Heboh Dioxin yang mencemari makanan di Belgia kini mulai berhembus ke Indonesia. Pemerintah Indonesia mulai 14 Juni melarang import makanan yang bahan dasarnya daging sapi, ayam, telur dan susu dari Belgia serta negara-negara Eropa lainnya.
Di Belgia, pencemaran dioxin sebenarnya terjadi awal tahun 1999. Pada bulan Februari, beberapa peternak ayam di Propinsi Brabant menemukan bahwa induk ayam yang dikhususkan untuk memproduksi anak ayam, mati secara massal. Para peternak lantas mengajukan klaim asuransi. Perusahaan asuransi menunjuk Dr. Destickere, Kepala Inspektorat Flanders (negara bagian yang berbahasa Belanda) sebagai tenaga ahli dalam masalah klaim tersebut.
Hasil penyelidikan pada bulan Maret menemukan masalah pada lemak yang digunakan untuk pakan ternak ayam. Pada saat bersamaan, para peternak melakukan tindakan proaktif yaitu mengisolasi beberapa perusahaan dan menahan daging ayam untuk tidak dipasarkan.
Setelah melalui penelurusan pada tanggal 26 Mei 1999 pemerintah Belgia mengumumkan secara resmi bahwa telah terjadi kontaminasi dioxin pada daging ayam dan makanan olahannya. Sehari kemudian pemerintah menarik seluruh produk makanan tersebut dari pasaran.
Sumber pencemaran ternyata berasal dari satu tangki penampungan di perusahaan penyuplai lemak hewani Verkest. Pakan ternak tersebut terdiri dari biji-bijian, vitamin, mineral, lemak hewani, dan protein hewani.
Kini perusahaan tersebut sedang disidik. Sementara rakyat Belgia sendiri marah kepada pemerintahnya karena menganggap pemerintah telah menunda-nunda pengumuman kontaminasi dioxin tersebut. Padahal kontaminasi sudah diketahui tiga bulan sebelumnya. Rakyat Belgia merasa dibodohi karena puncak kontaminasi sebenarnya terjadi sekitar Maret-April 1999. Sedang pemerintah baru mengumumkannya bulan Mei. Itu berarti masyarakat sudah dibiarkan mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung dioxin selama dua bulan.
Sejauh ini belum ada kabar rakyat Belgia yang dirawat di rumah sakit atau menunjukkan gejala keracunan akibat mengkonsumsi dioxin. Tetapi menurut penelitian di Pusat Penelitian Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PPSDAL) Universitas Padjadjaran, Hilmi Salim, MSc.; efek dioxin baru bisa terlihat setelah satu setengah sampai dua tahun setelah mengkonsumsi. Itu pun tergantung pada seberapa besar Dioxin yang dikonsumsi (Acceptable Daily Intake). Bagi masyarakat awam dioxin adalah nama kimia yang tidak sepopuler DDT atau merkuri. Namun bagi para ahli toksikologi lingkungan dioxin dikenal sebagai zat kimia yang amat toksis (beracun). International Agency for Research on Cancer (IARCH), satu bagian dari organisasi kesehatan PBB-WHO pada tanggal 14 Februari 1997 mengumumkan bahwa dioxin dengan rumus kimia 2,3,7,8 tetra chlorodibenzo-p-dioxin adalah zat penyebab kanker (karsinogenik) nomor satu di dunia dan dikenal sebagai zat penyebab kanker-buatan manusia yang paling berbahaya.
Menurut Hilmi Salim, toksisitas dioxin ini memang amat tinggi Lethal Dosis 50 (LD 50) 1 mikrogram/kg hingga 140 mikrogram/kg terbukti menyebabkan kematian pada 50% populasi hewan percobaan. "Karena itu dalam makanan sebenarnya tidak boleh ada bahan ini sedikitpun," kata staf pengajar Toksikologi Lingkungan dan Ekologi Perairan di Jurusan Biologi FMIPA Unpad ini.
Pasalnya serendah apapun senyawa ini ada didalam tubuh, tubuh tidak bisa mengeliminasinya dan pada akhirnya akan tersimpan dalam organ-organ tubuh seperti hati. Gangguan kesehatan yang ditimbulkan dioxin adalah munculnya bercak-bercak pada permukaan kulit wajah seperti jerawat yang keras. Namun pengaruh lainnya adalah sifat teratogenik, kerusakan sel liver (hati) dan porphiria. "Sejauh ini belu m diketahui apa bahan penetral (anti dot) untuk dioxin yang sudah ada dalam tubuh manusia," ujarnya.
Dioxin homepage di internet melaporkan bahwa dioxin juga menyebabkan penurunan kuantitas sperma hingga 50% dan ditemukan adanya kasus peningkatan kanker pada alat reproduksi pria hingga tiga kali lipat dan peningkatan kanker prostat dua kali lipat dalam 50 tahun.
Sementara pada wanita, dioxin menyebabkan endometriosis yaitu pertumbuhan sel hingga keluar uterus dan peningkatan kanker payudara.
Mengapa zat yang amat beracun ini bisa sampai di pakan ternak? Hilman Salim menduga senyawa toksin tersebut ada dalam proses manufaktur dan akibat faktor degeneratif destruksi (pembusukan dari bahan). Dioxin tidak diperoleh secara murni tetapi merupakan akibat penguraian senyawa kimia atau oleh precursor lain misalnya mikroba. Hingga kini belum diketahui secara pasti apa faktor utam yang menyebabkan terbentuknya dioxin.
Di Indonesia saat ini diperkirakan baru ada tiga laboratorium yang bisa menganalisis dioxin. Namun untuk menganalisis dioxin diperlukan biaya yang cukup mahal. Pakar Hukum Lingkungan Dr. Daud Silalahi mengatakan bahwa dioxin juga ditemukan dalam kasus pencemaran lingkungan oleh PT Indo Rayon di Porsea Sumatera Utara. Akibat pencemaran yang dilakukannya, pabrik tersebut langsung ditutup.