This Islamic
Education site owned by
Mimbar Jum'at.
[
Previous 5 Sites
|
Previous
|
Next
|
Next 5 Sites
|
Random Site
|
List Sites
]
Risalah Membina Pribadi Dan Ummat
Sombong Penyebab Masuk Neraka
Hidup Bukan Untuk Main-main
Mengobati Takabur
Dimensi Keikhlasan Qurban
Musyawarah
Manusia Unggul
Pendidikan Agama bagi Remaja
Atribut Kepribadian Seorang Muslim
Nikmat, Cobaan, dan Syukur
Ummu Amarah - Wanita Pejuang
Keluarga - Sendi Utama Masyarakat
Hijrah Dalam Kehidupan
Mensyukuri Nikmat Allah
Larangan
Kewajiban Seorang Muslim
Go Back
(Buletin Al Ihsan No.02/l/1416H - Irwan Suwita)
"Dan ingatlah ketika Tuhanmu memberitahukan kalau kamu bersyukur
niscaya akan Aku tambah nikmat itu, dan apabila kamu tidak bersyukur
sesungguhnya siksa-Ku sangat keras" (S Ibrahim:7).
Ulama terkenal, Yusuf Al Qardhawi mengelompokkan nikmat Allah
swt. menjadi 7 macam:
Hendaklah setiap manusia mempercayakan diri sepenuhnya kepada
Allah swt. dan tetap berbaik sangka kepada Allah, bahwa Allah
swt. tetap dan selalu memperhatikan dan menyayangi hambaNya dan
segala yang ditimpakan kepada hambaNya adalah untuk kebaikannya
pula. Oleh karena itu kita harus tetap mensyukuri segala nikmat
yang kita terima, baik sedikit ataupun banyak. Semuanya adalah
sebagai ujian atau cobaan belaka, kita harus percaya bahwa segala
kejadian ada yang Maha Mengatur, ada Hikmah yang akan terbukti
kemudian hari atau nanti akan dipertunjukkanNya pada Yaumal Akhir.
(Suara Istiqamah No.21/Yl/96 - Yaya Hidayat)
Pada suatu musim haji, Ummu Amarah dan suaminya sepakat menemui
Rasulullah saw. di Aqabah pada hari Tasyriq. Ghuzyah bin Amr,
suami Amarah melihat isterinya beserta sorang wanita lagi bernama
Ummu Mani' belum juga mendapat giliran melakukan baiat, berseru:
"Ya Rasulullah, masih ada lagi dua orang wanita yang hadir
bersama kami untuk ikut ber-baiat pada anda."
"Telah kuterima baiat mereka. Seperti baiat yang kuterima
dari kalian. Aku tidak menjabat tangan wanita", jawab beliau.
Peran dan kedudukan wanita disamping laki-laki mendapat tempat
yang sama terhormatnya disisi Allah swt. bahkan Ummu Amarah sering
bersama Rasulullah saw. pada berbagai peperangan demi membela
dan menegakkan syiar Islam. Melayani mereka yang sedang berjihad,
merawat yang terluka dan memberi minum yang kehausan. Bila keadaan
berubah gawat tidak segan-segan dia mengangkat senjata dan ikut
terjun dalam kancah peperangan .
Keberanian Ummu Amarah terbukti dalam perang Hunain dimana sewaktu
kedudukan barisan kaum Muslimin terbuka bagi serangan musuh, dia
bersama Ummu Slaim binti Malkan maju kedepan menerjang serbuan
musuh.
Sepanjang hayatnya Ummu Amarah berjuang terus hingga Rasulullah
saw. wafat. Namun pada masa kekhalifahan Abu bakar Ash-Shidiq,
ia mengikuti pertempuran di-Yamamah bersama Khalid bin Walid melawan
Musailamah hingga lawan yang digelari Al-Kadzdzab itu tewas ditangan
Abdullah, puteranya yang dibantu Wasy.
Diakhirat kelak luka-luka yang pernah dialami selama dalam pertempuran,
akan menjadi saksi baginya dihadirat Allah swt.
(Buletin Al Ihsaan - No.:07/l/1417H - Mudjiono)
Untuk mengatur kehidupan bermasyarakat Allah swt telah menurunkan
ajaran agama melalui para Nabi dan RasulNya. Ajaran-ajaran tersebut
menghendaki agar tercipta masyarakat yang teratur, sejahtera lahir
dan batin. Dalam hal ini masyarakat yang terdiri dari keluarga-keluarga
dan berakhir pada individu, haruslah mencapai nilai-nilai ideal
dan nilai-nilai tertinggi dari ajaran agama.
Umat Islam Indonesia yang sudah tentu menjadi pengamal Pancasila
berkewajiban untuk ikut mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
Perjuangan mewujudkan masyarakat yang sejahtera seutuhnya, adalah
perjuangan yang tidak pernah berhenti. Tidak hanya terpenuhinya
kebutuhan duniawi tapi juga kebutuhan ukhrowi.
Dari aspek struktural masyarakat Islam tumpuan utamanya adalah
terbentuknya keluarga, yang menjaga kesucian dan memelihara sopan
santun, karena tanpa itu tidaklah akan terwujud suatu keluarga
sakinah, sehat jasmani dan mentalnya.
Surat An-Nur ayat 31 menyuruh mukminat agar menundukkan sebagian
dari pandangan mereka, memelihara kemaluan, tidak menampakkan
perhiasan (aurat), dan hendaklah menutup dada mereka dengan kerudungnya.
Dan laki-laki diminta untuk menundukkan pandangannya sewaktu berhadapan
dengan wanita bukan muhrimnya agar kehormatannya tetap terjaga.
Ketika saudara Siti Aisyah r.a. yang bernama Asma bertanya pada
Rasulullah saw. tentang busana wanita beliau menjawab:"Semua
aurat harus tertutup, kecuali bagian ini dan ini", sambil
beliau menunjuk tapak tangan dan wajah.
(Buletin Dakwah No. 21 Thn ke-XXIII- H. Rifyal Ka'bah M.A).
Hijrah karena Materi
Hijrah yang paling menonjol di zaman modern adalah hijrah bangsa
Eropa ke dunia baru dengan maksud untuk berdagang dan mendapatkan
keuntungan materi.
Kolonisasi ini telah meninggalkan lembaran hitam dalam sejarah.
Kolonisasi antara lain telah memaksa orang orang Afrika berkulit
hitam untuk hijrah ke Amerika melalui jaringan perbudakan.
Hijrah dalam Dunia Islam
Hijrah umat Islam dari Semenanjung Arabia dan India bergerak ke
Timur sampai Asia Selatan, Tenggara dan Timur. Mereka melakukan
Dakwah disamping usaha berdagangdi kawasan ini.
Berkat hijrah mereka , alhamdulillah Islam akhirnya berkembang
di Nusantara dan seluruh Asia Tenggara.
Hijrah terkenal dalam Islam dimulai dari hijrah Nabi Muhammad
saw. beserta para sahabat beliau ke Madinah. Tujuan utamanya adalah
ikhlas karena Allah untuk membangun cara hidup Islam. Nabi sendiri
mempertegas bahwa siapa yang berhijrah karena Allah, maka ia akan
mendapatkan pahala dan ridha Allah, tapi barang siapa berhijrah
karena wanita, maka yang diperolehnya tidak lebih dari sekadar
itu saja.
(Buletin Al Ihsan No.:08/I/1417 H - )
Allah swt menyediakan sarana dan prasarana hidup, sebagai sumber
perekonomian dan kemakmuran manusia yang tiada habis-habisnya,
agar manusia mau tahu, sadar dan mau mensyukuri nikmat Allah dalam
arti yang sebenarnya.
Apabila manusia telah mensyukuri nikmatNya, dengan melaksanakan
hak-hak dan kewajibannya niscaya Allah swt menanggung kelestarian
nikmat-Nya, bahkan akan menambah atau mengganti yang lebih baik.
Allah berfirman : " . . . . . sesungguhnya jika kalian bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azabKu sangat pedih."
(Q.S 14 Ibrahim-7).
Kita menyadari bahwa hidup kita dalam jangka waktu yang terbatas
sesuai dengan umur kita masing-masing.
Sungguh kurang bijaksana bila kita minta diberi umur panjang,
tetapi kita tidak minta diberi pengampunan atau kesempatan untuk
mensyukuri nikmat Allah swt. Berbahagialah bagi orang yang diberi
umur panjang dan baik amal perbuatannya. Namun celakalah orang
yang diberi umur panjang tetapi selama hidupnya hanya dipergunakan
untuk menumpuk-numpuk noda dan dosa, dan senang mengakhirkan ibadah
dan amal baik, menanti usia lanjut dan mendekati ajal.
(Suara Istiqamah No.:22/YI/96 - )
Islam telah menetapkan hukuman terhadap pelanggaran larangan dalam
Al Qur'an dan Sunnah Rasul. Besar kecilnya pelanggaran disebutkan
dengan istilah dosa besar dan dosa kecil. Islam telah mengatur
larangan mulai masalah kecil sampai masalah yang besar. Namun
kebebasan masih tetap ada. Kebebasan itu diikuti oleh pertanggung
jawaban dihadapan Allah swt.
Dosa yang paling besar adalah mempersekutukan Allah. Tapi Allah
memberikan kebebasan kepada hambaNya menganut ideologi apa saja
dan meyakini kepercayaan apa saja. Kebebasan ini diikat dengan
pertanggung jawaban kelak diperadilan Allah swt. Allah menyatakan
:" Kebenaran itu datangnya dari Allah, siapa yang mau beriman
silahkan, siapa yang mau mengingkarinya silahkan pula." (QS.
Al-Kahfi: 29).
Menghindari larangan, selain akan memantapkan keimanan, keamanan
dan ketentraman jiwa juga akan mewujudkan kenikmatan dan kelapangan
dada.
Allah memerintahkan: " Hai Adam, turunlah kamu beserta isterimu
dari sorga ini. Didunia kelak, keturunanmu akan saling bermusuhan.
Namun demikian Aku akan memberikan petunjuk. Siapa yang mengikuti
petunjukKu tidak akan mendapat bencana di dunia dan di akhirat
kelak, tapi yang berpaling dari petunjukKu akan sengsara dan tidak
akan merasakan kebahagiaan dan ketenangan (QS. Thaha: 123).
(Buletin Dakwah No. 22 Thn ke-XXIII - H Abdul Qadir Djailani).
"Katakanlah: Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara,
isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari-pada Allah
dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad dijalan-Nya , maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang fasik." (At-Taubah 24).
Islam sebagai satu sistem hidup yang sempurna, yang dapat menggantikan
idiologi-idiologi besar dunia yang telah usang, bukan saja secara
I'tiqadiyah harus diterima seutuhnya, tetapi harus diperjuangkan
secara total sehingga nilai-nilai dan norma-norma Islam dapat
tegak didalam diri pribadi , keluarga, masyarakat, negara dan
antar negara. Kewajiban memperjuangkan Islam ini didalam istilah
Islam disebut 'Jihad fi sabilillah".
Dalam hubungan antara Iman dan Jihad fi Sabilillah, antara hati
dan perjuangan menegakkan agama Allah, Sayed Qutb menyatakan pendapatnya,
bahwa: "Islam tidak pernah membangkitkan sebuah hati, lalu
membiarkan hati itu sabar tidak bergerak dalam menghadapi keaniayaan,
kedzaliman dalam segala macam bentuknya, baik kedzaliman ini terjadi
terhadap dirinya atau terhadap sekelompok manusia siapapun juga
dan dibawah penguasa manapun juga.
Dalam hubungan lebih lanjut Rasulullah saw. bersabda: "barang
siapa mati padahal belum pernah berperang dan tidak pernah bercita-cita
yang demikian didalam hatinya, berarti ia mati atas satu cabang
dari pada nifak." (HR Abu Hurairah).
Nikmat, Cobaan, dan Syukur
Ummu Amarah - Wanita Pejuang Di Jalan Allah
Keluarga Sendi Utama Mewujudkan Masyarakat Sejahtera Seutuhnya
Hijrah Dalam Kehidupan
Mensyukuri Nikmat Allah
Larangan
Kewajiban Seorang Muslim