MASYARAKAT MADANI
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makan kepadamu untuk mengharapkan keredhaan Allah. Kami tidak menghendaki dari kalian balasan dan juga tidak ucapan terima kasih. (Al Insan: 8-9)
Tatkala Rasulullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam hijrah dan memasuki kota Madinah pertama kali, beliau berpidato di hadapan orang banyak. ¡ÈWahai manusia¡É, kata Nabi, ¡ÈSebarkanlah salaam (keselamatan dan kesejahteraan), berilah makan, hubungkanlah tali silaturrahim, dan sholatlah pada waktu malam sedangmanusia tengah lelap tertidur, kelak kalian masuk syurga dengan selamat sejahtera¡É. (Al Hadits)
Itulah program Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wa Sallam tatkala pertama kali melaksanakan pembentukan masyarakat Islam di Madinah. Beliau telahmencanangkan empat hal yang sangat asasi untuk mengentaskan persoalan masyarakat saat itu. Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam juga segera membangun masjid dan mempersaudarakan kaum muslimin Muhajirin dan Anshor dalam rangka menyongsong masa depan da¡Çwah. Alangkah indahnya bila kita pun mengikutinya.
Nabi Dan Masyarakat Madani
Sebelum kedatangan Nabi, kota Madinah bernama Yatsrib. Kondisi masyarakatnya jauh lebih baik daripada kota Makkah yang penduduknya mayoritas penyembah berhala Hubal dan Manat. Bahkan sampai Nabi tinggalkan hijrah sekali pun, di sekitar Ka¡Çbah saja masih ada 360 berhala. Kota Makkah dipimpin para pembesar yang korup, suka memeras, dan zalim terhadap penduduknya. Adapun penduduk Yatsrib yang muslim siap membela Nabi Muhammad karena utusan mereka telah mengadakan perjanjian di Aqabah sampai dua kali untuk membela Nabi Muhammad dengan segenap daya.
Kota Yatsrib ini budayanya jauh lebih maju dari Makkah. Karena mau menerima da¡Çwah Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam yang disampaikan oleh Mus¡Çab bin Umair yang masih muda sekali. Masyarakatnya bersifat terbuka dan demokratis; mau menerima pendapat dan pandangan baru, tidak terbelenggu oleh tradisi jahiliyyah (kebodohan) masa lalu. Di Yatsrib, Mush¡Çab bin Umair dapat melaksanakan sholat berjamaah terang-terangan dengan kaum muslimin dan menghancurkan berhala-berhala dari rumah mereka tanpa tentangan dari orang-orang musyrik. Dua hal ini tidak dapat dilakukan di Makkah.
Memang ada juga pejabat Yatsrib yang brengsek tetapi tidak banyak, di antaranya Abdullah bin Ubay yang punya bisnis prostitusi, gembong munafikin yang menyembunyikan kekufuran dengan berpura-pura muslim. Yatsrib kemudian disebut oleh Nabi sebagai Madinah yang artinya ¡Èkota¡É, karena Nabi melihat tempat ini memiliki prospek peradaban modern dan siap maju dari segi moral maupun phisik. Kaum Muslimin menyebut Yatsrib sebagai Madinatun Nabi sampai sekarang.
Dalam pandangan Islam, suatu masyarakat modern, terbuka, hidup rukun dan damai dengan keyakinan dan pendapat berbeda-beda; dimana setiap orang boleh menyatakan pendapatnya secara demokratis disebut masyarakat Madani. Diambil dari kata yang sama dengan Madinah yaitu tamadun (peradaban). Di dalamnya, seluruh lapisan masyarakat, ummat Islam dan kelompok lain, dapat berkonstribusi melakukan perbaikan masyarakat dengan menjunjung tinggi keadilan, kebaikan (al ma¡Çruf), dan kesejahteraan bersama. Sesuai namanya, Masyarakat Madani itu menjunjung tinggi ilmu dan peradaban, sebagaimana yang diajarkan oleh Islam.
Negeri Indonesia yang kita cintai, saat ini - masyarakatnya memiliki kecenderungan untuk menjadi masyarakat madani. Yaitu ingin maju dan modern; didasarkan sifat terbuka, toleran, penuh dengan pengertian terhadap berbagai kelompok lain di dalamnya. Karena itu, masyarakat Indonesia harus jauh dari gontok-gontokan saling mencakar dan menjegal¡Ä. Mampu melakukan koreksi terhadap pemerintah yang berlaku dengan cara yang baik, hikmah dan bijaksana. Setiap anggota masyarakat siap mendengar pendapat kelompok lain bahkan bersedia menerima kritik sepanjang bukan dalam rangka mencemarkan nama baik. Mereka mentaati peraturan yang disepakati bersama sebagai hasil pemerintahan yang dipilih secara demokratis.
Penduduk Indonesia yang mayoritas muslim sudah saatnya mencita-citakan terwujudnya masyarakat madani, sebagaimana masyarakat kota Yatsrib yang dimasuki Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wa Sallam dalam hijrahnya. Masyarakat yang siap menerima kebaikan berbagai kelompok termasuk yang dibawa oleh Islam. Karena dalam model masyarakat madani da¡Çwah Islam kelak dapat berkembang dan ajaran Islam akan memberi andil besar dalam perbaikan bangsa dan negara.
=================================================================================================
Diambil dari http://www.istecs.org/~harry/marhamah/0005.html