SUNGAI ELLO MAGELANG:KAYAKING PERTAMA

Matahari sudah cukup terik ketika saya tiba di Mallioboro. Saat itu kira-kira pukul 11 siang. Padahal aku udah janji ama pak Budi untuk ikut Munas UGM-Club sekitar jam 10. Mana belum cari penginapan lagi. Dan benar juga, ternyata semua penginapan udah penuh. Alamak! Untung ada bapak-bapak yang menawari saya penginapan darurat. Pokoknya bisa taruh barang dulu lah, yang penting saya bisa segera ke Jl. Kaliurang ke tempat pak Budi.

Setelah bersusah payah, akhirnya ada juga taxi yang mau mengantarkan aku ke Merapi View, dengan kesepakatan harga, tanpa argo, alias borongan. Cincaylah. Di perjalanan, tak lupa aku telpon Mitra Tour Persada (tahun lalu memandu saya rafting di Serayu), menanyakan apakah ada group rafting besok.
Di sungai mana aja, bagi saya yang penting kalau ke Yogya harus rafting. Ternyata kebetulan besok ada groups rafting di Sungai Ello Magelang, tetapi langsung ketemu di Sungai Ello, karena semua kendaraan sudah penuh terpakai. Wah, repot juga pikir saya. Hmm... kenapa nggak aku komporin aja anak-anak
UGM-Club.

Dan setibanya di rumah pak Budi, dengan semangatnya langsung aja aku ceritakan rencana rafting. Dan ternyata aku berhasil juga membujuk Noor, Iwan dan Haryanto untuk menemani saya. Sip!

Selanjutnya, Munas dulu, dan aku tidak akan ceritakan tentang Munas, soalnya udah jadi bagian orang lain untuk menceritakannya ;-))

Keesokan harinya, pagi-pagi aku dapat SMS dan Iwan yang mengatakan dia ndak jadi ikut, karena badannya meriang. Wah, gawat nih. Langsung aku kontak Noor dan Haryanto, dan ternyata mereka masih tetap pingin ikut walapun Iwan nggak jadi ikut. Selamat.

Singkat cerita, dengan taxi kita sampai di Sungai Ello hampir pukul satu, dan kelompok kami adalah yang pertama kali datang. Masih ada dua kelompok lagi yang belum datang. Sambil menunggu, saya ngobrol-ngobrol dengan pemandu, dan hasilnya dia mau memandu saya untuk kayaking. Asyik. Karena ini
memang benar-benar pengalaman pertama saya untuk kayaking. Dan kebetulan pula, ketika semua rombongan datang, pas masuk ke tiga perahu (termasuk Haryanto dan Noor yang gabung dengan rombongan lain), jadi ada alasan juga untuk membawa kayak.

Sungai Ello sebenarnya gradenya cukup rendah yaitu sekitar 2-3. Ecek-eceklah. Apalagi saat itu airnya lagi surut. Jauh lebih rendah dibanding dengan Cikandang. Walaupun airnya tidak sebening Cikandang,
tetapi pemandangan kiri kanan masih cukup asri, dan tebing-tebingnyapun cukup tinggi, sehingga tidak terasa panas walaupun start rafting sekitar pukul 2 siang. Jadi percuma juga Sunblock yang aku udah terlanjur olesin di tangan dan kaki.

Panjang sungai yang kami arungi sekitar 12 KM (panjangnya hampir sama dengan Cicatih Paket Adventure). Jumlah jeram ada sekitar 12. Sebenarnya jeram-jeram tersebut juga memiliki nama, tetapi karena memang jeramnya cukup kecil, saya tidak begitu hapal untuk mengingat nama-namanya. Jenis standing
wavenya hampir sama dengan Serayu, hanya jauh lebih pendek, dan tidak ada arus putar di tebing seperti halnya di Serayu. Stoper dan hole juga tidak begitu banyak. Pendek kata, sebenarnya tidak begitu banyak tantangan.
Mungkin kalau pakai perahu besar, jeram-jeram tersebut tidak begitu terasa (bagaimana pendapat Haryanto dan Noor?). Tapi karena saya pakai kayak, dan ini pengalaman pertama kalinya, jadi ya lumayan pegel linuxlah.


Kayaking, cara mendayungnya agak berbeda dengan rafting. Dayung yang dipakai memiliki padle di dua ujung. Gunanya adalah untuk mendayung kiri kanan secara bergantian tanpa perlu memindahkan posisi dayung. Dan arah dayung, lebih sering hanya maju saja (kalau rafting ada dayung maju, dayung mundur).
Karena perahu cukup kecil, jadi dengan mendayung maju kita tetap mengarahkan perahu. Cara memegang dayung adalah menentukan posisi tangan mana yang mati. Ini penting, karena posisi padle kiri dan kanan tidak simetris, jadi ketika pindah posisi, tongkat dayung sedikir di putar untuk menyesuaikan arah
padle. Maksudnya tangan mati adalah, salah satu posisi (kiri atau kanan), tetap tidak berubah.

Dan ternyata tidak mudah juga. Karena tekanan dayung kiri dan kanan tidak sama, akibatnya perahu selalu cenderung memutar ke arah yang tekanan dayungnya lebih kuat. Jadi kita harus pandai-pandai juga mengatur tekanan dayung kita biar kiri dan kanan seimbang. Kami mendayung bergantian. Karena kayaking sebenarnya lebih enak mendayung sendiri.

Tidak ada hal yang menegangkan, karena jeramnya memang tidak begitu besar. Tetapi cukup menyenangkan juga. Apalagi di salah satu jeram saya diberi kesempatan untuk mengarahkan perahu, dan ternyata tidak terlalu susah. Yang penting hindari stoper dan hole kalau tidak mau perahu terbalik. Dan ini
yang amat menyenangkan, karena kita harus terus konsentrasi ke depan sambil mengarahkan perahu.


NGENTIR
-----------

Tanpa terasa kami sudah finish. Rosyik pemandu saya, menantang: "Berani Ngentir nggak?" Saya langsung jawab, "Ayo!" Ngentir adalah sengaja menghanyutkan diri mengikuti arus sungai. Kami turun dari perahu, terus naik lagi ke arah hulu, mencari tebing yang agak tinggi. Rosyid terjun duluan, dan wush!... langsung timbul tenggelam dibawa arus air di antara batu-batu yang cukup besar. Wah, hati saya gamang
juga. Walaupun saya pernah mengalami perahu terbalik di Sungai Serayu, tetapi kalau sengaja terjun di jeram dengan air yang bergolak-golak seperti ini gamang juga. Untuk beberapa saat saya masih ragu, jadi terjun apa nggak? Dari jauh Rosyid sudah berteriak-teriak menyemangati saya. Wah, malu juga nih. Ya udah, dengan tekad bulat aku langsung terjun, dan wush!..... untuk seperkian detik konsenstrasi saya buyar. Mungkin karena sebelum terjun ada sedikit perasaan takut, jadi ketika tenggelam di air konsentrasi langsung terpecah antara mencari udara segar dan menekuk kaki ke posisi yang benar. Gluk, belum sempat saya menaikkan kaki, saya sudah glageban kehabisan udara, jadi saya sedikit terlambat menarik kaki, alhasil: Bug! pantat saya sempat juga menyentuk batu. Haiya lumayan juga, walau tidak sakit-sakit amat. Sebenarnya ngentir berguna juga untuk latihan, barangkali sewaktu-waktu kita terjatuh di jeram.

Akhir cerita, tercapai juga lah cita-cita saya untuk kayaking. Yang jelas sekarang saya udah merasa pede untuk kayaking sendiri. Saya sudah siap to bring my future bride untuk mengarungi sungai hanya berdua saja. Ada yang berani terima tantangan? ;-))


Bambang Mr

1