Selamat Datang kepada semua Cyber Mujahid yang mengunjungi ke Homepej SSMedia ini. Semoga semangat jihad antum semua tidak luntur dan layu.
Anda akan dihidangkan dengan bahan-bahan yang menambah semangat jihad anda....
Satu cerita dari jihad Chechya
Assalammualaikum Wr.Wb.
Sesuatu yang biasa bagiku mendaki tebing-tebing tinggi di sekitar pegunungan
Kaukasus. Diwilayah pegunungan Kaukasus Raya yang tingginya sekitar 5500
meter itu, para pejuang Chechnya, di antaranya dipimpin ayaku Zakaria
Bolsov, mendirikan kamp-kamp latihan rahasia.
"Cepat, Vakha! Nanti 'Srigala Hitam' kelaparan!" teriak ibuku. Ibu biasa
menyebut ayah dan dua puluh anah buahnya sebagai Srigala Hitam, julukan yang
diberikan Jendral Jauhar Dudayev kepada mereka.
Aku mengangguk. Kuraba pinggangku. Tambang untuk mendaki erat berada di
sana. Ups, beban yang kubawa berat juga. Gandum masak, air minum.., dan
beberapa pakaian dalam ransel. Kubuka jilbab yang kupakai. Entah mengapa
aku merasa kurang leluasa dnegan jilbab ini.
Uh, susah payah aku mendaki. Beberapa kali hampir terpeleset!! Sempat
kusaksikan pula pesawat pembom SU-24 Rusia melayang-layang di atas
desa-desa, membombardir, memusnahkan semua! Sejenak kupejamkan mata!
Bajingan! Gigi-gigi beradu keras!
Baru saja kepalaku mundul dari bawah tebing...
"Vakha!"
Assalamu'alaikum.., ayah!"
Ayah menjawab salamku dengan keras.
"Mengapa kau lagi yang mengantar perbekalan kemari?! Aku sudah melarangku!!
Mengapa bukan orang yang kukirim untuk turun gunung? Mana Abbas??!!"
berondongnya. "Kita sudah sepakat Vakha Bolsov, tidak ada naik gunung lagi!
Jaga ibumu dirumah!! Hei, mana jilbabmu?"
Ayah membiarkanku naik ke atas sendiri.
"Yakin tak ada yang mengikutimu?!"
Aku menggeleng. "Abbas syahid, ayah! Bom jarum Rusia mengenainya. Aku
mengenali mayatnya tergeletak tak jauh dari rumah kita."
Ayah tersentak sejenak. "Innalillahi," lirihnya. Tapi..."Tidak ada naik
gunung lagi, Vakha! Ini yang terakhir! Apa kau tak malu.., tak ada wanita
di sini,"kata ayah dengan nada gemas. "Pakai jilbabmu!" bentak beliau.
Beberapa anggota pasukan melihat ke arah kami. Aku menunduk sambil
memasang jilbab kusamku.
"Ada apa, Zakaria?" Suara yang penuh kesejukan menyapa ayah.
"Bapak Presiden, maafkan saya! Ini makanannya sudah datang!"
Presiden? Jendral Dudayev! Ah..., sudah lama aku ingin berbincang-bincang
dengannya! Pak presiden yang tegar dan gagah! Aku sangat mengaguminya!
Dan..ya ampun, ia juga cuma makan gandum??
"Istirahat sebentar di ujung sana, setelah itu pulang!" tegas ayah.
"Tapi..ayah,
"Masya Allah.., anakmu seorang muslimah! Jendral Dudayev tertawa.
Setelah menjaga jarak, ia menegurku dengan santun. "Siapa namamu?"
"Vakha Bolsov, Jendral!"
"Kau pandai mendaki tebing! Kau sangat berani!"
"Ayahku yang mengajari sejak aku kecil. Aku adalah anak satu-satunya! Aku
suka bila ikut bertempur dan tidak hanya memasak.."
"Vakha!"
"Biarkan, Zakaria!" Jendral Dudayev membetulkan papakha (topi tradisional
Kaukasus) yang saat itu dipakainya. "Berapa umurmu?"
"18 tahun."
"Insya Allah kita akan bentuk Pasukan Khusus Wanita. Mau bergabung?"
Aku mengangguk cepat dengan mata berbinar.
Itulah awal pertemuanku dengan Presiden Dudayev, Juni 1994. Tak lama
setelah itu situasi kian genting, hinga ayah ditarik menjadi komandan tempur
di Grozny.
Hampir bersamaa dengan itu ibu meninggal terkena bom jarum. Bom jenis ini
meledak di udara dan menebarkan besi-besi semacam paku dengan radiasi
beberapa ratus meter. Paku-paku bersuhu panas itu turun dengan kecepatan
tinggi. Bahkan atap rumah kami dapat ditembusnya! Saat itu aku menangis
melihat rubuh beliau yang tampak mengenaskan karena tersayat-sayat dan
tercerai berai.
Beberapa hari dalam duka, sebuah helikopter menjemputku untuk menemui ayah..
"Presiden memintamu menghadap di istana kepresidenan," ujar ayah sambil
memelukku.
Aku terkejut.
"Pasukan Khusus Wanita akan dibentuk. Beliau membutuhkan bantuanmu. Ayah
sudah menceritakan semua. Bahwa kau mahir memanjat, bela diri, bergerilya
'hit and run' dan berpisau. Beliau sangat menghargainya..."
"Ayah sudah tahu tentang ibu?" tanyaku hati-hati.
Ayah mengangguk sambil menarik napas panjang. "Syahidah..," gumamnya pelan.
Tiada kusangka aku bisa masuk ke istana kepresidenan. Dan ketika aku
ditemani ayah masuk ke ruangan Presiden, yang pertama kali tertangkap oleh
mataku adalah suasana keislaman yang kental. Di mana-mana terdapat
kaligrafi, bahkan di atas foto Dudayev terdapat ayat Al Quran.
Ternyata langkah awal yang diintstruksikan Presiden Dudayev adalah agar aku
melatih para muslimah sekitar. Grozny untuk menghadapi kemungkinan serangan
besar-besaran Rusia.
"Bentuk pasukan khusus wanita setelah kau melihat kemampuan mereka. Tidak
usah terlalu banyak orang, yang penting handal."
Aku mengangguk.
"Ingatkan juga mereka, di atas segalanya, iman adalah senjata sekaligus
kekuatan utama kita!" kata beliau tegas. "Selamat berjuang, Vakha!!"
Novembar, 1994 pasukan pemberontak dukungan Moskwa menyerbu Grozny dan
beberapa wilayah lain. Rupanya Rusia berupaya memecah belah. Tetapi
skenario yang disusun untuk menggulingkan Dudayev ini gagal. Rusia lupa,
rakyat Chechya hanya sekitar 1,2 juta jiwa dan 700,000 diantaranya
mengangkat senjata bersama Dudayev, termasuk aku!
Desember 1994 Rusia kian menggila. Tank-tank, pesawat dan jet tempur serta
bom-bom pembunuh Rusia kian mendekati Grozny...
Ayah dan aku terlibat pertempuran panas di perbatasan Grozny. Kini kulihat
tubuh ayah penuh darah..tetapi..ya Robbi, bahkan beliau tak limbung sama
sekali!!
"Vakha, habisi mereka!!" Seru beliau.
"Ayah bertahanlah! Aku aka melindungimu!" teriakku. "Allahu Akbar!"
Ayah tertawa. "Orang-orang Kaukasus telah muslim sejak masa Umar bin
Khotob! Vakha..., seklai lagi!! Takbir!!"
"Allahu Akbar! Allahu Akbar!" Teriakku sekuat tenaga.
Ayah tertawa-tawa. "Vakha, hit and run!"
Aku melemparkan dua granat tangan ke arah tank Rusia, ayah juga, kemudian
kami berusaha berlari sekencang-kencangnya! Tetapi..ayah tampak mulai lemah...
"Ayah..!"
DOR! DOR! DOR! BUM!!Sebuah bom menuju kami. "Vak...kha.." Ayah melepaskan
tanganku. "Lari!!! lariii, nak!"
Airmataku berderai. Ayah tersenyum sebelum bom itu meledak di dekat kami!
Aku melompat beberapa kali di udara! Tanah di sekitar amblas! Bom
penetrasi! Allah, jasad ayahku kini amblas ke bawah tanah!!
"To..long..,"
Masih berlinang airmata aku menju datangnya suara. "Aku..Ovald.., sampaikan
pada ...ayah..ku.., aku pergi ke...la..ngit.."
Seorang pemuda penuh luka tembakan memohon padaku. "Aku Ovald.., waktu...ku
te..lah sam..pai..," katanya lagi terpatah-patah.
"Siapa ayahmu? Siapa?"
"Du..da..yev...,"
Semakin mengenalnya aku makin salut pada Presiden Dudayev. "Hal yang paling
saya sedihkan adalah meninggalnya ribuan penduduk sipil, meski saya terpukul
dengan kematian Ovald. Maka perjuangan fisabilillah tak akan berhenti samai
kita merdek atau syahid," katanya suatu ketika di depan beberapa anggota
pasukan.
"Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa kemerdekaan tak pernah dihadiahkan oleh
penjajah tetapi harus direbut!" tegasnya lagi.
Jendral Dudayev membaca sebuah ayat Qur'an tentang jihad. Fasih dan
langsung diartikannya. Aku ingat ayah pernah mengatakan bahwa Presiden
Jauhar Dudayev memang pandai berbahasa Arab dan pernah ke Al Azhar sebelum
masuk dinas militer Uni Soviet. Aku juga melihat kebanyakan yang dekat
dengannya dalah ulama-ulama besar Chechnya!
15 Februari 1996, pagi itu pecah pertempuran besar! Pasukam muslimin yang
langsung di bawah komando Jendral Dudayev terdesak mundur.
"Vakha, bawa keluar segera wanita dan anak-anak dari Grozny!!"
"Siap Jendral!" sahutku.
Aku berusaha memobilisir wanita dan anan-anak bergerak melalui jalan lain
yang lebih aman! Tetapi seluruh Grozny tampaknya telah terkepung!
Maka terjadi pertempuran di jalan-jalan! Penduduk sipil akhirnya menjadi
bulan-bulanan mortir dan bom Rusia! Tetapi banyak juga di antara mereka
yang bangkit melawan dengan gagah. Bahkan aku melihat anak-anak dan wanita
lanjut usia berusaha melawan mereka!
Sasaran utama Rusia di antara sumur-sumur, kilang minyak dan pabrik-pabrik
kimia, juga rumah sakit, dan tentunya...Ya Robbi.., istana kepresidenan!
Suara bom, mortir, tembakan dan roket berbalur jerit tangis dan pekik
ribuan manusia!
Aku sangat mengkhawatirkan keselamtan Jendral Dudayev! Sementara kulihat
Grozny mulai rata dengan tanah! Mayat di mana-mana! Jilbab pendekku penuh
cipratan darah!
Istana kepresidenan di tangan Rusia!
Aku selalu memikirkan keadaan Jendral. Komandan tempur Shamil Basayev
mengatakan beliau baik-baik saja. Aku tetap cemas.
Begitulah, sampai tiba tanggal 5 Maret. Menurut rencana esok kami akan
memasuki Grozhny. Semua yang terlibat pasukan pria kecuali aku dan pasukan
khusus wanita yang juga bertanggung jawab untuk masalah perbekalan makanan
dan minumam.
"Komandan Vakha!"
Aku menoleh. Dua orang pria masuk dan meninggalkan sepucuk surat di atas meja.
Kubuka surat itu. Dan seperti tak percaya aku mulai membacanya...
Kepada Saudaraku fillah Vakha Bolsov, di Sabilillah,
Segala puji hanya pada Allah dan shalawat bagi Rasulullah
Pupuk terus semangat jihad. Dengan iman di dada segala senjata Rusia tak
kan berarti apa-apa. Dan masa depan hanya lah bagi kaum beriman. Istiqamah!
Wassalam, Dudayev
Keesokan harinya kami menyerang Grozny. TErnyata pasukan Rusia tampak siap.
Tetapi tanpa kenal henti berhari-hari kami bertempur di jalan-jalan di
Grozny! Ratusan orang tewas! Rusia mengalami kerugian besar walau pada
akhirnya Grozny belum berhasil kami rampas kembali!
Tak lama setelah itu Shamil Basayev memerintahkan untuk pindah ke Daerah Ita
Kam, meneruskan latihan dan membantuk menegarkan kaum wanita di sana.
23 AApril 1996..
"Bersiap-siaplah, Vakha! Kau dan wakilmu Sayyida akan dikawal menuju
Gekhi-Chu. Kita akan merundingkan starategi nasional disana," Suara Basayev
tegas terdengar.
Aku segera bersiap-siap. Daerah Gekhi Chu berada sekitar 30 km sebelah
Barat Daya Grozny. Jalan ke sana amat berat, selain itu bisa jadi senja ini
pasukan Rusia berada di sekitar daerah itu.
Tetapi dugaanku keliru. Tak ada rintangan di jalan. Bahkan jalan-jalan
yang kami lewati begitu lengang bagai mati. Hanya terdengar suara hembusan
angin yang kencang dan lolongan anjing liar.
"Assalamu'alaikum," sebuah suara sejuk menyapa rombongan kami.
Semua menjawab salam dan...
"Jendral!" Aku terkejut sekaligus gembira.
"Vakha! Dan..Sayyida bukan? Anak komandan Vladimir? Mari masuk, tempat
wanita di sebelah sana," ujar beliau ramah pada kami semua.
Subhanalloh, inilah presiden kami. Begitu shalih, merakyat juga sangat
bersahaja!
Usai Maghrib, sekitar dua jam belaiu memberi pengarahan untuk strategi
nasional Chechnya. Memang kuakui, mantan panglima divisi pembom strategi AU
Uni Soviet dan bekas Direktur intelijen di Estonia ini sangat cermat dan
cerdas dalam mengambil langkah perjuangan.
"Jadi semua jelas. Berangkatlah. Oh ya, Vakha..bagaimana dengan laporan
adanya pembataian dan perkosaan di desa-desa?"
"Memprihatinkan, jendral! Rusia biadab itu tak ada bedaya dengan
anjing-anjing Serbia! Laporan tertulis telah saya sampaikan pada komandan
Basayev!"
Dudayev mengepalkan kedua tangannya. Wajahnya keruh sesaat. "Pavel
Grachev.., apa yang kau arahkan pada pasukanmu..? Ya Allah beri kami
semangat jihad dan kesabaran. Ya allah.., jangan tinggalkan kami.., ya
Allah..."
Untuk pertama kalinya kulihat Jendral Dudayev menangis. Tetapi pemimpin
pantang menyerah ini kemudian dengan tetap semangat memberi pengarahan
kembali...
Agar tak menarik perhatian Rusia atau siapa pun, selesai pengarahan kami
semua harus pergi segera dari Gekhi-Chu kembali ke pos masing-masing, begitu
perintah Jendral Dudayev.
Sebenarnya berat bagi kami semua berpisah dengan Jendral. Biar bagaimana
pun ia adalah orang nomor satu yang dicari Rusia! Bahkan akupun ingin
melindunginya semampuku! Namun..kami harus pergi! Dan ini perintah!
Rombongan kami sudah cukup jauh.., ketika tiba-tiba...terdengar ledakan
sangat keras!!!
Jantungku nyaris berhenti!
Kulihat roket-roket beterbangan, percikan api dan kepulan asap yang menebal
dari arah persembunyian Jendral Dudayev! Kami semua keluar dari kendaraan,
masuk ke semak-semak dan tiarap!
"Gekhi-Chu! Presiden!" teriakku sambil berusaha menahan airmata. "Kita
harus kembali Jendral di sana!" kataku histeris!
Tak ada yang berusaha menenangkanku! Tak ada yang melakukan apa-apa! Semua
terperangah! Sekuat tenaga aku berusaha berlari kembali ke arah Gekhi-Chu!
Kakiku lemas! Aku terjerembab!
"Pre...si..den..pe...mimpin...ka..mi..."
Innalillahi, beliau telah pergi bersama syuhada lainnya. Tetapi ruh jihad
Jendral akan selalu bersama kita," ujar Yandarbiyev, wapres Chechnya yang
kini ditunjuk sebagai pengganti Dudayev.
"Dan kita takkan berhenti berjuang, karena dengan iman segala senjata Rusia
tak berarti apa-apa. Masa depan hanyalah milik orang beriman..." ujarku tegas.
"Siapa anda? Anda benar! Itu adalah kata-kata almarhum! seru Yandarbiyev.
"Anda...Vakha?"
Aku menangis. Diam-diam. Perjuangan harus terus berlanjut, walau orang
keras itu telah pergi selamanya.
"Tidak ada kekuatan di dunia ini yang bisa mengalahkan aspek ritual kaum
muslimin," suaranya seperti kudengar lagi, di antara deru angin dan senjata
di pegunungan Kaukasus.
"Islam akan menjadi ideologi negri ini!' Seakan kutangkap bayangannya di
hutan-hutan Chechnya...
Dan aku masih menangis diam-diam..., saat mengenangnya.
Wassalam
Ukhti
KEDUDUKAN JIHAD DAN CIRI-CIRI MUJAHID
KETINGGIAN kedudukan jihad dapat dilihat melalui pernyataan Allah SWT dan sabdaan Rasulullah s.a.w. Antaranya Allah
Taala berfirman:
"Tidaklah sama antara orang mukmin yang duduk (tidak pergi berperang) sedangkan mereka tiada keuzuran, dengan
orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan
harta dan jiwa ke atas orang-orang yang duduk satu darjat. Bagi mereka Allah janjikan pahala yang baik (syurga) dan Allah
melebihkan orang-orang yang berjihad dengan orang-orang yang duduk dengan pahala yang besar. Iaitu beberapa darjat
daripada-Nya, keampunan dan rahmat. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Al-Nisa': 95-96).
Antara sabdaan Rasulullah s.a.w yang menunjukkan tingginya kedudukan jihad ialah sebagaimana hadith yang diceritakan oleh
Abu Said al-Khudri r.a:
"Sesungguhnya di dalam syurga ada seratus darjat yang disediakan Allah bagi para mujahidin pada jalan Allah. Jarak di antara
satu darjat dengan darjat yang lain seumpama langit dan bumi."
Ciri-ciri mujahid
1) Mempunyai perasaan yang hidup, meluak-luak keinginan terhadap kemuliaan Islam, bersegera dengan penuh keinginan
untuk mengembalikan kekuatannya. Ia akan turut menderita melihat keadaan umat Islam yang ditimpa kehinaan sedangkan
mereka layak untuk memiliki kemuliaan.
Lantaran keadaan umat ini bukanlah keadaan yang diredhai Allah dan Rasul-Nya, begitu juga jiwa Muslim dan hati mukmin
sewajarnya tidak meredhainya.
2) Ia mempunyai keazaman yang kuat dan keinginan yang berterusan bagi mencari jalan penyelesaian masalah ummah. Rela
mengorbankan waktu untuk berfikir, menganalisa, merancang metod-metod amal Islami demi keberkesanan dakwah.
3) Ia rela berkorban waktu, harta dan kepentingan diri untuk Islam dan Muslimin. Kalau ia merupakan pimpinan,
sumbangannya ditaburkan melalui tugas kepimpinannya. Contohnya, merancang dan mengawal aktiviti organisasi serta
menguruskan orang bawahannya. Kalau ia adalah pengikut, maka bantuannya sesuai dengan tugasnya sebagai pengikut.
Contohnya, menjadi tenaga kerja perlaksanaan dan memberi infaq. Ini kerana semuanya itu merupakan kebaikan-kebaikan
yang akan diganjari.
Firman Allah:
"Allah janjikan kepada masing-masing (orang yang menafkahkan harta dan berperang pada Allah) balasan yang baik."
(Al-Hadid: 10).
4) Ia hendaklah melaksanakan amar makruf nahi mungkar, menasihati bagi Allah, Rasul-Nya, Kitab-Nya, pemimpin muslimin
dan orang awam di kalangan mereka.
5) Ia juga merupakan tentera Allah yang sentiasa mewakafkan jiwa dan hartanya untuk Allah. Apabila keagungan Islam
dicabar dan kemuliaan Islam diperlekehkan dialah orang pertama yang akan mempertahankannya.
6) Ia akan bekerja untuk menegakkan keadilan. Berusaha memperbaiki keadaan manusia, membantu mereka yang dizalimi
dan bertindak ke atas penzalim sekalipun dia mempunyai pangkat dan kekuasaan.
Sabda Rasulullah s.a.w:
"Penghulu orang mati syahid ialah Hamzah bin Abdul Muttalib dan seorang lelaki yang berhadapan dengan pemimpin yang
zalim, lalu ia menyuruh dan melarangnya, maka ia dibunuh."
7) Sekiranya tidak mampu melakukan perkara di atas, sekurang-kurangnya ia hendaklah bersikap mengasihi mereka yang
berjuang pada jalan Allah. Ia juga hendaklah bersedia menasihati mereka dengan teguran yang ikhlas.
Persiapan jihad Menurut Abu Hasan Ali al-Nadhawi, terdapat tiga faktor utama yang perlu diperhatikan oleh jamaah Islam
demi kejayaan dakwah. Faktor-faktor tersebut seperti berikut:-
a) Mendahulukan marhalah dakwah dan tarbiyyah bagi menanamkan asas-asas keimanan yang kukuh. Apabila peringkat ini
selesai serta berterusannya kerja pendokong dakwah yang akan berjihad pada jalannya, maka marhalah-marhalah seterusnya
akan mudah untuk dicapai.
b) Melahirkan pendokong dakwah yang sentiasa memenuhi setiap kekosongan. Setiap gerakan atau jamaah sekalipun kuat,
sekiranya tidak berterusan melahirkan pendokong selepasnya sebenarnya meletakkan gerakannya di dalam bahaya.
Pendokongnya akan makin berkurangan dan akan mengundur pada bila-bila masa.
c) Memberikan santapan rohani dan ruh yang dapat menjamin kecergasan dan semangat dakwah serta dapat mengembalikan
semula tenaganya yang telah dicurahkan untuk dakwah. Dengan kata lain mereka mestilah mempunyai pengisian kerohanian
dari pihak jamaah mahupun individu jamaah.
Sesungguhnya da'i umpama pelita, habis minyaknya padamlah ia. Oleh itu hal di atas adalah penting diberikan penekanan agar
semangat da'i akan terus menyala dan tidak padam di pertengahan jalan. Bagi pendakwah, tidak cukup dengan semangat dan
tsiqah serta pengorbanan semata-mata.
Tetapi ia mestilah istiqomah dan berterusan. Kedudukan ini sukar dicapai melainkan dengan tarbiyyah ruhiyah dan semangat
serta tindakannya. Ini kerana lelaki yang bercakap berbeza dengan lelaki yang beramal, lelaki yang beramal berbeza dengan
lelaki yang berjihad semata-mata, lelaki yang berjihad semata-mata tidak sama dengan lelaki yang proaktif dan bijaksana serta
menghasilkan keuntungan yang besar serta natijah yang baik.
Pandangan Syed Qutb Sesungguhnya manusia yang paling bersemangat, adakalanya dialah yang paling pengecut dan
mengundur apabila berhadapan dengan sesuatu peristiwa. Bahkan ini mungkin satu strategi ataupun realiti sebenar.
Ini kerana terlalu bersemangat dan tampilnya ke hadapan lazimnya berpunca dari tidak tahu menilai hakikat sebenar sesuatu
tugas, bukannya berpunca dari sifat berani dan tahan lasak. Tindakannya juga kadang-kadang dari jiwanya yang tidak tahan
menanggung susah, lalu ketidaksabarannya mendorongnya bergerak ke hadapan untuk mengalahkan musuh tanpa menilai
kekuatan dan ketahanan diri sendiri.
Justeru, apabila berhadapan dengan realiti tugas sebenar yang lebih berat, merekalah orang yang pertama yang akan
mengalah. Tetapi orang yang tahan lasak dan tidak mengalah ialah mereka yang dapat mengawal diri, sabar menanggung
kesusahan, sentiasa bersiap sedia, dan bijak menilai hakikat tugas harakah.
Biarpun berat tanggungjawab yang dipikul, cabaran yang dihadapi mereka akan bersabar, tidak gopoh-gapah dan bertindak
membuat persediaan untuk menghadapinya. Sabda Rasulullah s.a.w:
"Bukanlah orang yang gagah itu dilihat dari sudut kekuatan fizikalnya, tetapi orang yang gagah ialah mereka yang dapat
menguasai dirinya ketika marah."
Penutup
Kesimpulannya, iman yang benar dan kukuh merupakan persoalan yang utama bagi rukun jihad. Iman umpama modal, dan
jihad umpama satu perniagaan menguntungkan. Kejayaan jihad tidak akan tercapai melainkan jika kita bersifat dengan
sifat-sifat mukmin yang sejati.
Allah Taala berfirman:
"Sesunguhnya Allah telah membeli dan orang-orang Mukmin jiwa-jiwa mereka dan harta-harta mereka dengan ganjaran
syurga." Oleh itu menjadi kewajipan utama bagi setiap pendokong harakah Islamiyah untuk mempersiapkan diri-diri mereka
dengan bekalan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Allah Taala berfirman:
"Berbekallah kamu, sesungguhnya sebaik-baik bekalan ialah taqwa."
Bahaya Meninggalkan Jihad
You can reach me by e-mail at: ssmedia@tm.net.my
This page was created using WEB Wizard Version 1.2
Copyright © 1995 ARTA Software Group and David P. Geller