4,35 Juta Warga Jabar Terancam Kelaparan
Mereka
Ngamen untuk Rakyat Miskin
Seniman
Manca Negara Ikut Bandung Peduli
"Bandung Peduli"
Mulai Bagikan Bingkisan
PMB Menggelar
"Aku Cinta Rakyat"
Pentas
PMB Hasilkan Rp 576.400,00
Berita/Opini
Khusus
|
Kliping
Pikiran Rakyat BANDUNG RAYA 11 Agustus
1998
4,35 Juta Warga Jabar Terancam Kelaparan
BANDUNG, (PR).- Sekitar 4,35 juta jiwa warga Jabar saat ini kesulitan
memperoleh bahan makanan. Jumlah tersebut diperkirakan akan bertambah,
sejalan dengan semakin berlarutnya krisis ekonomi. Mereka yang terancam
kelaparan adalah penduduk yang pendapatan per kapitanya di bawah Rp 30.000,00/bulan.
Koordinator Umum LSM "Bandung Peduli" yang juga Kepala Balitbang
Grup Pikiran Rakyat , Muhammad Ridlo 'Eisy, MBA, didampingi musisi Harry
Roesli, Kania Roesli dan Roxanne Aisabella, mengatakan hal itu, Kamis malam
(6/8) di hadapan pengusaha keturunan Tionghoa yang tergabung dalam "Kelompok
Bakti Sosial Pengusaha" (KBSP), di Gedung BCA, Jl. Asia-Afrika Bandung.
Data-data kemiskinan yang diungkap Ridlo, merupakan hasil olahan dari buku
yang diterbitkan Kantor Statistik Jabar. "Di antara orang-orang yang
terancam kelaparan di Jabar, sebanyak 50.333 kondisinya cukup parah. Mereka
di antaranya 10.430 orang tinggal di Kab. Bandung, dan 15.334 orang tinggal
di Kabupaten Garut. Sedangkan di Kodya Bandung sendiri tahun 1998 sekarang
ini terdapat sekitar 28.892 orang. Mereka yang terancam kelaparan adalah
penduduk yang pendapatan perkapitanya di bawah Rp 15.000,00," katanya.
Atas dasar itu, Bandung Peduli bergerak menjalankan program sosial. LSM
yang dibentuk Februari lalu, hingga 8 Agustus 1998 telah mengirimkan bantuan
kepada orang-orang miskin sebanyak tujuh kali. Antara lain di Kec. Dayeuhkolot,
Majalaya, Rancaekek, Cicalengka, Ciparay dan Cimahi.
"Bentuk bantuan yang diberikan antara lain berupa 21.220 kg beras,
2.030 kg gula, 558 liter minyak goreng, dan 1.605 ons ikan asin. Sedangkan
bantuan yang akan segera dikirimkan ke daerah Paseh Kab. Bandung, hanya
berupa beras. Karena keuangan yang kami miliki pun sangat sedikit, tidak
sesuai lagi dengan naiknya harga-harga yang terus melambung tinggi. Jadi
dalam pengiriman secara gratis kali ini tidak disertai dengan gula, mi
instan atau ikan asin," paparnya.
Seniman & AMP wartawan
Dalam kesempatan yang sama, musisi Harry Roesli mengatakan, munculnya
Bandung Peduli bermula dari keprihatinan sejumlah seniman dan wartawan
Bandung, atas terjadinya krisis ekonomi dan krisis moneter sehingga membuat
masyarakat kelaparan. Dana Bandung Peduli diperoleh dari berbagai donatur
tidak mengikat, mahasiswa berbagai perguruan tinggi di Bandung, dan LSM
lain yang kerap mencari data di lapangan. Di antaranya Yayasan Sidikara
dan Akatiga Bandung.
"Uang yang kami dapat peroleh dari donatur, sepenuhnya kami salurkan
kepada yang berhak. Sedangkan untuk biaya operasional sepenuhnya ditanggung
oleh masing-masing anggota Bandung Peduli. Dana yang kami dapat untuk kegiatan
tersebut, antara lain dari hasil ngamen," katanya.***
HAK CIPTA © PT PIKIRAN RAKYAT BANDUNG, 1997
Pikiran Rakyat
BERITA UTAMA 3 Agustus 1998
Diselenggarakan
Rumah Musik Harry Roesli dan KPJ
Mereka Ngamen untuk Membantu Rakyat Miskin
|
MUSISI Doel Sumbang, Franki
Sahilatua, Harry Roesli, dan beberapa pemusik lainnya dari anak-anak Kelompok
Pemusik Jalanan (KPJ) Bandung, mengejutkan masyarakat kota Bandung yang
tengah menikmati udara malam Minggu dengan pentas "dadakannya"
di sepanjang Jalan Ir. H. Djuanda (Dago) dan sekitar Lapang Gasibu Bandung,
Sabtu (1/8) malam kemarin. Acara ngamen yang diselenggarakan oleh Rumah
Musik Harry Roesli bekerjasama dengan anak-anak KPJ itu bertujuan mengumpulkan
sejumlah dana untuk dompet rakyat.* (DUDI SUGANDI/"PR") |
MASYARAKAT Kota Bandung yang sedang menikmati
udara malam sepanjang Jl. Dago dan di sekitar Lapang Gasibu, Sabtu malam
(1/8) dikejutkan oleh penampilan musisi Doel Sumbang, Franki Sahilatua,
Harry Roesli, Tiwi Sakhuhachi, Ully, Orkes Rindu Order, dan beberapa pemusik
lainnya dari anak-anak KPJ Bandung Raya, yang ngamen dengan tujuan mengumpulkan
sejumlah dana untuk dompet rakyat.
Acara ngamen yang diselenggarakan oleh Rumah Musik Harry Roesli bekerjasama
dengan anak-anak Kelompok Pemusik Jalanan (KPJ) itu, dimulai pukul 21.00
WIB, di depan Hotel Holiday Inn. Sejumlah orang yang sedang menikmati jajanan
secara lesehan di lokasi tersebut, tampak terkejut dan juga kegirangan
menikmati lagu demi lagu yang dinyanyikan oleh Franki, Doel Sumbang, Ully,
dan Orkes Rindu Order yang melantunkan lagu kroncong Jali-jali.
Dalam kesempatan itu, Franki antara lain menyanyikan lagu hitnya, Bis Kota
dan Kepada Angin dan Burung-burung. Sedangkan Doel Sumbang antara lain
menyanyikan lagu Bulan Pangandaran dan sejumlah lagu lainnya yang sarat
dengan kritik sosial. Baik yang menyinggung masalah penggusuran, reformasi,
kolusi, korupsi, maupun nepotisme.
Sebelum acara ngamen dimulai, dalam penjelasannya kepada publik, musisi
Harry Roesli mengatakan, dirinya ngamen bersama Doel Sumbang, Franki Sahilatua,
Ully, Orkes Rindu Order dan anak-anak KPJ, tiada lain bermaksud menghimpun
sejumlah dana yang kelak disalurkan melalui "LSM Bandung Peduli"
kepada sejumlah orang miskin dan rawan pangan di daerah Majalaya dan Gunung
Halu.
LSM Bandung Peduli yang dikomandani Moh. Ridlo Eisy, Perdana Alamsyah,
Kania Roesli dan Herry Dim itu, sejak beberapa bulan lalu memang telah
menyalurkan lebih dari 100 ton beras, ribuan kilogram gula putih, ikan
asin, minyak goreng, dan berbungkus-bungkus mie instan kepada beberapa
penduduk yang dilanda banjir dan korban pemutusan hubungan kerja (PHK)
di beberapa kampung di Majalaya, Kab. Bandung.
Sebelum acara ngamen digelar, sekitar pukul 16.30 WIB, di Rumah Musik Harry
Roesli ada seorang pemuda tanpa menyebutkan namanya, menyerahkan sumbangan
uang senilai Rp 1 juta kepada Harry Roesli. Sedangkan Franki Sahilatua,
sekitar pukul 18.30 WIB menyerahkan sejumlah uang dari hasil pengumpulan
teman-temannya di Jakarta senilai Rp 1,95 juta. Jadi uang yang terkumpul
sebelum acara ngamen, yang diterima oleh LSM Bandung Peduli sekitar Rp
2,95 juta. Uang tersebut langsung diterima oleh Kania Roesli sebagai bendahara
LSM tersebut. Adapun yang bergerak ke lapangan mencari data-data untuk
LSM itu, antara lain dibantu oleh Yayasan Sidikara, Akatiga, mahasiswa
dari berbagai perguruan tinggi di Bandung, juga para wartawan dari berbagai
media massa dan seniman.
Tanggung jawab moral
Dalam percakapannya dengan "PR", Doel Sumbang dan Franki
Sahilatua mengatakan, keduanya mendukung gagasan Harry Roesli ngamen di
jalan, tiada lain karena mempunyai tanggung jawab moral, untuk bisa turutserta
meringankan beban orang-orang miskin. Sekalipun apa yang dikerjakannya
itu -- mungkin -- hanya bisa menolong mereka untuk sementara saja.
"Bagi saya ini untuk pertamakalinya -- saya melakukan ngamen di Indonesia,
khususnya di Bandung. Insya Allah saya di Jakarta bersama teman-teman akan
melakukan hal serupa. Terus terang kita tidak bisa berdiam diri dengan
terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang berkepanjangan seperti yang
terjadi sekarang ini. Salah satu cara yang bisa saya lakukan, ya seperti
ini," ujar Franki.
Adanya ajakan dari Harry Roesli yang tanpa harus mengeluarkan biaya (semisal
penyelenggaraan mengeluarkan biaya untuk pertunjukan), kata Franki lebih
lanjut, merupakan ajakan yang simpatik dan patut disambut oleh semua pihak.
"Saya lakukan semua ini dengan ikhlas dan tanpa harus malu. Ini merupakan
sikap kepedulian saya terhadap kemiskinan, terhadap krisis ekonomi dan
krisis moneter yang kini secara terang-terangan telah melindas sebagian
besar masyarakat Indonesia yang hidupnya sangat miskin itu," jelasnya.
Karena ikhlas itulah, maka Franki, Doel Sumbang, Harry Roesli, Orkes Rindu
Order, Tiwi, Ully dan anak-anak KPJ dalam melakukan kerjanya sebagai pengamen
tampak penuh dengan rasa keriangan dan kegembiraan. Tak jarang lagu-lagu
yang bernada humor ala Sunda dari Doel Sumbang atau dari Harry Roesli kerap
mendapat sambutan dari para menikmatnya. Bahkan ketika Franki melantunkan
lagu Kemesraan, baik di beberapa lokasi di Jl. Dago maupun di Lapang Gasibu,
kerap disambut masyarakat dengan menyanyikan lagu tersebut secara berbarengan.
Ada juga di antara mereka yang joget sambil memasukkan uang ke lubang Kencleng
Dompet Rakyat.
Menurut Doel Sumbang, apa yang terjadi pada malam itu, lepas dari acara
ngamen, benar-benar merupakan sebuah acara yang menunjukkan suasana cukup
hidup di Kota Bandung ketika malam tiba. "Jika hal ini dikondisikan
dan dipelihara dengan baik, niscaya pada sisi-sisi tertentu akan mendatangkan
keuntungan bagi Kota Bandung sendiri, yakni akan dikunjungi oleh turis-turis
asing lebih banyak lagi. Julukan Bandung sebagai Paris van Java itu akan
mendapatkan maknanya lagi yang lebih signifikan. Jadi, sebaiknya tahun
budaya itu diisi oleh hal-hal yang demikian," katanya.
Menjawab pertanyaan, Doel Sumbang mengungkapkan, pihaknya mendukung gagasan
Harry Roesli, karena apa yang dikerjakannya itu sangat realistik, tidak
neko-neko. "Sepanjang apa yang bisa saya lakukan untuk gerakan amal
ini, Insya Allah saya akan membantunya. Mudahan-mudahan acara ngamen ini
bukan untuk yang pertama dan terakhir."
Sementara itu, Harry Roesli mengatakan, pihaknya selain terharu oleh sikap
Doel Sumbang dan Franki, Orkes Rindu Order, Tiwi, tentu saja sangat terharu
oleh sikap anak-anak KPJ yang menyambut ajakannya. "Mereka itu kan
anak-anak yang sangat membutuhkan sejumlah dana untuk menghidupi anak istrinya
dengan cara ngamen. Tapi lihat, rasa sosial mereka sungguh besar dan mendalam.
Pada mereka saya belajar banyak akan arti solidaritas. Ketika kami tampil
bersama tak ada yang dinamakan jarak si itu penyanyi terkenal, dan si ini
bukan. Jarak itu hapus, lebur," papar Harry Roesli.
Ya, jarak itu memang lebur. Contohnya ketika Mamat salah seorang anak KPJ
mau nyanyi, Harry Roesli, Doel Sumbang dan Franki juga Ully ramai-ramai
mengiringinya dengan petikan gitar. Bahkan selain itu, tak segan-segan
Harry Roesli pun kerap pegang mikrofon untuk Mamat. Jadinya, ya, acara
ngamen itu sendiri jadi pertunjukan yang segar, sarat canda dan tawa. Salah
satunya lagu yang diplesetkan Mamat itu berbunyi seperti ini: Itu saha
anu nganggo acuk hideung/ Irung hideung/ Panon hideung/ Kuku hideung/ Huntu
hideung/....// Satria Baja Hitam...//. Mendengar lirik lagu yang demikian,
yang diplesetkan dari lagu Neng Geulis yang cukup populer di masyarakat
Sunda khususnya, kontan membuat para penonton jadi ngikik, tertawa bahkan
ada yang sampai kecing di celana. Lirik-lirik itu, diulang dengan variasi
nada yang berbeda ketika dinyanyikan oleh Doel Sumbang, Franki, Harry dan
Ully.
Hiburan murah
Menurut Ny. Sarifah Angriani ketika diminta pendapatnya di sekitar
Jl. Dago, lepas dari gerakan amal yang dilakukan Harry Roesli dan kawan-kawan
itu, kegiatan tersebut merupakan sebuah acara hiburan yang cukup murah,
akrab, dan benar-benar komunikatif.
"Kalau kita menyaksikan pertunjukan di sebuah gedung pertunjukan,
pasti kan ada jarak, entah itu jarak estetik, atau apalah namanya. Tapi
ini kan tidak. Lihat saja, kita bisa tertawa bersama, nyanyi bersama. Adanya
hiburan semacam ini, membuat Bandung benar-benar terasa hidup. Jadi saya
sangat tidak setuju, kalau umpamanya, para pedagang kakilima yang bermunculan
pada malam hari itu dihapuskan. Justru sebaliknya, pemerintah harus menghidupkannya,"
katanya.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Rani Andriasari, salah seorang mahasiswi
di sebuah perguruan tinggi di Bandung. Ia benar-benar merasa mendapat hiburan
yang segar, dan tidak terduga. "Kalau boleh saya usul, Kang Harry
Roesli mengadakan acara yang demikian itu tiap malam minggu, dengan artis
yang berbeda. Semenit atau dua menit mereka bernyanyi, cukup menghibur,"
paparnya.
Ya, begitulah kalau Harry Roesli dan kawan-kawannya menyelenggarakan aksinya,
memang kerap penuh kejutan dan tidak pernah bisa diduga.
Sekali lagi, Harry menyangkal kalau pihaknya melakukan hal yang demikian
itu untuk mencari popularitas, karena popularitas itu hampa dan kerap lenyap
dilindas waktu. Yang dilakukannya adalah semata demi rasa solidaritas dan
kemanusiaan. Demikian juga yang dirasakan oleh Doel Sumbang, Ully, Franki,
Tiwi Sakhuhachi, anak-anak KPJ seperti Suro, Ros Djarot, Rizal, serta beberapa
personel lainnya dari anak-anak Teater Bel yang melakukan aksinya di jalan
dengan pertunjukan jeprut. (Soni Farid Maulana/"PR")***
HAK CIPTA © PT PIKIRAN RAKYAT
BANDUNG, 1997
Republika,
01 Apr 1998
Seniman
Manca Negara Ikut Bandung Peduli
BANDUNG -- Aksi Bandung Peduli yang dicetuskan seniman Bandung, mendapat
respon dari seniman luar negeri. ''Di negaranya, mereka menyatakan ingin
menggalang dana secara bersama untuk mengirit biaya transfer ke Indonesia,''
ujar Koordinator Bandung Peduli, penyair M. Ridlo Eisy, Senin (30/3).
Kegiatan Bandung Peduli, kata Ridlo, merupakan aksi yang dilakukan para
seniman Bandung, yang kemudian mendapat dukungan dari masyarakat luas,
termasuk pengusaha, wartawan, dan mahasiswa. Bandung Peduli, kata Ridlo
merupakan aksi untuk meringankan beban masyarakat kecil yang terkena dampak
akibat krisis ekonomi saat ini.
Pengumpulan dana, tak melulu dari kocek seniman ataupun pengusaha, melainkan
juga dari mengamen. Aktor teater Iman Soleh, misalnya, mengamen di saat
pembukaan pameran seni rupa wanita, dan berhasilkan mengumpulkan dana Rp
133 ribu.
Sementara, para aktivis Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB), mengadakan
pentas kepedulian, dengan menampilkan musik balada, teater, pembacaan puisi,
dan mengumpulkan dana sebesar Rp 620 ribu. Untuk tahap pertama, Ahad (29/3)
lalu, sudah dibagikan 380 paket sembako. Masing-masing berisi 10 kg beras,
1 kg gula, 60 ml minyak goreng, mie instan 10 bungkus. Paket disebar ke
masyarakat kecil antara lain di Kecamatan Dayeuhkolot, dan Kecamatan Nagreg,
Kabupaten Bandung.
Melihat aksi para seniman bandung ini, para seniman di AS, Australia, Jerman,
dan Swedia, lantas tergerak hatinya. ''Kepedulian ini merupakan masalah
nurani, sehingga mereka segera ikut menyatakan dukungan sebagai bentuk
kerpihatinan mereka,'' ujar perupa Herry Dim.
Para seniman yang tercatat menawarkan diri menggalang dana di negara masing-masing,
antra lain kelompok gamelan Sunda/Jawa di Santa Cruz, AS, seniman Australia,
antropolog Jorgen Hellman dari Swedia, dan pakar musik Jerman Dieter Mark.
Dieter Mark yang sempat ikut menyaksikan persiapan aksi Bandung Peduli
di rumah pemusik Harry Roesli, bahkan telah menyumbangkan sejumlah dana.
Ia pun berjanji akan mengupayakan obat-obatan. ''Sumbangan mereka, akan
kita salurkan pada aksi kedua nanti,'' ujar Herry.
Aksi ini, menurut Harry Roesli dilatari oleh pertanyaan nakal yang sering
dilontarkan kepada seniman: Apa yang bisa diperbuat para seniman untuk
membantu mengatasi gejolak ekonomi ini? Maka, jawabannya adalah berbuat
dengan membantu mereka yang kesusahan. ''Kita tidak ingin menjadi sinterklas.
Meski ini dbreikan gratis, niat kita hanyalah sekadar menyalurkan hak mereka,
seperti halnya penyaluran zakat,'' jelas Ridlo Eisy.(:pry)***
------------------------------------------------------------
Hak Cipta © 1998 pada Harian Umum Republika.
"Bandung Peduli" Mulai
Bagikan Bingkisan
Pikiran Rakyat, BANDUNG
RAYA - SENIN, 30 MARET 1998
BANDUNG, (PR).- Gerakan amal "Bandung Peduli", Minggu lalu
(29/3) membagikan 380 paket kepada para buruh korban pemutusan hubungan
kerja (PHK) di Kampung Cangkuang, Desa Biru, Kec. Majalaya, penduduk termiskin
di Kampung Patrol, Desa Haur Bugur, Kec. Rancaekek Kab. Bandung, serta
beberapa wilayah di Dayeuhkolot dan Baleendah.
Setiap paket berisi 10 kg beras, 10 mi instan, 1 pak ikan asin, 1 kg gula
pasir dan 620 mg minyak goreng. Paket dibagikan oleh Koordinator Moh. Ridlo
'Eisy, Harry Roesli, Perdana Alamsyah, Kania Roesli, Titi Perdana Alamsyah,
dan Herry Dim.
Selain membagikan isi paket, gerakan amal "Bandung Peduli" juga
menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan, yang dilakukan oleh Atlas Medical
Pioneer dari Fakultas Kedokteran Unpad, Bandung.
Seluruh bantuan tahap pertama yang disalurkan gerakan amal "Bandung
Peduli", menurut Moh. Ridlo 'Eisy, didapat dari para donatur kelompok
ibu-ibu pengajian, mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Bandung
(ITB, IKIP, Unpad, STSI), PMB, seniman dan wartawan di Bandung. Di antara
seniman yang menyumbang untuk gerakan amal sosial, terdapat nama penyair
Sutardji Calzoum Bachri, Motinggo Busye, pelukis Sunaryo, Krisna Murti,
dan Heyi Ma'mun.
"Sumbangan yang terkumpul antara lain uang Rp 6 juta, beras 1,2 ton,
dan bingkisan 100 bungkus. Baru sebagian sumbangan yang dibagikan. Sebagian
lagi akan disalurkan pada paket tahap kedua, di daerah perkotaan dan korban
banjir, seperti di Desa Sukamanah, Kec. Rancaekek. Pengumpulan data-datanya
antara lain digarap oleh Yayasan Sidikara, serta berbagai kelompok mahasiswa
yang tergabung dengan gerakan amal "Bandung Peduli".
"Dalam tahap kedua kalau tidak ada aral melintang, akan ada sumbangan
dari seniman asing, yang bermukim di Amerika, Australia, Swedia dan Jerman.
Gerakan amal yang kami lakukan ini untuk sementara waktu akan berjalan
hingga satu tahun ke depan," jelasMoh. Ridlo 'Eisy.
Sejauh ini, yang bisa dilakukan "Bandung Peduli" baru menyampaikan
sumbangan dari para dermawan. Selain menjadi media penghubung, "Bandung
Peduli" akan membangun Pusat Informasi Krisis di Indonesia dalam internet
dengan alamat homepage "Indonesia Hihglights" di http://www.borobudur.com/IH/
atau "Bandung Peduli" di http://www.fortunecity.com/boozers/crownanchor/350
"Bandung Peduli" juga menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga
yang mempunyai komitmen sama, sekaligus mencoba kegiatan kewirausahaan
kecil bagi yang memerlukan. Seluruh kegiatan "Bandung Peduli"
menggunakan uang dari kantong pengurus, panitia dan simpatisan. Karena
seluruh uang sumbangan 100% diserahkan kepada yang berhak.
20 perusahaan
Sementara itu, PT Daliatex Kusuma Dayeuhkolot juga memberikan paket
bingkisan untuk kaum duafa di 15 RW Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot
Kabupaten Bandung.
Menurut Camat Dayeuhkolot, H. Juhana yang didampingi Kapolsek Dayeuhkolot,
Lettu Pol. Edi SK, pembagian bingkisan tersebut merupakan yang kesekian
kalinya dilakukan pengusaha di wilayahnya.
Dari 80 pengusaha pabrik di Dayeuhkolot, sekitar 20 perusahaan di antaranya
telah memberikan paket cuma-cuma dan menggelar pasar murah.***
HAK CIPTA © PT PIKIRAN RAKYAT
BANDUNG, 1997
PMB Menggelar
"Aku Cinta Rakyat"
Pikiran Rakyat, Sabtu, 21 Maret 1998
BANDUNG, (PR).- Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB) kembali menggelar
"Gerakan Aku Cinta Rakyat", Sabtu (21/3) mulai pukul 20.00 di
halaman Sekretariat PMB Jl. Merdeka Bandung.
Acara yang terbuka untuk umum dan cuma-cuma tersebut akan dimeriahkan
Herry Dim, Iman Soleh, Yan Hartland, Sony Farid Maulana, Teater Bel, Teater
ASTI, Mikail Cahya, Dede Harris, KPJ Empiris, OK Rindu Order - GSST Unpad,
kecapi suling dan acara spontanitas.
Selama acara berlangsung, panitia akan mengedarkan kencleng. Uang yang
terkumpul akan dititipkan kepada posko "Bandung Peduli" untuk
dipergunakan sebagai tambahan modal pengadaan sembako.***
HAK CIPTA © PT PIKIRAN RAKYAT BANDUNG, 1997
Pentas PMB Hasilkan
Rp 576.400,00
Pikiran Rakyat, Senin, 23 Maret 1998 -
Halaman 3
BANDUNG (PR).- Pentas kepedulian sosial yang diselenggarakan Perhimpunan
Mahasiswa Bandung (PMB) di Jl. Merdeka Bandung, Sabtu malam (21/3) berhasil
menghimpun dana Rp 576.400,00. Dana tersebut selanjutnya disalurkan melalui
gerakan aksi sosial "Bandung Peduli" di bawah koordinator Moh.
Ridlo 'Eisy, Harry Roesli dan Herry Dim.
Pentas kepedulian sosial yang digelar di ruang terbuka dengan "payung
gerimis" itu, antara lain menghadirkan pertunjukan teater dari Iman
Soleh, Teater Bel, Teater STSI, musikus Dede Haris, KPJ Empiris, Orkes
Keroncong Rindu Order. Selain itu ditampilkan pula pembacaan puisi oleh
Soni Farid Maulana, Herry Dim, Asep Berlian dan M. Cahya.
Sejumlah karya yang digelar dalam kesempatan tersebut sarat dengan keluhan
dan gugatan terhadap kondisi sosial politik, krisis ekonomi dan krisis
moneter berkepanjangan, yang terasa memberatkan rakyat.
Para seniman pada hakikatnya menuntut kepada pemerintah untuk secepat mungkin
menangani masalah krisis ekonomi dan moneter hingga tuntas. Salah satu
alasannya adalah banyaknya rakyat kalangan bawah yang tidak mampu lagi
membeli sembako. Selain itu, maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) memberikan
tanda tersendiri, yang harus segera dicari jalan pemecahannya. Kalau tidak,
kemiskinan akan semakin marak di mana-mana.
Menurut Herry Dim, pengumpulan dana tersebut hanya salah satu cara kegiatan
"Bandung Peduli", yang mendapat dukungan kalangan wartawan, seniman,
dan mahasiswa. Hingga kini, dana yang terkumpul di posko "Bandung
Peduli" sekitar Rp 5 juta. Belum termasuk beberapa ton beras, sumbangan
dari pelukis Sunaryo, Krisna Murti, Jeihan Soekmantoro, penyair Agus R.
Sardjono, dll.
Dana yang terkumpul akan segera didistribusikan kepada yang membutuhkan.
Beberapa hari lalu, misalnya, Moh. Ridlo Eisy dan Kania Roesli (istri musikus
Harry Roesli) turun ke lapangan, mendata beberapa tempat yang pantas diberi
bantuan. Tempat yang didata, antara lain yang sering kena musibah banjir,
baik di Kodya maupun di Kab. Bandung. "Ternyata mereka tidak hanya
butuh makanan, tetapi juga obat-obatan," katanya.
Seperti dikatakan Moh. Ridlo 'Eisy, beberapa waktu lalu, aksi "Bandung
Peduli" tidak bermuatan politik, dan tidak mengatasnamakan kekuatan
partai politik mana pun. Aksi yang semula digagas para seniman Bandung
itu, benar-benar bermuara pada masalah kemanusiaan atas kenyataan krisis
ekonomi dan moneter yang terjadi saat ini.
"Dana yang terkumpul sepenuhnya digunakan untuk kepentingan sosial.
Insya Allah pada tahap pertama akan berjalan selama satu tahun, dengan
sasaran untuk sementara di sekitar Bandung," katanya.***
HAK CIPTA © PT PIKIRAN RAKYAT BANDUNG, 1997
|