MARHALAH
TURUNNYA PERINTAH JIHAD
Perintah Jihad fie Sabilillah diturunkan oleh Allah secara
bertahap sesuai dengan pertumbuhan kaum Muslimin. Didalam kitab Al-Mabsut,
Syamsuddin As-Sarkhasyi mengatakan: "Pada mulanya Rasulullah SAW diperintah
untuk memaafkan dan berpaling dari orang-orang musyrik, Firman Allah:
"Maka maafkanlah mereka dengan cara yang
baik." (QS Al-Hijr 85)
"Berpalinglah dari orang-orang Musyrik." (QS
Al-Hijr 94)
Kemudian baginda SAW diperintahkan untuk menyeru mereka
dengan pelajaran dan bantahan yang baik, Firman Allah :
"Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan
hikmah dan pelajaran dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.." (QS
An-Nahl 125)
Kemudian baginda SAW diperintahkan untuk memerangi orang yang
memulai peperangan, Firman Allah:
"Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang
diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu." (QS Al-Hajj 39)
"Maka jika mereka memerangi kamu maka bunuhlah
mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang yang kafir." (QS
Al-Baqarah 191)
"Jika mereka condong kepada perdamaian, maka
condonglah kepadanya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS Al-Anfal 61)
Kemudian baginda SAW diperintahkan untuk memulai memerangi
mereka, sama saja mereka memulainya ataupun tidak, Firman Allah:
"Aku diperintahkan memerangi manusia, sehingga
mereka bersyahadat bahwa tidak ada Ilah kecuali Allah dan aku Rasulullah.
Apabila mereka telah mengatakan demikian maka terpeliharalah darah dan harta
mereka daripadaku kecuali sebab haknya (mereka melakukan pelanggaran),
sedangkan perhitungan mereka terpulang kepada Allah."
(HR Bukhari, Muslim, Nasai, Tirmizi, Ibnu Majah)
Maka tetaplah perintah kewajipan Jihad memerangi orang-orang
musyrikin. Perintah tersebut adalah kewajipan yang terus berlangsung hingga ke
hari kiamat.
"Jihad itu wajib sejak aku diutus oleh Allah,
hingga golongan terakhir umatku memerangi Dajjal." (HR Abu Daud dan
Dailami)
"Aku telah diutus menjelang hari kiamat dengan
pedang, hingga manusia beribadah hanya kepada Allah saja, tiada sekutu
bagi-Nya, rezekiku dijadikan-Nya dibawah bayangan tombakku, dan kerendahan
serta kehinaan dijadikan-Nya terhadap orang yang menyalahi perintahku. Dan
barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan
mereka."
(HR Ahmad dan Tabrani)
Tafsir daripada hadist ini dinukil dari Sufyan bin Uyainah
rahimahullah, beliau mengatakan: "Allah telah mengutus Rasul-Nya SAW
dengan empat pedang:
- Pedang yang digunakan baginda SAW untuk memerangi
penyembah berhala
- Pedang yang digunakan oleh Abu Bakar as-Siddiq ra.
untuk memerangi kaum murtad
Firman Allah:
"kamu perangi mereka atau mereka
menyerah." (QS Al-Fath 16)
- Pedang yang digunakan Umar bin Khattab ra untuk
memerangi kaum Majusi dan Ahli Kitab
Firman Allah:
"Perangilah orang-orang yang tidak beriman
kepada Allah..." (QS At-Taubah 29)
- Pedang yang digunakan oleh Ali bin Abi Thalib ra
untuk memerangi Al-Mariqin, An-Nakithin dan Al-Qasitin. Demikianlah yang
diriwayatkan dari Ali ra katanya: "Aku telah diperintah untuk
memerangi Al-Mariqin, An-Nakithin, dan Al-Qasitin
Firman Allah:
"Perangilah (golongan) yang berbuat aniaya
sehingga ia kembali kepada perintah Allah..." (QS Al-Hujarat 9)
Imam Syafi'i rahimahullah berpendapat tentang tertib
disyariatkannya perang: "Sesungguhnya keadaan kaum muslimin di Makkah
sejak jaman permulaan perutusan Nabi saw dalam keadaan tertindas. Mereka belum
diizinkan Hijrah ataupun Perang. Kemudian mereka diizinkan dan dibolehkan
berhijrah, tetapi belum diwajibkan. Maka berhijrahlah sekelompok kaum muslimin
ke Habsyah. kemudian Allah swt mengizinkan Rasulullah saw untuk hijrah ke
Madinah, selanjutnya diizinkan perang untuk mempertahankan diri. Setelah itu
hijrah diwajibkan kepada orang yang masih berada di Makkah serta serta ada
kemampuan. Kemudian perang diwajibkan kepada kaum muslimin"
Ibnu Taimiyah mengatakan dalam menerangkan tahapan-tahapan
Jihad: "Adalah Nabi saw pada masa awal kerasulannya diperintah berjihad
menghadapi orang- orang kuffar dengan lisan bukan dengan tangan. baginda SAW
menyeru mereka, menasihati dan berdebat dengan mereka dengan cara yang baik.
Beliau berjihad terhadap mereka dengan Al-Quran sebagai Jihad yang besar,
Firman Allah dalam surat Al-Furqan - Surat Makiyyah.
"Oleh itu janganlah engkau (wahai Muhammad)
menta'ati orang-orang kafir, dan berjihadlah menghadapi mereka dengan Al-Quran
dengan Jihad yang besar." (QS Al-Furqan 52)
Rasulullah SAW telah diperintah untuk menahan diri dari
memerangi mereka, kerana baginda SAW masih dalam keadaan lemah, demikian pula
kaum Muslimin.
Kemudian setelah baginda SAW berhijrah ke Madinah, dan
dengan sebab hijrah itu baginda SAW memperoleh penolong, maka baginda SAW
diizinkan melaksanakan Jihad. Kemudian berperang diwajibkan atas kaum muslimin
setelah menjadi kuat, tetapi tidak diwajibkan memerangi orang-orang yang telah
mengadakan perdamaian dengan mereka, kerana mereka belum mampu untuk memerangi
semua kaum kuffar.
Dan setelah Makkah telah terbuka, peperangan dengan
Quraisy, para penguasa Arab telah berakhir, dan utusan-utusan Qabilah Arab
datang kepada Nabi SAW untuk memeluk Islam, Allah ta'ala memerintahkan kepada
Nabi SAW untuk memerangi seluruh orang-orang kuffar, kecuali yang terikat
perjanjian yang sementara dengan kaum muslimin, dan Allah memerintahkan untuk
membatalkan perjanjian yang mutlak".
Dari keterangan keterangan di atas dapatlah kita membuat
kesimpulan bahwa sebelum perintah Jihad itu sampai kepada perintah Jihad yang
terakhir, Jihad terbagi kepada 4 tahap:
1. Jihadul-Kuffar bil-Qur'an/Jihadud Da'wah Duna Saif
(Jihad menghadapi kuffar dengan Al-Quran, tanpa menggunakan senjata).
2. Fardiyatul-Jihadi ad-Difa'i. (Diwajibkan Jihad dengan
senjata untuk mempertahankan diri)
3. Ibahatul-Jihad al-Hujumi. (Dibolehkannya Jihad dengan
senjata untuk menyerang kaum kuffar).
4. Fardiyatal-Mutlaq (ad-difa'i dan
al-Hujumi/Diwajibkannya Jihad dengan senjata secara mutlak baik untuk
mempertahankan diri maupun untuk melakukan penyerangan terhadap kaum kuffar)