KEKERASAN  TERHADAP  ANAK  PEREMPUAN  DI JALANAN
 sebuah ceritera dari sudut jalanan..............

 

A. Realita Kekerasan

        “Aku mendapati seorang teman sebutlah (N) yang sedang menangis dan wajahnya penuh dengan bekas sundutan rokok dari teman-teman karena dia di tuduh bertanggung jawab atas kecelakaan yang menimpa temannya sebutlah (R), oleh teman-teman dia di tuduh menjual R pada beberapa laki-laki yang membawa R pergi, sedang kata N, dia tidak kenal dengan semua laki-laki yang mengajak R pergi.”
        Menurut cerita versi R, N mengajak dia pergi ke Badran, sampai di Badran R di perkenalkan pada beberapa laki-laki teman N, setelah itu N pamit pergi sebentar tapi setelah lama di tunggu N tidak muncul-muncul juga sampai akhirnya beberapa teman laki-laki N itu memaksa R menelan obat 3 tik dan setelah itu R di bawa pergi dengan mobil. Kami ( teman-teman yang tinggal di Open House ) merasa sangat khawatir akan keadaan R karena sudah 3 hari R belum pulang juga sedangkan N juga sudah sangat tinggal di Open House Yudonegaran, N sudah tidak berani lagi menghadapi kemarahan teman-teman karena R belum juga pulang.
        Akhirnya di hari ke 4 R pulang dengan memakai daster yang berlepotan lumpur, tangan kanannya membawa es teh dan tangan kiri membawa rokok sedangkan wajahnya kusut, sisa pengaruh obat masih terlihat di wajahnya, baru beberapa langkah R masuk rumah tiba-tiba dia jatuh pingsan.”
Setelah di bawa ke rumah sakit, kami baru tahu bahwa tulangnya patah di bagian tangan. Setelah kejadian itu sampai sekarang aku belum bertemu lagi dengan N dan di mana dia sekarang aku juga tidak tahu.
        Kejadian ini membuktikan tentang realita kekerasan di jalanan itu memang nyata. Mereka sering memakai kekerasan untuk membuktikan bahwa dirinya kuat dan yang menjadi korban adalah anak yang lemah. Bukan hanya laki-laki saja yang melakukan kekerasan terhadap orang lain tapi perempuan-pun juga bisa melakukan kekerasan.

B.  Permasalahan Kekerasan di Jalanan

        Kebanyakan para pelaku kekerasan adalah orang yang mungkin mempunyai latar belakang yang buruk, mungkin dulu di dalam keluarganya dia di perlakukan secara kasar. Kemudian dia lari dari rumahnya dan pergi ke jalan dan di jalan dia bertemu dengan orang-orang yang mempunyai latar belakang hampir sama dengan kekerasan yang mereka alami di masa lalunya. Setelah beberapa waktu lamanya dia tinggal di jalanan yang keras dan liar, Lambat laun terbentuk pula watak keras pada dirinya dan itu juga yang memungkinkan dirinya untuk menjadi pelaku kekerasan pada orang yang lemah. Meskipun tidak semua anak jalanan itu liar dan kasar.
        Masih banyak alasan lain mengapa anak lari dari rumah. Ada yang lari dari rumah karena orang tuanya bercerai, ada yang orang tuanya menikah lagi, ekonomi keluarganya rendah, yatim piatu dan tidak punya saudara ataupun tempat tinggal, ada juga yang pergi dari rumah karena keinginannya sendiri dan masih banyak sekali alasan mengapa mereka lari dari rumah dan pergi ke jalan. Bisa juga anak perempuan di jalanan melakukan kekerasan pada orang lain karena mereka mendapat kekerasan dari laki-laki yang membuat mereka merasa tertekan, sakit hati dan kecewa. Kemudian melampiaskan rasa kecewa, sakit hati dan tertekan mereka pada orang yang lebih lemah dari mereka.
        Mereka yang menyadari akan kerasnya hidup di jalanan mungkin akan belajar tentang kekerasan dan memungkinkan bagi mereka untuk menjadi pelaku kekerasan juga. Bagi anak yang kurang menyadari akan kerasnya hidup di jalanan memungkinkan mereka menjadi sasaran empuk para pelaku kekerasan entah kekerasan fisik ataupun pelecehan.
        Yang menjadi ketakutan anak jalanan bukan hanya kekerasan dari sesama anak jalanan dan masyarakat tapi juga dari aparat. Tidak jarang anak jalanan kena garukan ataupun razia KTP karena banyak anak jalanan yang tidak mempunyai KTP, biasanya  kalau kena garukan atau razia mereka di bawa ke kantor polisi dan di tanya macam-macam Kadang aparat tidak segan memukul.

C. Perempuan Di Jalanan, “Sudah Jatuh Masih Tertimpa Tangga “.

         Perempuan lebih rawan lagi dengan kekerasan fisik maupun pelecehan seksual karena mereka dianggap sebagai sosok yang lemah. Kekerasan terhadap anak perempuan yang dijalanan itu bisa dilakukan dari berbagai pihak. Bukan hanya dari pihak anak jalanan laki-laki saja, tapi masyarakat dan aparat juga menganggap anak perempuan di jalanan itu pastilah perempuan nakal(pelacur), walaupun mereka tidak tahu kehidupan yang sebenarnya. Seorang anak jalanan laki-laki lebih bisa membedakan yang mana perempuan nakal dan mana perempuan yang hanya nongkrong. Ada juga anak jalanan laki-laki yang tidak mau tahu apakah dia memang perempuan nakal atau perempuan yang hanya nongkrong /hanya berkumpul dengan teman-temannya di jalan.
        Kekerasan sering terjadi di jalanan , mereka yang sering melakukan tindak kekerasan/pemaksaan adalah laki-laki yang di anggap paling kuat atau laki-laki yang di segani, sehingga anak-anak jalanan yang lain  tidak berani untuk membela dan seandainya membela pun, kemungkinan dia mempunyai suatu pamrih dan kemungkinan besar dia akan minta imbal balik sesuatu dari perempuan itu. Karena jaman sekarang orang memberi pertolongan tanpa pamrih itu sudah sangat langka dan mungkin hanya satu di antara seribu. Ada juga laki-laki yang memaksa perempuan karena ,dia ingin di segani oleh perempuan.Ada juga aparat yang tega memperkosa anak jalanan perempuan, tapi tidak pernah ada yang protes, walaupun mereka tahu itu salah tapi selalu di benarkan. Belum pernah aku mendengar ada kasus seorang polisi memperkosa anak perempuan jalanan, karena jika sampai ada kasus seperti itu maka itu akan menjadi aib untuk kepolisian.Bagi masyarakat polisi adalah hamba hukum yang harus di hormati tapi untuk anak jalanan polisi itu seperti kutukan karena selama ini mereka selalu bermusuhan.

D. Pandangan Masyarakat , Pisau Bermata Dua

        Menurut pandangan masyarakat umum, semua perempuan yang di jalan itu pasti perempuan nakal dan di anggap rendah, tapi mereka tidak mau melihat keadaan yang sebenarnya dan hanya melihat sisi buruknya saja.Saat ini banyak anak jalanan perempuan yang di perjual belikan oleh para mami-mami atau papi-papi, mereka di paksa untuk ikut dengan mereka dan menjadi anak buah mereka. meski ada juga anak perempuan yang di jalanan menjual diri atas kehendak mereka sendiri, kebanyakan konsumennya adalah om-om, mahasiswa ataupun pemuda dari kampung, bahkan mungkin juga orang-orang yang di lingkungan masyarakat dianggap terhormatpun menjadi salah satu konsumen mereka.
        Sebenarnya sebagian anak perempuan di jalanan yang dengan rela menjual diri itu telah memberi jasa pada para lelaki hidung belang yang mungkin lebih banyak tinggal di lingkungan masyarakat. Jadi anak perempuan yang ada di jalanan itu mendapat tekanan dari berbagai pihak yang menyebabkan mereka sulit untuk membuka diri pada lingkungan sekitarnya,bahkan untuk berceritapun mereka enggan karena pandangan orang-orang yang membuat mereka rendah diri, karena bagaimanapun juga mereka tetap perempuan yang mempunyai sifat sensitif.
        Tapi ada juga anak perempuan jalanan yang sudah tidak perduli tentang semua pandangan masyarakat terhadap mereka, karena mereka berpikir bahwa itu hidup mereka dan tidak ada orang yang bisa merubahnya. Selama ini mereka hanya mendapatkan hinaan dan cap buruk dari masyarakat, mereka belum pernah mendapat kesempatan untuk hidup membaur dan bermasyarakat secara wajar.
        Sebenarnya mereka sangat berharap sekali di beri kesempatan untuk bisa di terima dalam sebuah keluarga, juga di terima oleh masyarakat umum sebagaimana mereka dulu sebelum hidup ke jalan. Seharusnya masyarakat bisa sedikit memaklumi, bagaimanapun juga mereka dulunya pernah tinggal dalam sebuah keluarga dan juga pernah menjadi warga masyarakat. Karena ada masalah misalnya pertikaian dalam  keluarga atau masalah dengan lingkungan/masyarakat sekitarnya yang menyebabkan mereka tidak bisa untuk tetap tinggal dan memilih pergi dari rumah dan juga pergi dari lingkungan masyarakat yang mereka rasa sangat menyiksa dan membebani batin mereka.
        Banyaknya  masalah yang mereka pikirkan, menyebabkan mereka lari ke minuman keras dan obat-obatan. Pertama mereka bilang hanya mencoba, tapi setelah mencoba mereka akan selalu menggunakannya  lagi dan akhirnya itu akan menjadi sebuah ketergantungan. Mereka merasa pada saat mabuk, semua masalah hilang walaupun mereka tahu bahwa masalah mereka hanya terlupa sesaat. Mereka tidak berpikir bahwa itu akan merusak diri mereka sendiri, yang mereka pikirkan hanyalah dengan mabuk, mereka akan terbebas dari semua masalah dan setelah sadar mereka akan mencari uang lagi untuk bisa membeli minuman keras atau obat lalu mabuk-mabukan lagi.
        Pada saat mabuk mereka tidak sadar dengan apa yang mereka perbuat karena itu dibawah kesadaran mereka, mereka sering melakukan kekerasan terhadap orang lain atau terhadap teman sendiri. Sebenarnya tanpa sadar mereka telah membuat permusuhan dengan orang yang mungkin tidak terima dengan perlakuan mereka pada orang itu, walaupun mungkin mereka tidak mempunyai masalah sebelumnya tapi karena mereka sedang dalam keadaan mabuk berat yang membuat mereka tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan.

E. Perlunya Sebuah Bentuk Komunikasi

        Di jalan banyak perkelahian hanya karena salah paham. Misalnya dalam sebuah kelompok ada seorang yang melakukan kesalahan pada seseorang di kelompok lain, itu sudah cukup menjadi alasan untuk orang berkelahi. Banyak perkelahian yang akhirnya melibatkan kelompok, perkelahian antar lelaki kebanyakan menggunakan senjata sedangkan perempuan mungkin tidak sampai menggunakan senjata.
Seperti peristiwa ketika semua teman-teman membenciku hanya karena salah paham, ini adalah pengalamanku sendiri. Ketika itu aku ada masalah dengan seorang teman yang tinggal satu rumah di Open House Yodonegaran, semua teman memanggilnya ibu A karena dia memang orang yang paling tua di Open House, itu bukan suatu masalah bagiku. Yang menjadi masalah adalah ketika ada aturan untuk semua penghuni Open House bahwa lelaki di larang masuk kamar dan semua anak harus menaati peraturan itu. Itu adalah sesuatu yang lumrah dalam sebuah rumah mempunyai aturan dan semua penghuni harus menghargai peraturan itu, tapi  yang membuat peraturan itu menjadi janggal adalah, jika peraturan itu untuk semua penghuni tanpa kecuali mengapa ada satu dari penghuni yang dengan bebas membiarkan pacarnya keluar masuk kamar dan tidak ada yang protes, apalagi orang itu yang di tuakan di Open House, itu yang menjadi pertanyaanku waktu itu. Kemudian suatu hari aku kumpulkan teman-teman yang sependapat denganku, lalu aku bilang pada mereka bila aku memprotes orang yang melanggar peraturan itu, apakah mereka setuju. mereka bilang akan mendukungku.
        Saat ada rapat rutin aku minta pada semua untuk datang, tidak ada satupun teman yang sependapat denganku hadir, tapi aku sudah mantap untuk memprotes A. Ku katakan pelanggaran A di rapat rutin dan akhirnya ada perang mulut yang sangat ramai, aku sendiri melawan teman-teman yang membela A.  Tapi aku kalah posisi karena malam sebelum rapat itu aku mabuk berat dan waktu rapat aku masih kelihatan agak mabuk jadi para pendamping meragukan semua omonganku dan mungkin mereka mengira bahwa itu hanya igauan orang mabuk, karena memang hubunganku dengan A sudah tidak baik sebelumnya.
        Aku sangat marah sekali waktu itu, karena aku merasa sudah benar-benar sadar walau tubuhku masih agak sedikit limbung. Setelah kejadian itu A menjelek-jelekkan aku di depan teman-teman, sehingga teman-teman membenciku mereka menyindirku dengan kata-kata yang sangat menyakitkan. Ada beberapa teman yang masih mau berteman denganku dan waktu itu aku mempunyai seorang teman dekat namanya Y.
        Setelah kejadian itu pula akhirnya aku jarang pulang ke Open House dan lebih sering di jalan berkumpul dengan teman-teman jalanan, karena hampir tiap hari berkumpul dengan anak jalanan, hampir saja aku berpikiran untuk merusak diriku sendiri dengan mabuk-mabukan,entah mabuk obat ataupun mabuk minuman. Untung masih banyak teman yang mengingatkan aku untuk tidak terbawa arus jalanan yang rusak, boleh di jalan, boleh berteman baik dengan anak jalanan, boleh hidup bergabung dengan anak jalanan, boleh pacaran dengan anak jalanan tapi, kalau bisa jangan sampai merusak diri sendiri. Ini adalah salah satu contoh kekerasan mental yang aku alami sendiri, karena aku merasa sangat tertekan dan karena peristiwa itu juga yang membuat aku sulit untuk bicara di dalam forum sampai sekarang.
 
 
 
 

Back to
 

---------end page---------



1