|
|
GUSTI, GUSTI, kami pasrah sepasrah-pasrahnya kami telanjang setelanjang-telanjangnya kami syukuri apapun sebab rahasia Mu agung tak ada apa-apa yang penting dalam hidup yang cuma sejenak ini kecuali berlomba lari untuk melihat telapak kaki siapa yang paling dulu menginjak halaman rumah Mu GUSTI, lihatlah mulut kami fasih otak kami secerdik setan jiwa kami luwes bersujud bagai para malaikat Mu namun saksikan adakah hidup kami mampu begitu ? langkah kami yang mantap dan dungu hasil-hasil kerja kami yang gagah dan semu arah mata kami yang bingung dan tertipu akan sanggupkah melunasi hutang kami kepada kasih cinta penciptaan Mu ? GUSTI, masa depan kami sendiri kami bakar namun Engkau betapa amat sabar peradaban kami semakin hina namun betapa Engkau bijaksana kelakuan kami semakin nakal namun kebesaran Mu maha kekal nafsu kami semakin rakus tapi betapa rahmat Mu tak putus-putus kemanusiaan kami semakin dangkal sehingga Engkau menjadi terlampau mahal GUSTI, kamilah pesakitan di penjara yang kami bangun sendiri kamilah narapidana yang tak berwajah lagi kaki dan tangan ini kami ikat sendiri maka hukumlah dan ampuni kami dan jangan biarkan terlalu lama menanti
EMHA AINUN NADJIB - 1981 DARI KUMPULAN PUISI : SERIBU MASJID, SATU JUMLAHNYA TAHAJJUD CINTA SEORANG HAMBA
|
disajikan
oleh :
1998
[ PUISI SEBELUMNYA ] [
PUISI BERIKUTNYA ]
[ RENDRA ] [ EMHA ] [
BUNG KARNO ] [ LAIN - LAIN ]