Seorang petani yang buta huruf bernama al-Karbala'i Muhammad penduduk Saruq, Arak berusia sekitar 70 tahun mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam menghafal Al-Qur'an. Beberapa ulama telah mengujinya antara lain dengan memberikan sebuah kitab yang membahas ayat-ayat Al-Qur'an. Ketika dia diminta untuk menunjukkan mana yang ayat Al-Qur'an dan mana yang bukan, dia dengan tepat dapat menunjukkannya."Kau dapatkan dari mana ilmu ini, padahal kamu tidak bisa bahasa Arab atau Parsi", tanya seorang ulama bernama Mirza Hasan. Karbala'i menjawab:"Wahai, tuan, sesungguhnya kalam Allah adalah cahaya. Potongan ayat ini bercahaya dan potongan kalimat yang lain gelap." (Al-Qashash Al-'Ajibah)
Dalam suatu acara silaturahim kepada yang hadir diminta untuk menyampaikan sepatah sambutan, harapan atau tausyiah selama maksimum dua menit. Karena tidak ada persiapan sebelumnya seorang teman minta ijin untuk membaca Hadist Rasulullah saw dari kitab yang baru dibeli dalam perjalanan.
Bismillahirrahmanirrahiim. Tiga orang yang tidak diajak bicara oleh Allah, tidak disucikan dan tidak dipandang olehNya dan bagi mereka siksa yang pedih adalah: - Orang tua yang berzina - Penguasa yang pembohong - Orang miskin yang sombong.
Demi Dzat yang jiwa Muhammad dalam genggamanNya, tiadalah akan tiba Hari Kiamat melainkan telah merajalelanya segala perbuatan mesum dan keji, pemutusan silaturahim, perlakuan buruk terhadap tetangga, orang yang jujur dituduh berkhianat, dan orang yang berkhianat diberi kepercayaan (amanat). (HR. Bukhari)
Dalam sebuah Hadist Rasullullah saw bersabda:"Orang Mukmin ialah orang yang menginfaqkan kelebihan rizkinya dan menahan kelebihan lidahnya"
Syeikh Syibli bermimpi melihat orang aniaya yang telah mati. Orang itu berkata: Suatu siksa yang sangat besar menimpaku, yaitu ketika aku mendapat pertanyaan-pertanyaan malaikat, tiba-tiba lisanku terkunci. Kataku dalam hati: Dari mana datangnya siksa yang menimpaku, padahal aku mati dalam keadaan Islam? Pada saat itu aku diseru : "Inilah siksaan atas sikapmu membiarkan lisanmu banyak berbicara percuma sewaktu kamu hidup di dunia". Dalam posisi yang tidak mengenakkan seperti ini, tiba-tiba muncul seorang lelaki yang berbau harum. Aku tuturkan kebutuhanku kepadanya dan aku juga bertanya: Siapa kamu ini, hai orang yang mendapat rahmat Allah? Ia menjawab: Aku adalah seseorang yang tercipta dari banyaknya salawat yang kau baca atas Nabi Muhammad saw. Aku diperintahkan untuk menolongmu dalam menghadapi kesulitan ini. (Irsyadul Ibad)
Dalam suatu kisah yang dipaparkan Al Yafi'i dari Syeikh Abdul Wahid bin Zahid, dikatakan: Suatu hari ketika kami sedang bersiap-siap hendak berangkat perang, aku meminta beberapa teman untuk membaca sebuah ayat. Salah seorang lelaki tampil sambil membaca ayat Surah At Taubah ayat 111, yang artinya sebagai berikut :
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan sorga untuk mereka". Selesai ayat itu dibaca, seorang anak muda yang berusia 15 tahun atau lebih bangkit dari tempat duduknya. Ia mendapat harta warisan cukup besar dari ayahnya yang telah meninggal. Ia berkata:"Wahai Abdul Wahid, benarkah Allah membeli dari orang-orang mu'min diri dan harta mereka dengan sorga untuk mereka?" "Ya, benar, anak muda" kata Abdul Wahid. Anak muda itu melanjutkan:"Kalau begitu saksikanlah, bahwa diriku dan hartaku mulai sekarang aku jual dengan sorga."
Anak muda itu kemudian mengeluarkan semua hartanya untuk disedekahkan bagi perjuangan. Hanya kuda dan pedangnya saja yang tidak. Sampai tiba waktu pemberangkatan pasukan, ternyata pemuda itu datang lebih awal. Dialah orang yang pertama kali kulihat. Dalam perjalanan ke medan perang pemuda itu kuperhatikan siang berpuasa dan malamnya dia bangun untuk beribadah. Dia rajin mengurus unta-unta dan kuda tunggangan pasukan serta sering menjaga kami bila sedang tidur.
Sewaktu sampai di daerah Romawi dan kami sedang mengatur siasat pertempuran, tiba-tiba dia maju ke depan medan dan berteriak:"Hai, aku ingin segera bertemu dengan Ainul Mardhiyah . ." Kami menduga dia mulai ragu dan pikirannya kacau, kudekati dan kutanyakan siapakah Ainul Mardiyah itu.
Ia menjawab: "Tadi sewaktu aku sedang kantuk, selintas aku bermimpi. Seseorang datang kepadaku seraya berkata: "Pergilah kepada Ainul Mardiyah." Ia juga mengajakku memasuki taman yang di bawahnya terdapat sungai dengan air yang jernih dan dipinggirnya nampak para bidadari duduk berhias dengan mengenakan perhiasan-perhiasan yang indah. Manakala melihat kedatanganku , mereka bergembira seraya berkata: "Inilah suami Ainul Mardhiyah . . . . ."
"Assalamu'alaikum" kataku bersalam kepada mereka. "Adakah di antara kalian yang bernama Ainul Mardhiyah?" Mereka menjawab salamku dan berkata: "Tidak, kami ini adalah pembantunya. Teruskanlah langkahmu" Beberapa kali aku sampai pada taman-taman yang lebih indah dengan bidadari yang lebih cantik, tapi jawaban mereka sama, mereka adalah pembantunya dan menyuruh aku meneruskan langkah.
Akhirnya aku sampai pada kemah yang terbuat dari mutiara berwarna putih. Di pintu kemah terdapat seorang bidadari yang sewaktu melihat kehadiranku dia nampak sangat gembira dan memanggil-manggil yang ada di dalam: "Hai Ainul Mardhiyah, ini suamimu datang . ..."
Ketika aku dipersilahkan masuk kulihat bidadari yang sangat cantik duduk di atas sofa emas yang ditaburi permata dan yaqut. Waktu aku mendekat dia berkata: "Bersabarlah, kamu belum diijinkan lebih dekat kepadaku, karena ruh kehidupan dunia masih ada dalam dirimu." Anak muda melanjutkan kisah mimpinya: "Lalu aku terbangun, wahai Abdul Hamid. Aku tidak sabar lagi menanti terlalu lama".
Belum lagi percakapan kami selesai, tiba-tiba sekelompok pasukan musuh terdiri sembilan orang menyerbu kami. Pemuda itu segera bangkit dan melabrak mereka. Selesai pertempuran aku mencoba meneliti, kulihat anak muda itu penuh luka ditubuhnya dan berlumuran darah. Ia nampak tersenyum gembira, senyum penuh kebahagiaan, hingga ruhnya berpisah dari badannya untuk meninggalkan dunia.
( Irsyadul Ibad ).
Sewaktu menuju ke makam Rasulullah saw, aku lupa membawa buku kumpulan do'a, sehingga agak gelisah do'a apa yang mesti kubaca selain salawat Nabi. Kejadian ini terjadi pada waktu bersama isteri menunaikan ibadah Haji th 1408 H / 1987 M yang lalu, di mana kami berada di Madinah dulu sebelum ke Mekah.
Dalam keadaan demikian sambil berjalan aku memohon pada Allah swt agar diingatkan pada do'a atau bacaan yang dapat menjadi pengganti do'a sewaktu ziarah kemakam Nabi seperti yang terdapat dalam buku kumpulan do'a yang tertinggal dipenginapan. Tanpa kuduga tiba-tiba terpampang dihadapanku gulungan kertas kulit seperti yang biasa dipakai dalam ceritera kerajaan jaman dahulu untuk menyampaikan pengumuman atau sayembara.
Kuamati gulungan yang sudah dibuka tadi, tertulis diatasnya do'a dalam huruf Arab. Setelah beberapa saat aku tahu bahwa itu adalah Do'a sesudah Adzan, aku yakin benar karena sering kuucapkan saat adzan berakhir. Betapa bahagia hati pada saat itu, ada sesuatu yang akan kuucapkan sesampai dimakam Rasulullah saw nanti. Bukankah dalam do'a sesudah adzan terdapat permohonan kepada Allah swt agar Nabi Muhammad saw ditempatkan di tempat yang tertinggi dan termulia. Tanpa kusadari aku sudah tertinggal dibelakang, kulihat dari balik air mata kebahagiaan, isteri dan teman-temanku memasuki pintu masjid Nabawi sementara bayangan gulungan kertas kulit menghilang dari pandangan.
Tak akan terlupakan hidayah dan rahmah Allah swt atas hambaNya.
(Jamaah Haji PT Telkom).
Suatu hari seorang Kisra atau raja keluar untuk berburu. Di tengah perjalanan Kisra beserta pengiringnya terhalang hujan yang sangat lebat. Dalam keadaan demikian ia terpisah dari pengawal-pengawalnya. Tahu-tahu ia sampai di sebuah pondok kecil, dimana berdiam seorang wanita tua bersama anak perempuannya.
Sewaktu anak perempuan tadi memerah susu si raja melihat betapa banyak air susu yang keluar dari sapi-sapinya. Kata si raja : "Kiranya baik juga kalau setiap sapi perah itu dikenai pembayaran pungutan, mengingat air susu yang keluar ini cukup banyak."
Ketika malam telah larut, si raja beranjak dari tempat untuk memerah sendiri. Betapa herannya dia, ternyata sapi-sapi itu tidak mengeluarkan setetespun air susu. Ia berteriak kepada pemiliknya: "Hai emak tua, sungguh aku telah menyembunyikan identitas diriku sebagai raja untuk mendekati rakyatku !".
"Apa yang tuan maksud?" tanya si emak tidak tahu. Pagi harinya si emak berceritera pada anak perempuannya: "Sesungguhnya tuan raja telah menyembunyikan identitasnya untuk suatu kebaikan, tetapi kemudian berubah oleh bisikan syaitan kedalam hatinya."
Malam berikutnya si emak menyuruh anak perempuannya untuk mencoba memerah susu lagi, dan ternyata banyak mengeluarkan air susu lagi. "Mak lihatlah air susu sebanyak ini, mungkin keburukan dihati raja sudah hilang."
Manakala hari telah siang, pengawal-pengawal menemukan raja dipondok kecil tersebut. Si raja menyuruh mereka untuk memberi hadiah pada si emak tua dan anak perempuannya. " Betul kan mak, keburukan di hati raja sudah hilang, kita tidak hanya mendapat air susu tapi juga hadiah-hadiah ini".
"Memang demikian nak, sejak dulu bila penghuni daerah ini beramal saleh, hasil padi dan ternak berlimpah tapi bila penduduknya ingkar pada Allah swt sering terjadi kekeringan dan musibah."
(Ibnu Al Jauzi dalam kitabnya Mawa'izh Al Mulk).
Waktu itu udara kota Mekah sangat panas, namun seorang ibu bersama suaminya pergi juga ke Masjidul Haram. Sesudah shalat sunnah si ibu berdo'a dan membaca kitab Al Qur'an. Pada waktu kitab hendak dikembalikan terlihat benda yang menyilaukan matanya, bergerak dari masjid kearah Ka'bah. Setelah diamati benda tersebut berbentuk hewan tunggangan dengan pelana dan perhiasan seperti permata mutiara yang menyilaukan.
Walaupun terasa silau hewan bercahaya tadi terus diikuti geraknya oleh ibu hajjah tadi. "Sungguh mentakjubkan bentuk dan kilauannya. Dia bergerak melewati orang yang sedang sholat dan thawaf
yang akhirnya menghilang, seperti masuk kedalam Ka'bah. Sungguh sulit melukiskan perasaan hati pada waktu itu, ada rasa kagum, takut dan syukur dapat menikmati keindahan seperti itu. Tapi hati terus bertanya, mahluk apakah itu dan siapa yang akan duduk mengendarainya ? Dalam keadaan yang demikian, seolah ada suara yang membisikkan kedalam telingaku: "Itu adalah hewan tunggangan yang dikendarai oleh raja dan ratu yang sholeh sholihat."
"Subhanallah, Allahuakbar" Demikian ibu hajjah mengakhiri peristiwa rokhaninya sewaktu menunaikan Ibadah Haji th 1411 H / 1990 M.
(Jemaah Haji PT Telkom).
Suatu hari Ummi 'Ashim menempuh perjalanan jauh dari Madinah tempat ia tinggal menuju Mesir untuk menemui suaminya Abdul Aziz bin Marwan, yang menjabat sebagai gubernur Mesir. Ia disertai puteranya yang masih kecil bernama Umar.
Di Halwan, tempat peristirahatan ayahnya, Umar berlari-lari dan bermain dengan riangnya. Suatu saat ia masuk ke sebuah istal kuda dan ditendang oleh seekor kuda jantan yang perkasa. Anak itu jatuh terguling, dan darah pun mengucur dari sebuah luka yang terdapat pada wajahnya. Bocah yang malang ini segera dibawa masuk ke rumah.
Tatkala ibunya melihat . . . . , iapun terkejut . Pemandangan itu begitu mencemaskan hatinya. Ayahnya segera diberitahu, dan ketika itu pun pulang dengan tergesa-gesa. Begitu sampai, dilihatnya darah berlumuran di wajah puteranya dan sebuah luka menganga menampakkan tulang. Namun sebelum kepanikan melanda dirinya, tiba-tiba sesuatu terlintas dalam ingatannya.
Ia teringat sesuatu yang membuat dirinya bergetar dan wajahnya jadi berseri. Dan tiba-tiba sebuah senyum merekah di bibirnya . . . . . Setelah si kecil Umar dibersihkan dan lukanya diobati, dengan lembut Abdul Aziz memeluk kedua pundak isterinya.
"Bergembiralah engkau hai Ummi 'Ashim . . . !" Dengan tangan kanannya, diusapnya kepala puteranya dengan lembut. Kedua matanya berkaca-kaca, wajahnya bersinar bahagia. Dengan lirih kedua bibirnya bergumam: "Apabila ada dari keluarga Umaiyah yang mempunyai luka yang dalam di wajahnya . . . . Kalau begitu engkaulah orang yang berbahagia itu . . . !" Kenangan apakah kiranya yang telah dibangkitkan oleh Firasat Peristiwa itu . . . . .
Firasat Peristiwa itu . . . . . .
Peristiwa itu terjadi tatkala Amirul Mu'minin Umar bin Khatthab suatu malam terbangun dari tidurnya karena mimpi yang memberi kesan begitu mendalam, yaitu tentang adanya salah seorang keturunannya yang mempunyai luka pada wajahnya. Namanya . . . . . Umar! Ia bertindak dan memerintah dengan keadilan yang meratai umatnya sebagaimana Umar bin Khatthab, dirinya.
Setelah ia terbangun dari tidurnya ia bergumam: "Siapakah dia . . . ? Anak cucu Umar dari Bani Umaiyah . . . . namanya Umar, dan memberikan keadilan yang merata bagi umatnya?" Mimpi itu tetap terpendam selama hampir 40 tahun, sebelum lahir cucunya yang bernama Umar . . bin Abdul Aziz.
Sampai akhirnya Umar bin Khatthab dipanggil menghadap kehadirat Allah swt., tapi rahasia mimpinya terus diingat oleh anak cucunya yang selalu berharap agar tanda-tanda yang ada dalam mimpi Umar bin Khatthab itu dapat ditemui pada wajah putera-putera mereka . . . . .
Umar bin Abdul Aziz adalah keturunan dari tokoh-tokoh yang tabiatnya kontradiktif. Di satu pihak, ia adalah keturunan Umar bin Khatthab, dengan garis keturunannya yang terkenal taat dan taqwa. Sedangkan di pihak lain, ia merupakan keturunan keluarga Umaiyah yang ekstrim dan kurang memperdulikan agama dan kesucian . . . . . Dari dua kekuatan yang berlawanan itu, lahirlah karakter khas yang menjelma pada pribadi Umar bin Abdul Aziz dalam ukuran dan jangkauan yang lebih luas dan jauh.
Dari dinasti ini muncul satu bukti kemampuan Islam, melahirkan seorang tokoh yang mampu membersihkan kembali sinar Islam, walaupun ia keturunan dari orang-orang yang justru banyak berbuat kerusakan dan keonaran.
Keajaiban seperti itu bukanlah keajaiban yang timbul dari dalam diri anak itu sendiri, walaupun itu telah muncul dalam firasat mimpi Umar bin Khatthab, melainkan ia merupakan keajaiban yang diciptakan oleh takdir Allah swt tanpa usaha dan kesadaran dari anak itu sendiri.