|
|
|
Tuhan
ku wajah Mu membayang di kota terbakar dan firman Mu terguris di atas ribuan kuburan yang dangkal anak menangis kehilangan bapak tanah sepi kehilangan lelakinya bukannya benih yang disebar di bumi subur ini tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia apabila malam turun nanti sempurnalah sudah warna dosa dan mesiu kembali lagi bicara waktu itu, Tuhan ku perkenankan aku membunuh perkenankan aku memasukkan sangkurku malam dan wajahku adalah satu warna dosa dan nafasku adalah satu udara tak ada lagi pilihan kecuali menyadari biarpun bersama penyesalan apa yang bisa diucapkan oleh bibirku yang terjajah ? sementara kulihat kedua tangan Mu yang capai mendekap bumi yang mengkhianati Mu Tuhan ku erat-erat kugenggam senapanku perkenankan aku membunuh perkenankan aku menusukkan sangkurku RENDRA
|
|
DARI KUMPULAN PUISI "
SAJAK - SAJAK SEPATU TUA " disajikan oleh : |