Aneka Keajaiban dalam Perjalanan Haji
"Sesungguhnya rumah pertama yang dibangun untuk manusia (beribadah) adalah (rumah) di Mekah yang diberkahi yang merupakan petunjuk bagi seluruh alam. Di sana terdapat bukti-bukti yang nyata (al) maqom Ibrahim dan barang siapa yang memasukinya, akan merasa tenteram. Dan hanya karena Allah manusia pergi haji bagi yang mampu di perjalanannya".
MUSIM haji akan segera tiba. Para calon jamaah sudah gelisah. Mereka hilir mudik datang ke kantor Depag dan KBIH lalu bertanya "Pak, kapan rombongan kami berangkat?" Tidak sedikit di antara yang bertanya adalah mereka yang sudah biasa melakukan perjalanan internasional. Tapi menjelang haji mereka sama bergairahnya (atau gugupnya). Seorang manajer di PT. Industri Nusantara yang biasa bolak-balik ke luar negeri bertanya kepada saya: "Pak, semua barang sudah masuk kopor dan siap berangkat". Padahal waktu keberangkatan masih 40 (empat puluh hari lagi)! Itulah keunikan perjalanan haji, yang disambut oleh para calon tamu Allah dengan aneka ragam perasaan: Bahagia, gembira, rindu, cemas, khawatir, waswas, syukur dll.
Para calon haji umumnya sudah mendapat bimbingan manasik haji. Ada yang mantap, ada juga yang kurang mantap, tergantung intensitas dan kualitas pembinaan oleh masing-masing KBIH. Walaupun secara umum teknis manasik haji sudah dikuasai, akan tetapi mental dan psikis jamaah umumnya belum mantap benar, karena mereka belum pernah mengalami perjalanan haji. Tulisan kali ini, disusun tidak dengan pendekatan normatif berupa dalil-dalil, akan tetapi dengan pendekatan empirik, yaitu penyajian berbagai peristiwa selama perjalanan haji yang diharapkan dapat diambil hikmahnya dan dijadikan pedoman berakhlak selama haji. Kisah-kisah ini berupa berbagai "keajaiban" selama perjalanan haji yang penulis alami ketika (alhamdulillah beberapa kali) membimbing jamaah beserta pengalaman beberapa kiai dan jamaah haji lainnya yang penulis seleksi sehingga tidak diragukan kebenarannya. Peristiwa itu merupakan bukti dari sepotong ayat tentang haji yang ditulis di atas: "Di sana terdapat bukti-bukti yang nyata ..." tentang eksistensi dan kekuasaan Allah SWT.
Suatu waktu seorang ulama terkemuka di Bandung yang baru pulang haji pertama kali berkata kepada saya: "Leres Cep, di Tanah Suci mah Allah teh karaos aya" (Betul, di Tanah Suci Allah itu benar-benar terasa ada!). Apa reaksi dan perasaan Anda bila seorang kiai terkemuka baru merasakan adanya Allah ketika di Tanah Suci? Pasti kaget bukan? Dalam dialog selanjutnya menjadi jelas bahwa bukan di Indonesia dan di tempat lainnya Allah tidak ada, akan tetapi selama haji, keberadaan dan kekuasaan Allah benar-benar terasa dengan sangat nyata. Berikut pengalaman mereka yang umumnya para kiai atau ulama:
1. Seorang kiai sepuh di Bandung, pergi haji bersama istrinya. Selesai salat di Masjid Nabawi sang istri ingin segera pulang ke hotel karena ada keperluan. Ia bertanya kepada sang suami yang kiai sepuh: "Apakah hapal jalan pulang?" Kiai sepuh menjawab: "Masa tidak hapal, dari masjid juga hotel kelihatan. Seperti anak kecil saja". Lalu apa yang terjadi? Keluar dari masjid mata dan akal Pak Kiai gelap dan linglung, tidak mampu menemukan jalan pulang, padahal letak hotel sangat dekat. Sang istri gelisah di hotel dan kiai sepuh sudah kecapaian berputar-putar dari ashar, sementara hari sudah mulai menjelang magrib. Untunglah Pak Kiai segera insyaf. Dia istigfar, masuk masjid lagi, lalu salat tobat. Dia keluar dari pintu yang sama. Apa yang terjadi? Hotel kelihatan dengan jelas, jalan dapat diingat dengan jelas dan dengan izin Allah sampai ke hotel, bertemu dengan istri yang sudah bersedih.
2. Mendengar banyak orang yang tersesat, kawan saya, seorang saleh dan Purek di sebuah perguruan tinggi, pergi berombongan naik taksi di Kota Mekah. Di dalam taksi di tengah perjalanan tanpa sadar dia berkata: "Nah kalau berombongan begini, tersesat juga tidak akan repot". Apa yang terjadi? Taksi yang ditumpangi berputar-putar selama beberapa jam tanpa bisa menemukan lokasi yang dituju. Sopir mendadak jadi linglung, tidak tahu jalan. Rombongan gelisah dan akhirnya sadar, bahwa ini bukan sesat biasa. Mereka lalu berhenti. Istigfar bersama dan berdoa semoga ditunjukkan jalan. Alhamdulillah, taksi jalan lagi ternyata posisi mereka tidak jauh dari hotel yang mereka cari dan dalam tempo lima menit tiba di hotel.
3. Tersebutlah seorang ulama terkemuka di Jawa Barat. Beliau berkali-kali membimbing haji. Karena pengalaman yang berulang kali serta kekhusuan dan kerajinannya membaca doa meminta sehat kepada Allah SWT, kesehatan beliau suka menjadi kecemburuan jamaah, terutama yang lebih muda. Hal ini diketahui beliau. Setan datang menggoda hatinya. Dalam hati beliau berkata: "Kudu siga akang atuh ..." dst. Apa yang terjadi? Beliau sakit keras. Lebih payah dari sakitnya jamaah lain. Bahkan di puncak haji, yaitu di Arafah.
4. Atas kuasa Allah, selama ini penulis diberi kekuatan untuk berjalan dan jalan lebih cepat dibanding orang lain. Banyak jamaah yang kagum dan hal itu sampai kepada penulis dari istri. Suatu hari istri penulis sakit dan tinggal di maktab. Pulang salat dari Masjidil Haram, tentu saya segera pulang. Di tengah perjalanan jamaah berkata: "Pak, kok jalannya cepat amat? Penulis jawab dengan gagah: "Ini baru gigi dua, belum gigi lima. Gigi lima lebih cepat lagi." Setelah merawat istri, penulis tidur. Menjelang subuh, penulis bangun untuk tahajud di Masjidil Haram. Kaki susah digerakkan seperti lumpuh. Penulis berpikir, ada peristiwa apa kemarin sehingga kaki lumpuh. Jatuh tidak, keseleo tidak, keinjak tidak. Lama merenung. Teringat dialog dengan jamaah tadi, lalu penulis istigfar berkali-kali di maktab. Sakit agak berkurang, kaki masih susah digerakkan. Tengah malam, dengan kaki diseret pergi ke masjid. Di hadapan multazam bertobat kepada Allah. Kaki mulai agak nyaman dipakai salat. Tidak lama kemudian 100% normal.
5. Seorang kawan penulis adalah seorang insinyur geodesi. Profesi yang salah satu tugasnya antara lain "membuat peta suatu daerah". Dengan profesi semacam ini, ke kota/wilayah manapun dia datang, selalu paling cepat beradaptasi dan menguasai seluk beluk dan lekuk-liku satu wilayah. Dengan penuh percaya diri dia pernah berkata: "Aku heran, kok orang bisa tersesat ketika haji. Kalau kamu datang ke suatu wilayah, langkah pertama ingat Banchmark dan Landmark kota itu. Ingat dan hafalkan sudut-sudut dan tanda-tanda utamanya. Pasti, tidak akan tersesat." Dengan ilmu dan kepercayaan diri (kesombongan) seperti itu dia masuki Kota Mekah. Maka hari pertama, ia hilang tersesat dan baru tiba di hotel setelah tiga hari. Mungkin dia lambat untuk segera sadar dan tobat. Kata ulama Iran Dr Ali Syariati, selama haji, dimensi waktu dalam kehidupan manusia diperpendek. Balasan dan siksaan dipercepat. Kata Dr Miftah Faridl, selama haji Allah sangat dekat dengan kita. Dengan tekun memantau dan menegur kita secara spontan. Sifat takabur adalah salah satu sifat yang -menurut pengalaman banyak jamaah haji - langsung ditegur oleh Allah SWT. Dalam Alquran disebutkan takabur adalah sifat iblis dan: "Allah tidak suka kepada orang yang sombong dan takabur" (Alquran).
6. Selepas perjalanan panjang Bandung-Mekah serta antrean imigrasi dan pabean yang sangat panjang, para jamaah tiba di Maktab dalam keadaan sangat capek dan lelah. Semua orang segera ingin mendapat kamar dan beristirahat, apalagi karena dalam posisi ihram. Petugas sibuk membagi kamar dan jamaah berebut mendapat kamar. Ternyata jumlah kamar yang disediakan tidak mencukupi. Tersebutlah sekelompok jamaah yang tidak kebagian, termasuk di dalamnya seorang pejabat Dispenda Jawa Barat. Mengetahui belum mendapat kamar, orang lain biasanya marah-marah. Kelompok ini menghadapinya dengan sangat sabar dan tenang. Setelah pasti kurang kamar, Sjech pemilik maktab datang. Dia berikan 'kamar simpanan' yang lebih bersih dan rapih. Kelompok sabar tersebut mendapat kamar yang lebih baik dibanding jamaah lainnya.
7. Pengalaman serupa dialami seorang ulama dari Bandung. Dia persilakan jamaah lain mengambil kamar lebih dulu, akibatnya dia beserta istri dan regunya tidak kebagian kamar. Setelah urus sana-urus sini, datang pemilik maktab. Dia keluarkan kamar cadangan, sebuah kamar yang baru selesai dibangun, dengan kamar mandi di dalam dan posisi di lantai yang lebih bawah.
8. Tersebutlah seorang jamaah saya berasal dari Cirebon. Dia mengaku baru melaksanakan salat menjelang keberangkatan haji dan pergi haji karena "bujukan" sang istri. Dengan kondisi seperti ini maka ia hadapi haji dengan sangat serius. Semua bekal yang dirasa perlu dia bawa dan masukan ke dalam kopor. Begitu sampai di Bandara King Abdul Aziz, Mekah, kopornya hilang. Semua titik kontrol kehilangan sudah disisir dan tidak ada tanda-tanda tentang keberadaan kopor. Bagaimana perasaan Anda bila mengalami nasib serupa? Pasti gugup dan grogi. Bagaimana sikap bapak tadi? Dia hadapi masalah itu dengan super sabar dan pasrah. Karena rombongan harus segera bergerak ke Madinah, maka kami siapkan lagi semua kopor-kopor untuk masuk bagasi pesawat. Begitu tiba di Madinah, semua sibuk mengangkut kopor-kopor masing-masing sebelum datang para kuli. Di luar pemeriksaan pabean, bapak tadi dengan penuh sabar dan tawakal baru berani lapor kepada Kepala Rombongan KH Dr Miftah Faridl. Kiai Miftah bertanya: "Apakah kopor bapak diberi nama, alamat dan tanda-tanda khusus?" Bapak Cirebon menjawab: "Identitas lengkap Pak, dan ada tanda khusus pita kuning." Selesai si bapak bicara, melintaslah roda penuh kopor yang dibawa kuli ke hadapan Pak Miftah dan Bapak Cirebon. "Bukan yang itu Pak?" kata Pak Miftah. Si bapak periksa kopor tersebut, dan ternyata itu kopor miliknya yang sudah dinyatakan hilang. Alhamdulillah kopor ditemukan, dan si Bapak Cirebon terbebas dari kesibukan dan kecapaian angkat junjung kopor di Bandara King Abdul Aziz Mekah dan Bandara Madinah.
9. Beberapa kali saya membawa jamaah sepuh, yang ketika latihan manasik hajinya sudah tidak bisa jalan. Mereka digandeng oleh anaknya atau oleh jamaah lain. Beberapa jamaah yang lebih sehat bertanya kepada saya, bagaimana di Tanah Suci nanti. Saya melihat bapak yang sepuh tadi sangat tawakal. Dia ikuti semua latihan manasik dengan tekun dan tawakal. Karena itu saya berani mengatakan kepada jamaah tadi: "Banyak pengalaman menunjukkan, orang yang latihan manasiknya dituntun dan digandeng yang muda, di Tanah Suci terbalik. Dia yang menuntun dan menggandeng yang muda." Jamaah muda tadi agak heran. Kami berangkat gelombang II 10 hari menjelang hari H. Di Mekah sudah teramat padat. Kami umrah dalam suasana yang sangat padat. Di tengah umrah yang padat, bapak tadi lepas dan dinyatakan hilang. Saya percepat rangkaian tawaf dan segera mencari di sekitar sumur zam-zam. Jamaah lain belum selesai tawaf. Keluar dari sumur zam-zam, seseorang menepuk saya dan berkata dalam bahasa Sunda: "Cep ieu bapak! kumaha tawaf bapak sah henteu, margi bapa mah kasered sareng kasedekeun bae ka sisi Ka'bah" katanya bingung. Saya terharu luar biasa, bapak dan ibu sepuh, yang jalannya terpincang-pincang, telah selesai lebih dulu dibanding jamaah yang lain yang sehat. Mereka oleh Allah diberi track khusus di pinggir Ka'bah suatu track yang susah karena sangat padat. Saya cek apakah semua rangkaian tawaf sudah dijalani ternyata 100% sudah dijalani dengan sempurna, dalam keadaan terpincang-pincang. Allahu akbar! Pernahkah Anda mendengar ayat Alquran bahwa Allah bersama orang yang sabar dan mencintai orang yang sabar? Pernahkah pula Anda membaca ayat Alquran bahwa Allah mencintai orang yang tawakal? Selama perjalanan haji, sikap sabar dan tawakal betul-betul secara kontan dibayar Allah SWT.
Usungan berhiaskan pita emas.
Pada suatu malam seorang jemaah haji yang merangkap sebagai pembina jemaah, telah selesai menunaikan ibadahnya, berkendaraan mobil dari Mekkah menuju Jeddah.
Dia duduk pada deretan belakang dan nampak mengantuk kelelahan. Setiap memejamkan mata nampak bayang-bayang sebuah usungan mayat yang berhiaskan pita emas bergerak diantara usungan-usungan yang lain. Dia bertanya pada dirinya jenasah siapakah yang berada dalam usungan berpita emas itu, dan mendapat jawaban bahwa yang ada didalamnya adalah seorang wanita warganya sendiri. Mendapat jawaban demikian jamaah tersebut menjadi gelisah, karena pada saat itu dia bersama isteri dan ibu mertuanya.
Ketika hendak memasuki kota Jeddah muncul bayang-bayang lain, berupa empat orang laki-laki yang sedang menggali liang lahat dengan menggunakan sekop. Sesampai di Jeddah bayang-bayang tersebut tidak muncul lagi. Selang beberapa hari dia mendengar berita bahwa seorang jemaah wanita isteri temannya yang bergabung dengan rombongan lain meninggal dunia. Setelah dihitung kejadian tersebut persis bertepatan dengan waktu dia menyaksikan bayang-bayang tersebut. Dan memang jenasahnya dimakamkan di pekuburan Baqi Madinah dengan menggunakan sekop oleh empat orang termasuk petugas dari maktab, padahal jarak antara kejadian bayang-bayang dengan tempat tersebut lebih dari 500 kilometer.
Yang lebih mengherankan lagi adalah setelah setahun berlalu, seorang jamaah wanita berceritera bahwa dia bertemu dengan ibu hajjah yang sudah almarhum tadi berpakaian putih bersih dengan wajah berseri-seri berada didekat pemakaman Baqi Madinah. Subhanallah.
Hewan tunggangan yang menyilaukan.
Waktu itu udara kota Mekah sangat panas, namun seorang ibu bersama suaminya pergi juga ke Masjidul Haram. Sesudah shalat sunnah si ibu berdo'a dan membaca kitab Al Qur'an. Pada waktu kitab hendak dikembalikan terlihat benda yang menyilaukan matanya, bergerak dari masjid kearah Ka'bah. Setelah diamati benda tersebut berbentuk hewan tunggangan dengan pelana dan perhiasan seperti permata mutiara yang menyilaukan.
Walaupun terasa silau hewan bercahaya tadi terus diikuti geraknya oleh ibu hajjah tadi. "Sungguh mentakjubkan bentuk dan kilauannya. Dia bergerak melewati orang yang sedang sholat dan thawaf yang akhirnya menghilang, seperti masuk kedalam Ka'bah. Sungguh sulit melukiskan perasaan hati pada waktu itu, ada rasa kagum, takut dan syukur dapat menikmati keindahan seperti itu. Tapi hati terus bertanya, mahluk apakah itu dan siapa yang akan duduk mengendarainya?
Dalam keadaan yang demikian, seolah ada suara yang membisikkan kedalam telingaku: "Itu adalah hewan tunggangan yang dikendarai oleh raja dan ratu yang sholeh sholihat."
"Subhanallah, Allahuakbar" Demikian ibu hajjah mengakhiri peristiwa rokhaninya sewaktu menunaikan Ibadah Haji th 1411 H/ 1990 M.
(Jemaah Haji PT Telkom).
Hafal Al-Qur'an meskipun buta huruf.
Seorang petani yang buta huruf bernama al-Karbala'i Muhammad penduduk Saruq, Irak berusia sekitar 70 tahun mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam menghafal Al-Qur'an. Beberapa ulama telah mengujinya antara lain dengan memberikan sebuah kitab yang membahas ayat-ayat Al-Qur'an. Ketika dia diminta untuk menunjukkan mana yang ayat Al-Qur'an dan mana yang bukan, dia dengan tepat dapat menunjukkannya."Kau dapatkan dari mana ilmu ini, padahal kamu tidak bisa bahasa Arab atau Parsi", tanya seorang ulama bernama Mirza Hasan. Karbala'i menjawab:"Wahai, tuan, sesungguhnya kalam Allah adalah cahaya. Potongan ayat ini bercahaya dan potongan kalimat yang lain gelap." (Al-Qashash Al-'Ajibah)
Syeikh Syibli bermimpi melihat orang aniaya yang telah mati. Orang itu berkata: Suatu siksa yang sangat besar menimpaku, yaitu ketika aku mendapat pertanyaan-pertanyaan malaikat, tiba-tiba lisanku terkunci. Kataku dalam hati: Dari mana datangnya siksa yang menimpaku, padahal aku mati dalam keadaan Islam? Pada saat itu aku diseru : "Inilah siksaan atas sikapmu membiarkan lisanmu banyak berbicara percuma sewaktu kamu hidup di dunia". Dalam posisi yang tidak mengenakkan seperti ini, tiba-tiba muncul seorang lelaki yang berbau harum. Aku tuturkan kebutuhanku kepadanya dan aku juga bertanya: Siapa kamu ini, hai orang yang mendapat rahmat Allah? Ia menjawab: Aku adalah seseorang yang tercipta dari banyaknya salawat yang kau baca atas Nabi Muhammad saw. Aku diperintahkan untuk menolongmu dalam menghadapi kesulitan ini. (Irsyadul Ibad)
Sapi-sapi itu tidak mengeluarkan setetespun air susu.
Suatu hari seorang Kisra atau raja keluar untuk berburu. Di tengah perjalanan Kisra beserta pengiringnya terhalang hujan yang sangat lebat. Dalam keadaan demikian ia terpisah dari pengawal-pengawalnya.
Tahu-tahu ia sampai di sebuah pondok kecil, dimana berdiam seorang wanita tua bersama anak perempuannya.
Sewaktu anak perempuan tadi memerah susu si raja melihat betapa banyak air susu yang keluar dari sapi-sapinya. Kata si raja : "Kiranya baik juga kalau setiap sapi perah itu dikenai pembayaran pungutan, mengingat air susu yang keluar ini cukup banyak."
Ketika malam telah larut, si raja beranjak dari tempat untuk memerah sendiri. Betapa herannya dia, ternyata sapi-sapi itu tidak mengeluarkan setetespun air susu. Ia berteriak kepada pemiliknya: "Hai emak tua, sungguh aku telah menyembunyikan identitas diriku sebagai raja untuk mendekati rakyatku !".
"Apa yang tuan maksud?" tanya si emak tidak tahu.
Pagi harinya si emak berceritera pada anak perempuannya: "Sesungguhnya tuan raja telah menyembunyikan identitasnya untuk suatu kebaikan, tetapi kemudian berubah oleh bisikan syaitan kedalam hatinya."
Malam berikutnya si emak menyuruh anak perempuannya untuk mencoba memerah susu lagi, dan ternyata banyak mengeluarkan air susu lagi.
"Mak lihatlah air susu sebanyak ini, mungkin keburukan dihati raja sudah hilang."
Manakala hari telah siang, pengawal-pengawal menemukan raja dipondok kecil tersebut. Si raja menyuruh mereka untuk memberi hadiah pada si emak tua dan anak perempuannya. " Betul kan mak, keburukan di hati raja sudah hilang, kita tidak hanya mendapat air susu tapi juga hadiah-hadiah ini". "Memang demikian nak, sejak dulu bila penghuni daerah ini
beramal saleh, hasil padi dan ternak berlimpah tapi bila penduduknya ingkar pada Allah swt sering terjadi kekeringan dan musibah."
(Ibnu Al Jauzi dalam kitabnya Mawa'izh Al Mulk).
Tendangan Kuda yang meninggalkan Tanda.
Suatu hari Ummi 'Ashim menempuh perjalanan jauh dari Madinah tempat ia tinggal menuju Mesir untuk menemui suaminya Abdul Aziz bin Marwan, yang menjabat sebagai gubernur Mesir. Ia disertai puteranya yang masih kecil bernama Umar.
Di Halwan, tempat peristirahatan ayahnya, Umar berlari-lari dan bermain dengan riangnya. Suatu saat ia masuk ke sebuah istal kuda dan ditendang oleh seekor kuda jantan yang perkasa. Anak itu jatuh terguling, dan darah pun mengucur dari sebuah luka yang terdapat pada wajahnya. Bocah yang malang ini segera dibawa masuk ke rumah.
Tatkala ibunya melihat . . . . , iapun terkejut . Pemandangan itu begitu mencemaskan hatinya. Ayahnya segera diberitahu, dan
ketika itu pun pulang dengan tergesa-gesa. Begitu sampai, dilihatnya darah berlumuran di wajah puteranya dan sebuah luka menganga menampakkan tulang. Namun sebelum kepanikan melanda dirinya, tiba-tiba sesuatu terlintas dalam ingatannya.
Ia teringat sesuatu yang membuat dirinya bergetar dan wajahnya jadi berseri. Dan tiba-tiba sebuah senyum merekah di bibirnya . . . . . Setelah si kecil Umar dibersihkan dan lukanya diobati, dengan lembut Abdul Aziz memeluk kedua pundak isterinya.
"Bergembiralah engkau hai Ummi 'Ashim . . . !"
Dengan tangan kanannya, diusapnya kepala puteranya dengan lembut. Kedua matanya berkaca-kaca, wajahnya bersinar bahagia. Dengan lirih kedua bibirnya bergumam: "Apabila ada dari keluarga Umaiyah yang mempunyai luka yang
dalam di wajahnya . . . . Kalau begitu engkaulah orang yang berbahagia itu . . . !" Kenangan apakah kiranya yang telah dibangkitkan oleh Firasat Peristiwa itu . . . . .
Firasat Peristiwa itu . . . . . .
Peristiwa itu terjadi tatkala Amirul Mu'minin Umar bin Khatthab suatu malam terbangun dari tidurnya karena mimpi yang memberi kesan begitu mendalam, yaitu tentang adanya salah seorang keturunannya yang mempunyai luka pada wajahnya. Namanya . . . . . Umar! Ia bertindak dan memerintah dengan keadilan yang meratai umatnya sebagaimana Umar bin Khatthab, dirinya. Setelah ia terbangun dari tidurnya ia bergumam: "Siapakah dia . . . ? Anak cucu Umar dari Bani Umaiyah . . . . namanya Umar, dan memberikan keadilan yang merata bagi umatnya?" Mimpi itu tetap terpendam selama hampir 40 tahun, sebelum lahir cucunya yang bernama Umar . . bin Abdul Aziz.
Sampai akhirnya Umar bin Khatthab dipanggil menghadap kehadirat Allah swt., tapi rahasia mimpinya terus diingat oleh anak cucunya yang selalu berharap agar tanda-tanda yang ada dalam mimpi Umar bin Khatthab itu dapat ditemui pada wajah putera-putera mereka . . . . .
Umar bin Abdul Aziz adalah keturunan dari tokoh-tokoh yang tabiatnya kontradiktif. Di satu pihak, ia adalah keturunan Umar bin Khatthab, dengan garis keturunannya yang terkenal taat dan taqwa. Sedangkan di pihak lain, ia merupakan keturunan keluarga Umaiyah yang ekstrim dan kurang memperdulikan agama dan kesucian . . . . . Dari dua kekuatan yang berlawanan itu, lahirlah karakter khas yang menjelma pada pribadi Umar bin Abdul Aziz dalam ukuran dan jangkauan yang lebih luas dan jauh.
Dari dinasti ini muncul satu bukti kemampuan Islam, melahirkan seorang tokoh yang mampu membersihkan kembali sinar Islam, walaupun ia keturunan dari orang-orang yang justru banyak berbuat kerusakan dan keonaran.
Keajaiban seperti itu bukanlah keajaiban yang timbul dari dalam diri anak itu sendiri, walaupun itu telah muncul dalam firasat mimpi Umar bin Khatthab, melainkan ia merupakan keajaiban yang diciptakan oleh takdir Allah swt tanpa usaha dan kesadaran dari anak itu sendiri.
Gulungan kertas kulit penuh makna.
Sewaktu menuju ke makam Rasulullah saw, aku lupa membawa buku kumpulan do'a, sehingga agak gelisah do'a apa yang mesti kubaca selain salawat Nabi. Kejadian ini terjadi pada waktu bersama isteri menunaikan ibadah Haji th 1408 H / 1987 M yang lalu, di mana kami berada di Madinah dulu sebelum ke Mekah.
Dalam keadaan demikian sambil berjalan aku memohon pada Allah swt agar diingatkan pada do'a atau bacaan yang dapat menjadi pengganti do'a sewaktu ziarah kemakam Nabi seperti yang terdapat dalam buku kumpulan do'a yang tertinggal dipenginapan. Tanpa kuduga tiba-tiba terpampang dihadapanku gulungan kertas kulit seperti yang biasa dipakai dalam ceritera kerajaan jaman dahulu untuk menyampaikan pengumuman atau sayembara.
Kuamati gulungan yang sudah dibuka tadi, tertulis diatasnya do'a dalam huruf Arab. Setelah beberapa saat aku tahu bahwa itu adalah Do'a sesudah Adzan, aku yakin benar karena sering kuucapkan saat adzan berakhir. Betapa bahagia hati pada saat itu, ada sesuatu yang akan kuucapkan sesampai dimakam Rasulullah saw nanti. Bukankah dalam do'a sesudah adzan terdapat permohonan kepada Allah swt agar Nabi Muhammad saw ditempatkan di tempat yang tertinggi dan termulia. Tanpa kusadari aku sudah tertinggal dibelakang, kulihat dari balik air mata kebahagiaan, isteri dan teman-temanku memasuki pintu masjid Nabawi sementara bayangan gulungan kertas kulit menghilang dari pandangan.
Tak akan terlupakan hidayah dan rahmah Allah swt atas hambaNya.
(Jamaah Haji PT Telkom).