel ini juga memberikan uraian sekilas riwayat terbentuknya Euro.


HOME     TOP

For any comments send e-mail to mugajava@geocities.com
Visit   http://geocities.datacellar.net/Eureka/Concourse/8751/
or  http://come.to/diskrisek

Page created 7 January 1999. Last updated Friday 8 January 1999, 7:46 AM.
Produced with Webford 2.01.    
Number     since 7 Jan 1999.
1