APAKAH ILMUWAN SUKSES HARUS JENIUS?
>---------- Forwarded message ----------
>From: Isnan <isnan@izfp.fhg.de>
>To: "'eropa@isnet.org'" <eropa@isnet.org>
>Subject: [eropa] Faktor kejeniusan dalam keberhasilan ilmuwan.
>Date: Tue, 7 Jul 1998 17:49:00 +0100
.........
Faktor kejeniusan dalam keberhasilan ilmuawan.
Dari kalangan ilmuwan, faktor kecerdasan yang tinggi sangat didambakan. Dengan kecerdasan yang tinggi, diperkirakan seseorang ilmuwan bisa lebih berhasil dalam menyelesaikan permasalahan ilmiah yang dihadapinya.
Kecerdasan dalam konteks ilmiah masih didasarkan dengan penilaian IQ. Kebanyakan dari kita beranggapan bahwa semakin tinggi IQ maka semakin diharapkan untuk keberhasilan ilmiah, kalau bisa mencapai tingkat jenius hendaknya. Anggapan ini sebenarnya tidak begitu tepat, berikut ini akan saya lampirkan beberapa contoh yang diampbil dari sejarah ilmu pengetahuan.
Seseorang dikatakan jenius, berarti dia memiliki IQ yang jauh melibih rata2. Kejeniusan bukanlah faktor keturunan (berbeda dengan kepintaran dg IQ sedikit melebihi rata2 yang bisa merupakan faktor genetik). Kejeniusan timbul akibat adanya penyimpangan (anomali) pertumbuhan otak. Otak seorang yang jenius memiliki sel2 otak dan syaraf yang melebihi otak orang normal. Dengan kelebihan ini orang2 jenius memiliki kapasitas ingatan dan kemampuan mengorganisasikan sel2 otak yang lebih baik. Sehingga diwaktu masih bayi biasanya sudah terlihat tanda2 kejeniusannya. Misalnya umur 6 bulan sudah bisa berbicara. Umur 3 tahun sudah mengerti gramatik, dlsb. Umur 12-15 tahun sudah memperoleh diplom kesarjanaan. Umur sekitar 16-18 tahun sudah menggondol titel Doktor dan umur sekitar 22-25 tahun sudah meraih jabatan Proffessor. Kejeniusan seperti ini dinamakan Pre Genius. Contoh2 yang terkenal dari kelompok Pre Genius ini adalah misalnya: Euler, Maxwell, Fermi dan Fourier.
Adalagi kelompok yang dinamakan Post Genius. Kejeniusan mereka tampak setelah mereka berumur separoh baya atau malah diwaktu hampir pensiun. Kadangkala mereka baru 'dianggap' jenius setelah menemukan sesuatu yang besar. Dari kelompok ini yang terkenal adalah Einstein, Schroedinger, Edison, Da Vinci dan Newton.
Dalam sejarah kita sudah melihat bahwa tokoh2 ilmuwan terkemuka terdiri dari manusia2 yang bisa digolongkan sebagai jenius. Tapi perlu kita ketahui bahwa penemuan2 terbesar dalam bidang ilmiah, justru dilakukan oleh ILMUWAN2 YG TIDAK DIMASUKKAN KEDALAM KATEGORI JENIUS. Misalnya Rëìtgen, Koch, Pasteur dan Flemming. Karya2 mereka sangat berarti untuk kemanusiaan dan sekaligus untuk ilmu pengetahuan.
Misalnya Rëìtgen, dengan penemuan X-Strahlungnya telah banyak membantu bidang kedokteran, membidani lahirnya dunia elektronika dan dunia fisika atom serta ZfP. Sampai saat ini penemuan Rëìtgen ini masih dianggap penemuan terbesar di bidang fisika.
Ada salah satu ciri kekhasan ilmuwan besar seperti misalnya Rëìtgen, Koch, Pasteur yaitu; dalam dada mereka selalu terisi jiwa yang besar untuk maksud2 kemanusian. Motivasi kegiatan ilmiah mereka dicurahkan untuk kepentingan umat manusia. Misalnya pernah suatu ketika seseorang bertanya ke Rëìtgen: "Herr Rëìtgen, kenapa penemuan Anda tidak didaftarkan ke jawatan Patent?". Maksudnya agar Rëìtgen bisalah mendapat uang dari penemuannya tsb. Apa jawab Rëìtgen ?: "Lho untuk apa saya daftarkan?, penemuan saya ini milik semua manusia kok".
Dari contoh diatas dapat kita lihat bahwa keberhasilan seseorang ilmuwan tidak hanya tergantung kepada tingkat kejeniusannya
(dg IQ yang tinggi), tapi juga tergantung kepada EQ (kecerdasan perasaan), rasa cinta mereka kepada kemanusiaan.
Mudah2an ada yang bisa kita petik dari sejarah ilmu pengetahuan, bahwa kejeniusan bukanlah syarat utama untuk menjadi ilmuwan
yang bisa mempersembahkan karyanya untuk kemanusiaan. Yang paling penting adalah motivasi kita dalam berkarya dalam ilmu
pengetahuan adalah untuk kemanusiaan, dan sebagai ilmuwan muslim motivasi kita adalah juga untuk mencari keridaan Allah swt.
Mudah2an ada kelak diantara warga eropa@ ini yang mengikuti jejak Rëìtgen, Flemming dst. (NB. Jangan seperti Enrico Fermi
yang terlibat dengan pengembangan senjata bom Atom, dia adalah fisikawan penkhianat kemanusiaan).
Wassalaam,
Isnan