ANTARA KEGELAPAN DAN CAHAYA
Ummul Quro No.06/th3
“Allah adalah
wali orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan
(kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, wali mereka adalah setan, yang mengeluarkan mereka
dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni nereka,
mereka kekal di dalamnya” (QS Al Baqarah:257)
Menurut Budi Darmawan, seorang penulis buku tentang RA.Kartini, ayat yang mulia di atas telah memberikan inspirasi yang begitu kuat terhadap terbitnya buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” Karya RA Kartini yang monumental. RA Kartini yang hidup dalam masa “ kegelapan”, di bawah penjajahan Belanda, mengharapkan agar bangsanya dapat segera keluar dari kegelapan itu menuju cahaya kebebasan.
Jika
kita melihat ke belakang, tampaknya ada
beberapa babak dalam sejarah dimana bangsa Indonesia mengalami jatuh bangun
antara kegelapan dan cahaya. Babak yang pertama adalah masa pra kemerdekaan
dimana bangsa Indonesia benar-benar
berada dalam kegelapan, sebagai bangsa tertindas yang diinjak-injak oleh
penjajah. Lalu atas berkat Rahmat Allah SWT dan pernjuangan bangsa Indonesia
yang gigih dan sungguh-sungguh, diperolehlah kemerdekaan walau harus ditebus
dengan tetesan darah. Lalu disusul babak kedua dimana bangsa Indonesia nyaris
menjadi korban pengkhianatan PKI dengan dibunuhnya para Jenderal. Kini
Indonesia memasuki babak ketiga yang akan menjadi sangat menentukan nasib
bangsa untuk bisa keluar dari krisis dimasa Reformasi ini.
Sejarah
telah membuktikan bahwa umat Islam telah mengambil bagian yang sangat penting
bagi setiap jengkal perjuangan yang terjadi di Indonesia. Sejarawan. Ahmad
Mansyur Suryanegara pernah menggambarkan bagaimana peran kaum santri dalam perjuangan
di Indonesia. Beliau mengatakan, “ Bagaimana halnya bila umat Islam sebagai
mayoritas di tengah Negara kesatuan Republik Indonesia. Apakah tidak berperan
akhbar dalam membangun mahkota kemerdekaan Indonesia. Sejarah yang benar akan
menjawab, ya. Karena kehadiran umat Islam dan kaum santrinya di Nusantara sejak
abad ke-7”
Kehadiran
Islam di beberapa wilayah di Indonesia telah memberikan perubahan yang cukup
besar dalam kehidupan Masyarakat. Pengaruh ajaran Islam yang egalitarisn
sifatnya, membangkitkanl ahirnya semangat persaudaraan dan solidaritas yang
tinggi di masyarakat. Maka, berdasarkan nilai-nilai Islam pula, dibangunlah
beberapa sarana yang menunjang peningkatan keilmuan, perekonomian dan
peribadatan. Ketiga sarana tersebut adalah pesantren, pasar dan masjid dan ini
merupakan trilogi yang membentuk gaya hidup tersendiri bagi umat Islam.
Ulama
sebagai pewaris nabi, telah mengajarkan kehidupan yang syamsil ( menyeluruh)
kepada umatnya, yaitu sebagai juru dakwah sekaligus pedagang yang memajukan
perekonomian. Memang dunia perdagangan telah memperoleh perhatian khusus dari
Rasulullah melalui sabdanya, “ Rizqi itu
punya dua puluh pintu. Sembilan belas bagi para pedagang dan satu pintu bagi
yang memiliki ketrampilan tangannya”. Atau dalam salah satu do’a ada
ungkapan berikut ini, “ . .. wa tijaarotan lan tabuur dan pedagang yang
tidak rugi..”. Maka, tidak heran bila kehadiran pesantren dan masjid akan
memberikan banyak kontribusi terhadap penumbuhan pasar dan kaum muslimin
identik dengan kaum wirausahawan. Penguasaha pasar , sah bandar, jama’ah masjid
adalah pendukung pesantren, Jika kaum santri turun dalam perjuangan, maka
dukungan pun akan hadir dalam perjuangan mereka.
Sejak
awal, pertubuhan pesantren di Indonesia tidak lepas dari pengaruh pemegang
kekuasan politik. Posisi pesantren waktu itu sebagai arena pembangkit semangat
kesadaran nasionalisme, cinta bangsa, cinta agama dan cinta tanah air. Sikap
yang demikian tentu saja merupakan tantangan tersendiri bagi imperialis Barat
Katolik dan Protestan. Waktu itu, imperaslis barat menilai bahwa bangsa-bangsa
di luar gerja sebagai terra nullius negara tak bertuan.
Dalam
Indonesian Trade and Society, JC. Van Leur menganalisa bahwa perubahan tatanan
dunia telah terjadi setelah Paus Alexander VI membenarkan adanya perjanjian
Tordesilas tahun 1494 yang melahirkan imperialisme pertama oleh kerajaan
Katolik Portugis dan Spanyol. Kedatangannya di Asia Tenggara membangkitkan
perang agama di abad ke-16 lalu diikuti abad berikutnya. Lalu kehadiran kerjaan
Protestan Belanda telah melahirkan perang agama segitiga antara Islam sebagai
pribumi, melawan Katolik dan Protestan sebagai penjajah.
Dalam
kondisi yang seperti ini, umat Islam khususnya kaum santri, dituntut untuk
mampu belajar cepat mengantisipasi keadaan. Mereka yang semula hanya terjun
dalam dunia perdagangan, maka aktivitasnya meningkat dalam dunia politik. Dalam
tempo yang tak lama, mereka mampu memimpin perlawan bersenjata melawan kaum
imperialis barat. Menurut Sartono Kartodirdjo dalam bukunya pemberntakan petani
banten 1888 menyatakan tidaklah keliru bila dalam adab ke-19 pondok pesantren
sebagai peletak dasar gerak nasionalisme. Oleh karena itu, kerjaan Protestan
Belanda terus berupaya keras mematahkan gerak perlawanan kaum santri-santri
Insurrection dengan melancarkan sistem pertahanan Benteng Stelsel. Untuk
kepentingan ini, dibangunlah jaringan kereta api dengan dana kegiatan tanam
Paksa-Cultuur Stelssel ( 1830-1915).
Demikianlah,
tahun-tahun berikutnyapun peranan perjuangan umat Islam menjadi semakin nyata
dalam melahirkan kemerdekaan Indonesia. Diawali dengan munculnya berbagai
organisasi massa seperti Sarekat Dagang Islam (SDI), Sarekat Islam (SI),
Muhammadiyyah (1912), Tasriful Afkar (1914), Persyarekatan Ualama (1915),
Nahdhatul Wathan-Kebangkitan Tanah air (1916), Mathlaul Anwar (1916), Persatuan
Islam (1923), Nahdhatul Tujar-Kebangkitan perdagangan, Nadhatul Ulama (1926).
Mereka telah mengobarkan semangat untuk menanamkan nasionalisme dan sikap anti
penjajah.
Gerakan
kebangkitan yang dipelopori kaum santri ini membangkitkan pula semangat
kalangan cendekiawan lainnya hingga lahirlah National Indische Partij (1919),
Taman Siswa (1922), PNI (1927), PARTINDO (1931), PBI (1931), GERINDO (1935) dan
PARINDRA (1935). Gerakan ini semua lahir setelah didahului oleh kaum santri.
Gerakan
kebangkitan kaum santri juga telah melahirkan sumber daya muslim yang akan
meneruskan perjuangan menghadapi pendudukan Jepang (1942-1945) Pada masa
pendudukan Jepang ini, kaum santri mendapatkan pengalaman sejarah yang baru
yakni membina organisasi militer secara modern seperti dalam pembentuk Tentara
Pembela Tanah Air, Heiho, Hizbullah dan Sabilillah. Pengalaman ini pada masa
proklamasi dan perang kemerdekaan dijadikan modal untuk berpartisipasi aktif
dalam pembentukan Tentara Naisonal Indonesia , 5 Oktober 1945.
Jika
kita kaitkan garis perjuangan yang dilakukanoleh umat Islam dari masa ke masa
dengan surat Al Baqarah ayat 257 diatas,
maka kita mengharapkan agar solusi akhir dapat mengeluarkan bangsa kita
dari kegelapan menuju cahaya. Yang sangat tidak kita harapkan adalah jika garis
perjuangan umat Islam mengalami bad finshing dimana kita hanya berjalan
dari satu kegelapan menuju kegelapan lainnya tanpa bisa menemukan cahaya.
Perjalan dari kegelapan menuju cahaya telah dicontoh oleh Rasulullah SAW
beserta para sahabatnya. Hanya dalam waktu sekitar 23 tahun, kondisi gelap
gulita itu secara perlahan berubah menjadi sumber cahaya yang menyinari dunia
hingga lebihdari satu millenium
Ada
dua sifat yang sangat menarik yang ditampilkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya
dalam merintis perjunagan, yaitu bersih
dan benar. Sifat bersih artinya
bahwa garis perjuangan yang dirintisnya tidak boleh dikotori oleh ambnisi
kekuasan, kekayaan atau jabatan. Garis perjuangan ini juga harus bersih dari cara-cara
kotor yang menghalalkan segala cara serta merugikan orang lain. Maka para
pendukung garus perjuangan ini harus mampu menunjukkan akhlak mulia jika ingin
tetap berada pada garis perjuangan bersama Rasulullah yang mulia. Jika tidak,
maka orang semacam itu akan tersingkir di awal perjalanan tanpa mampu menempuh
garis perjuangan berikutnya. Allah lah yang telah melakukan seleksi terhadap
orang-orang yang berada pada garis perjuangan ini. Allah berfirman, “Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang
yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini. Sehingga Dia menyisihkan yang
buruk ( munafik) dari yang baik ( mukmin)
“ (QS. Ali Imran : 179). Dengan cara seperti ini, orang-orang yang
berambisi kekuasan, cinta kekayaan, akan dijauhkan oleh Allah SWT dari
perjuangan bersih yang akan mengeluarkan bangsa dari kegelapan menuju cahaya.
Sifat
kedua dalah benar, artinya yang menjadi orientasi dalam garis perjuangan yang
dibawa oleh Rasulullah dan para sahabatnya adalah surat kebenaran. Prinsipnya,
kebenaran harus ditegakkan dengan cara yang benar dan harus didukung oleh orang-orang
yang cinta kebenaran pula. Sedangkan konsep kebenaran, sudah jelas bahwa yang
mutlak hanya datang dari Allah SWT, sedangkan yang dari manusia hanya besifat
relatif. Allah berfirman “Kebenaran itu
datang Tuhanmu, maka janganlah kamu menjadi orang yang ragu-ragu ( atas
keberanran itu)”
Maka
jika kita menganggap bahwa perjuangan bangsa kita saat ini akan menuju kepada
cahaya Indonesia baru yang lebih jernih, terang dan bersih dari kegelapan
periode sebelumnya, sudah sepantasnya kita meneladani garis perjuangan yang
dilakukahn oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Orde Reformasi saat jni tidak
akan membuahkan hasil yang baik manakala tidak ada sifat bersih dan benar yang
melekat pada setiap partai yang memperjuangkan nasib rakyat. Untuk itu
pelajaran sejarah diatas sebaiknya kita ambil sebagai pelajaran yang sangat
berharga.