Isi nomor ini
Berita Utama
Rangkuman tentang Kemiskinan di Indonesia
Kiat Keluar dari Krisis
E. Sulaiman, B.A.
Orang Biasa yang Berhasil
H. Moh. Irwan Suryanto
Pernik
Inilah The Real World
Wajah
Budi Sayuto
Relawan Redaksi:
Agus, Alen, Apit, Ary, Dan Satriana, Eunis, Gema, Herry Dim, Ina, Iwan,
Kiki, Muhammad Ridlo 'Eisy, Perdana Alamsyah, Syaiful, Temi, Thamrin, Wulan,
Yusuf
Alamat Redaksi:
Jl. Supratman No. 57 Bandung
Tlp: 062 22 705890
Fax: 062 22 705527
|
Suratkabar (newsletter) Bandung
Peduli disebarkan kepada masyarakat umum, khususnya sebagai media
komunikasi jaringan antar LSM dan masyarakat bawah dalam bentuk edisi cetak. |
Catatan Bulan Ini
lihatlah lingkungan sekeliling, jika di sekitar anda masih ada yang
susah, melarat, dan tidak berdaya, artinya lingkungan kita belum beres |
|
Suratkabar
Bandung Peduli
Maret 1999 .............................................
Edisi No. 1 ............................................... Halaman 2 |
Kiat
Keluar Dari Krisis
E. Sulaiman, B.A.
|
Menurut E. Sulaiman, B.A., yang sehari-harinya
berprofesi sebagai guru agama SMA BPI, krisis ekonomi yang berkepanjangan
ini disebabkan oleh :
1. Fungsi pemerintah yang tidak semestinya, sehingga terjadi krisis kepercayaan
dari rakyat ke pemerintah.
2. KKN (Korupsi, Kolusi, & Nepotisme) yang sudah menjamur, menimbulkan
monopoli yang merugikan rakyat.
3. Pondasi politik dan ekonomi Indonesia tidak kuat.
4. Indonesia terlalu bergantung pada bantuan luar negeri, seperti: mengandalkan
impor dari luar negeri, adanya hibah dari luar negeri.
Kiat keluar dari krisis ini tidak bisa secara sekaligus kita terlepas tapi
secara bertahap tapi menyeluruh dalam hal :
1. Reformasi moral rakyat, tidak terkecuali pemerintah untuk menghapuskan
sifat KKN yang sepertinya sudah mendarah daging atau sudah menjadi budaya
Indonesia.
2. Membuat undang-undang tentang KKN secara tegas dan jelas, sehingga pemerintah
tidak memperkosa dan sewenang-wenang terhadap hak rakyat.
3. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia menjadi manusia yang tepat guna yang
tidak menyimpang dari semestinya, seperti profesi guru jadi guru, mahasiswa
jadi mahasiswa, petani jadi petani, karena dengan spesialisasi tersebut
kita akan lebih menghargai profesi kita dan dapat meningkatkan produktivitas
dalam rangka sumbangsih kita pada negara. (Temi)* |
|
Orang
Biasa Yang Berhasil
Si Kulit Bundar
Buatan Majalengka
Berbisnis bola sepak benar-benar tak terbayangkan bagi H. Moh. Irwan
Suryanto (47 th.) pemilik perusahaan Sinja Santika Sport (Triple S), produsen
bola sepak. Tahun 70-an Irwan adalah kernet angkutan umum yang mengantar
para penggali tanah yang bekerja ke Bandung, Jakarta, hingga Cilacap. Irwan
yang hanya tamatan SMP ini juga sempat mencoba jadi supir di Jakarta sebelum
memutuskan kembali ke kampung halamannya di Kadipaten. Bermodalkan uang
tabungan Rp. 20.000,-, Irwan membuka toko kelontong yang dikelola dengan
istrinya, pada masa-masa inilah Irwan tergerak ikut berlatih tenis bersama
ayah mertuanya.
Dari sekedar mencoba, Irwan meraih sejumlah prestasi sebagai petenis hingga
akhirnya dipercaya menjadi ketua bidang pembinaan PB Pelti Majalengka.
Pergaulan Irwan bertambah luas sampai akhirnya berkenalan dengan seorang
warga Korea yang tengah mempromosikan peralatan olah raga di Indonesia.
Orang Korea tersebut memberi usul untuk mencoba membuat bola sepak yang
prospeknya lumayan bagus dan dia sendiri akan membantu dalam hal pemasarannya.
Naluri bisnis Irwan tergelitik bahwa seluruh dunia tiap harinya membutuhkan
150 ribu bola sepak, khusus Indonesia setiap harinya memerlukan 50 ribu
bola, itu berarti pasar untuk bola sepak terbuka luas.
|
Untuk lebih jauh mengenal bola sepak, Irwan mengirim beberapa pemuda untuk
bekerja sambil belajar di sebuah perusahaan alat olah raga di Korea, setelah
itu Irwan baru bisa berproduksi, sekitar 20 % produksi dan sisanya dikerjakan
di luar oleh hampir 1.000 orang perajin. Usaha ini melibatkan hampir seluruh
penduduk Kadipaten karena Irwan ingin membantu meningkatkan kesejahteraan
warganya sebagai wujud cinta kampung halamannya. Lewat pameran di Singapura,
Irwan mampu mendongkrak penjualan bolanya. "Yang penting wawasan kita
harus terus terbuka" itulah kunci sukses Irwan yang mengaku tidak
bisa berbahasa Inggris ini. Memang sudah terbukti bola made in Kadipaten
ini laris di berbagai negara karena telah memperoleh sertifikat standar
kualitas internasional. Inilah yang membantu Irwan menembus pasar Uni Eropa
termasuk pada event Piala Dunia tahun 1998 yang lalu dan bisa jadi bola
sepaknya berasal dari Kadipaten Majalengka yang sudah tentu Indonesia,
dan kita harus berbangga karenanya. (Disadur dari Nova, tanggal 21 Desember
1997, oleh Ace Royani) |
|
Pernik
Inilah The Real World Itu...
Sebelum bergabung dengan Bandung Peduli, saya hanya bisa menyaksikan
dari TV atau membaca di koran tentang masyarakat miskin yang tidak mampu
lagi membeli beras sehingga terpaksa mengkonsumsi singkong dan ubi jalar
akibat melonjaknya harga beras yang tidak terjangkau lagi oleh kantong
mereka. Survei pertama ke Cipaku, Paseh. Jreeng! Inilah The Real World
itu... Saya bisa menyaksikan dan menanyai mereka langsung! Ternyata mereka
dan keadaan mereka itu benar-benar ada! Dari yang hanya makan satu kali
sehari sampai yang tidak mampu lagi membeli beras sehingga meminjam dari
tetangganya. Tapi ada juga yang membuat saya salut, dengan keadaan mereka
yang serba kekurangan di mana sebagian besar mereka adalah korban PHK yang
harus menghidupi keluarganya, mereka masih bisa survive melalui rasa persaudaraan
di antara mereka yang masih kental. Lain pula saat distribusi. Tanpa diwakili
dengan kata-kata, saya bisa merasakan rasa terima kasih mereka melalui
ekspresi mereka saat menerima bantuan. Satu lagi yang membuat saya trenyuh,
saat distribusi ke Cipaku Paseh, setelah menerima bantuan yang kami bagikan,
kami disalami satu persatu dengan menciumi tangan kami segala. Setelah
beberapa kali mengikuti survei dan distribusi, saya memetik satu pelajaran
penting, bahwa saya termasuk yang sangat beruntung dan patut bersyukur
dengan keadaan saya yang relatif lebih baik dari mereka. Dengan kata lain,
bahwa dengan melihat ke 'bawah', kita akan lebih mensyukuri nikmat yang
telah Allah berikan pada kita. Terakhir, harapan saya dalam kondisi negara
kita yang sedang multikrisis ini, semakin banyak lagi masyarakat Bandung
(khususnya yang lebih berpendidikan dan relatif lebih sejahtera) makin
mengkongkritkan dan mengekspresikan sense of crisis-nya, karena dalam tiap
diri kita (baik harta maupun tenaga) ada hak orang lain yang harus kita
penuhi. Salah satu langkah awal, mungkin dengan membuka hati untuk melihat
saudara-saudara kita yang kekurangan. Sehingga dengan demikian kita tidak
menjadi The Ice Man, atau apa yang dilantunkan oleh Madonna dalam
salah satu lirik lagunya : You'll frozen when your heart not open.
(Allen)*
|
Wajah
Rubrik Wajah setiap terbit mengetengahkan profil relawan Bandung Peduli.
Kali ini kita jumpai:
|
Nama Lengkap : Budi Sayuto
Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 23 September 1935 Status : Menikah
dengan 2 orang anak
Kegemaran : Musik ringan & olah raga ringan Pekerjaan : Bidang Kesehatan
Alamat Rumah : Jl. Ajudan Jendral 72 H KPAD Gegerkalong Bandung-40153
Telp. : 210729 - 211868
Pager : 7102222 ID 297
Alasan utama masuk BP :
Tertarik pada kegiatan BP dalam bidang kemanusiaan dan ingin menyumbangkan
tenaga yang masih tersisa untuk kemanusiaan.
Kegiatan-kegiatan BP yang telah/sedang diikuti :
- Pelatihan Survey untuk Pembagian Sembako
- Survey untuk Pembagian Sembako
- Pelaksanaan Pembagian Sembako
- Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat (Community Development)
(Eunis)*
|
|
|