1. Jihadun Nafsi:
Yaitu Pembinaan/Tarbiyyah manusia terhadap dirinya untuk menta'ati Allah, menolak fitnah syahwat dan syubhat, dan melaksanakan ketaatan walupun ia amat berat dan tidak disukai oleh hawa nafsunya.
Ibnul Qayyim membagi Jihadun-Nafsi ini menjadi empat martabat (bagian):
1. Jihadun Nafsi (Jihad terhadap diri) untuk memahami
petunjuk dan Dien yang Haq.
2. Jihadun Nafsi (Jihad terhadap diri) untuk mengamalkan Dien yang Haq
3. Jihadun Nafsi (Jihad terhadap diri) untuk menyeru (Dakwah) kepada Dien yang
Haq, untuk mengajari orang yang belum mengetahui.
4. Jihadun Nafsi (Jihad terhadap diri) untuk bersabar menghadapi kesulitan
kesulitan dakwah (menyeru) kepada Allah dan bersabar menghadapi gangguan
makhluk, dan juga menanggung semuanya itu karena Allah.
Selanjutnya Ibnul Qoyyim mengatakan : "Jika manusia telah menyempurnakan keempat martabat ini, maka jadilah ia termasuk kedalam golongan Rabbaniyyin, karena sesungguhnya Ulama Salaf sepakat bahwa orang alim tidak berhak digelar Rabbaniy sehingga ia mengetahui Al-Haq, mengamalkannya dan mengajarkannya. Oleh karena itu, barang siapa yang telah mengetahui, mengamalkan dan mengajarkan Al-Haq, maka ia dipanggil sebagai manusia yang agung dalam kerajaan langit.
Oleh karena pentingnya jenis Jihad ini terdapat keterangan didalam hadist yang menunjukan pengertian Jihad secara ringkas dan singkat:
Fudulah bin Ubaid ra berkata : Rasulullah saw pada Hajjatul Wada' (Ibadah Haji yang terakhir) bersabda : "ketahuilah kukhabarkan kepada kalian orang Mu'min ialah orang yang menyebabkan orang lain merasa aman baik harta maupun jiwanya, Muslim ialah orang yang orang lain selamat dari lidah dan tangannya, Mujahid ialah orang yang berjihad terhadap dirinya dalam menta'ati Allah dan Muhajir ialah orang yang meninggalkan kesalahan dan dosa." (HR Ahmad)
2. Jihadus Syaitan :
Yaitu Jihad melawan syaitan dengan menolak syahwat dan
syubhat yang dilontarkan (godaan syaitan) kepada manusia.
Jihad terhadap syaitan dengan menolak syubhat yaitu dengan ilmu yang manfa'at
dan warisan para nabi sehingga membuahkan keyakinan yang teguh kedalam hati.
sedangkan Jihad terhadap syaitan dengan menolak syahwat dan segala keinginan
yang merusak yaitu dengan perasaan takut kepada Allah dan banyak mengingat
perjumpaan dengannya dan kedudukannya dihadapan Alla swt.
3. Jihadul Kuffar :
Yaitu Jihad menghadapi orang kafir dengan memerangi dan membunuh mereka, dan mengerahkan segala yang diperlukan dalam peperangan baik berupa harta, jiwa dan yang lainnya sebagaimana sabda nabi Muhammad saw :
"Perangilah orang-orang musyrik itu dengan hartam, diri dan lisanmu." (HR Abu Daud, An Nasa'i, Ahmad, Ibnu Hibban, Hakim, Baihaqi, Baghawi dan Ibnu Asakir dari Anas ra)
Ia bertanya lagi : "Apakah Jihad itu? Beliau menjawab: "Engkau perangi orang-orang kafir jika engkau menjumpai dimedan perang." Ia bertanya lagi : "Jihad macam mana yang paling utama?" Beliau menjawab : "Sesiapa yang dilukai anggota badannya dan dialirkan darahnya." (HR Ahmad)
Sebagaimana telah dinyatakan dalam pembahasan pengertian Jihad bahwa lafaz Jihad fie Sabilillah dinyatakan secara mutlak maka tiada lain yang dimaksud adalah jenis Jihad ini, yaitu Jihadul-Kuffar. Oleh itu jika status hukum Jihad ini sudah menjadi fardu a'in maka kewajiban ini tidak dapat diganti dengan dakwah dan infaq atau amal-amal lainnya selain Jihad.
Adapun yang dimaksud dengan kaum Kuffar ialah Ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani), Majusi, Shobiah dan Non Muslim lainnya.
Ahli Kitab diarahkan untuk membuat pilihan : memeluk Islam, atau masuk jaminan kaum muslimin dengan membayar Jizyah atau Perang.
Firman Allah :
"Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula)
kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan
oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (Agama
Allah), (yaitu orang-orang) yagn diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka
membayar Jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk." (QS
At-Taubah ayat 29)
Abu Buraidah dari ayahnya, ia berkata, "Jika Rasulullah saw menyuruh seorang komandan perang atau sariyah, maka beliau saw berwasiat khas kepadanya agar bertakwa kepada Allah dan mewasiatkan kebaikan kepada orang-orang Muslim yang bersamanya, kemudian beliau saw bersabda :
"Berperanglah kalian dengan nama Allah dan di jalan Allah. Perangilah orang-orang yang kufur kepada Allah. Berperanglah dan janganlah berlebih lebihan, berkhianat dan mendendam. Janganlah membunuh anak kecil. Jika kamu menghadapai musuh dari kalangan orang-orang musryik, maka serulah mereka kepada tiga hal. Mana saja diantara tiga hal itu yang mereka penuhi, maka terimalah dan tahanlah dirimu untuk tidak memerangi mereka. Kemudian serulah mereka kepada Islam. Jika mereka memenuhinya, maka terimalah dan tahanlah dirimu untuk tidak memerangi mereka. Kemudian serulah mereka agar berpindah dari daerah mereka ke daerah Muhajirin. Beritahukanlah mereka bahwa jika mereka mau melaksanakannya, maka mereka akan mendapatkan seperti yang didapatkan orang-orang Muhajirin dan berkewajiban seperti kewajiban orang-orang Muhajirin. Jika mereka menolak untuk berpindah dari sana, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa mereka seperti orang asing bagi orang-orang Muslim. Hukum Allah berlaku atas mereka seperti yang berlaku atas orang-orang Mukmin. Mereka tidak mendapatkan sedikitpun dari harta rampasan perang dan Fa'i, kecuali jika mereka berperang bersama-sama orang Muslim. Jika mereka menolak hal itu maka mintalah Jizyah dari mereka. Jika mereka memenuhi seruanmu, maka terimalah dan tahanlah dirimu untuk tidak memerangi mereka. Jika mereka tetap menolak, maka mintalah pertolongan kepada Allah dan perangilah mereka. (HR Muslim dan Ahmad)
Adapun bagi kaum Kuffar lainnya selain Ahli Kitab dan kaum
Murtad dari Islam, mereka diarahkan untuk memilih diantara dua pilihan : masuk
Islam atau Perang.
Firman Allah :
"Katakanlah kepada orang-orang Badui yang tertinggal:" Kamu akan
diajak untuk (memerangi) kaum yang mempunyai kekuatan yang besar, kamu akan
memerangi mereka atau mereka menyerah (masuk Islam)...(QS Al-Fath 16)
Pafa Fukaha berbeda pendapat mengenai kaum kuffar selain Ahli Kitab :
Menurut Mazhab Hanfi :
Didalam kitab Hasyiyah Ibnu Abidin, dinyatakan : Pasal Jizyah...Jizyah
dibebankan kepada Ahli Kitabm, dan Majusi, dan Wathani (penyembah berhala) yang
berbangsa Ajam (bukan Arab dan bukan orang murtad). Oleh itu Jizyah tidak
diterima dari Wathani yang berbangsa Arab dan dari orang Murtad. Mereka hanya
disuruh memilih masuk Islam atau Perang.
Menurut Mazhab Maliki :
Didalam kitab Bulghatus - Salik dinyatakan : Pasal Jizyah : Harta yang
dibebankan oleh Imam kepada orang kafir baik terhadap Ahli Kitab, orang Musyrik
ataupun orang kafir selain mereka, walaupun kaum Quraisy.
Menurut Mahzab Syafi'i :
Didalam kitab A-Um, Asy-Syafi'i menyatakan : Majusi itu beragama selain agama
berhala, tapi dalam sebagian agama mereka berbeda pula dengan Ahli Kitab dari
Yahudi dan Nashrani sebagaimana Yahudi dan Nasrani berbeda pula dalam sebagian
agama mereka. Dan Majusi itu berada disatu kawasan bumi yang Ulama Salaf
penduduk Hijaz tidak mengenal agama mereka sebagaimana mereka kenalnya terhadap
agama Nasrani dan Yahudi. Dan Majusi itu adalah Ahli Kitab Wallahu A'lam, mereka
tercakup pada satu nama Ahli Kitab bersama Yahudi dan Nasrani.
Menurut Mazhab Hambali :
Didalam kitab Al-Mughni, Ibnu Qudamah menyatakan : Ahli Kitab dan Majusi
diperangi sehingga mereka masuk Islam, atau mereka membayar Jizyah dalam keadaan
hina, dan orang-orang kafir selain mereka diperangi hingga mereka masuk Islam.
4. Jihadul Murtaddien.
Perbuatan orang Murtad disebut Riddah.
Menurut bahasa : Riddah adalah mundur yaitu kembali dari sesuatu menuju sesuatu
yang lain. jadi orang Murtad adalah orang yang kembali kepada kekafiran sesudah
masuk Islam.
Menurut Syara' : Riddah ialah kembali dari Islam kepada kekafiran. Jadi Murtad
bermakna orang yang menjadi kafir sesudah memeluk Islam, baik dengan ucapan,
keyakinan, keraguan ataupun dengan perbuatan. Seseorang atau sesuatu kumpulan
boleh menjadi Murtad dengan melalui salah satu dari beberapa sebab berikut ini,
antara lain :
1. Mempersekutukan Allah apakah melalui I'tikad, ucapan
ataupun perbuatan seperti sujud kepada berhala atau berjalan ke gereja dengan
fesyen orang Nashrani.
2. Mengingkari agama Islam atau satu rukun padanya, atau mengingkari satu hukum
Islam yang dapat diketahui secara daruri
3. Orang yang meng'itikadkan bahwa tidak wajib berhukum denga hukum yang
diturunkan Allah.
4. orang yang meninggalkan Sholat karena mengingkari kewajibannya, dan demikian
pula jika ia mengingkari kewajiban sholat walaupun tidak meninggalkannya.
5. Orang yang meninggalkan sholat karena kesombongan atau kedengkian.
6. Orang yang meninggalkan sholat karena meremehkan dan memandang hina terhadap
sholat
7. Orang yang meninggalkan sholat, dan berterusan meninggalkannya hingga dibunuh
8. Orang yang meninggalkan sholat karena berpaling daripadanya, ia tidak
mengakui kewajiban sholat dan tidak pula mengingkarinya.
9. Dan banyak lagi yang lainnya.
Perbuatan perbuatan diatas jika dilakukan oleh seorang yang baligh serta berakal, baik laki-laki maupun wanita dan perbuatan demikian dilakukan dengan inisiatif sendiri maka perbuatan itu menjadikannya Murtad.
Hukum mengenai orang murtad ini adalah dibunuh.
Firman Allah :
"Barangsiapa yang murtad diantara kamu dari agamanya, lalu dia mati
dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan akhirat,
dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal didalamnya." (QS
Al-Baqarah ayat 217)
"Sesiapa yang menukarkan agamanya maka bunuhlah ia." (HR Bukhari, Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasa'i dan Ibnu Majah)
"Dari Muhammad bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdul Qari dari bapanya, bahwa seorang laki-laki dari arah Abu Musa Al-Asy'ari telah datang kepada Umar ra, kemudian Umar ra berkata kepadanya: "Adakah sesuatau khabar dari sebelah barat?" Ia menjawab : " Ya...ada seseorang laki-laki menjadi kafir setelah ia memeluk islam." Umar berkata : "Apa yang telah kalian lakukan terhadapnya?"Ia menjawab: "Kami hampiri dia kemudian ia kami bunuh." Umar berkata: "Mengapa tidak kamu tahan selama 3 hari, kemudian kamu beri makan sepotong roti tiap harr, dan ia diminta bertaubat agar ia kembali kepada perintah Allah? ya...Allah, sesungguhnya aku masa itu tidak hadir, dan tidak menyuruh, dan aku tidak redha ketika khabar itu sampai kepadaku." (Riwayat Imam Malik didalam Al-Muwhata, dan Asy-Syafi'i)
Mengenai hukuman bagi perempuan yang murtad, Jumhur Fuqaha sepakat bahwa ia harus dibunuh juga kecuali menurut Mazhab Hanafi berpendapat bahwa ia harus ditahan masuk Islam kembali atau ditahan sampai mati.
"Telah thabit dari Abu Bakar ra : Bahwa beliau menghukum bunuh perempuan yang murtad." (HR Darquthuni)
"Bahwa seorang perempuan yang biasa dipanggil Ummu Ruman telah murtad dari Islam. Kemudian urusan itu sampai kepada Nabi, maka Nabi menyuruhnya bertaubat jika ia bertaubat maka ia bebas, sedangkan jika ia tidak bertaubat maka ia harus dibunuh."
Apakah memerangi orang yang murtad termasuk Jihad fie
Sabillah dengan makna menurut syara'?
Ya..., memerangi orang murtad termasuk Jihad fie Sabilillah dengan makna menurut
syara', karena ta'rif jihad sesuai baginya yaitu:
Memerangi orang kafir untuk meninggikan Kalimah Allah, sedangkan orang-orang
murtad itu adalah orang-orang kafir dan memerangi mereka, untuk meninggikan
kalimah Allah...bahkan Ibnu Qudamah penulis kitab Al-Mughni menetapkan bahwa
memerangi kafir asli. Ibnu Qudamah berkata : mereka ini - yakni orang-orang
Murtad - lebih berhak untuk diperangi, karena membenarkan mereka boleh jadi
orang-orang seperti mereka membujuk uantuk menyerupai mereka dan murtad bersama
mereka.
4. Jihadul Bughat al-Kharijin
Firman Allah :
"Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu'min berperang maka
damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat
aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya
itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah, jika golongan itu telah
kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil
dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku
adil." (QS Al-Hujarat 9)
Sabda Nabi saw :
"Jika telah dibai'at bagi dua khalifah, maka bunuhlah yang terakhir
diantara keduanya."
5. Jihadul Muhabirin al-Mufsidin
Firman Allah:
"Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan
Rasul-Nya dan membuat kerusakan dimuka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau
disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau
dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu
penghinaan untuk mereka di dunia, dan akhirat mereka akan mendapatkan siksaan
yang besar. Kecuali orang-orang yang taubat (diantara mereka) sebelum kamu dapat
menguasai (menangkap) mereka: maka ketahuilah bahwasannya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang." (QS Al-Maidah 33-34)
Jihadul Munafiqin.
Yaitu Jihad menghadapi orang-orang munafiq dengan lisan, menegakkan hujjah atas mereka, mencegah mereka dari sikap kekafiran yang tersembunyi, menjauhkan segala permainan dan langkah-langkah mereka, dan menolak terhadap perbuatan dan perilaku mereka dsb. Dan Jihad terhadap mereka ini merupakan satu jenis dari Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar. (Insya Allah uraiannya akan dibahas dalam makalah tersendiri)
Jihaduz Zalimin
yaitu Jihad terhadap orang-orang Fasik, Zalim, Ahli bid'ah dan pelaku kemungkaran. Dan Jihad terhadap mereka ini termasuk satu jenis Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar. (Insya Allah uraiannya akan dibahas dalam makalah tersendiri)