|
** From: "Lia" <dirahasiakan@mldi.or.id>
Dok, saya sudah menikah 1.5 tahun dan usia saya sudah 30 tahun. Suami
saya
berumur 32 tahun. Kami sangat mendambakan seorang anak, tetapi sampai
saat
ini masih belum berhasil. Secara fisik kami berdua tidak ada masalah
dalam
artian kami berdua sehat. Memang saya pernah memeriksakan diri ke dokter
kandungan dan diberitahukan bahwa posisi uterus saya retro position.
Kondisi alat kandungan saya yang lain dikatakan tidak ada kelainan.
Sayangnya siklus menstruasi saya tidak teratur antara 25 sampai 30
hari,
jadi saya tidak tahu persis masa subur saya. Apakah hal itu berpengaruh
dok
? Terapi atau pemeriksaan apa lagi yang saya harus lakukan untuk
mendapatkan buah hati kami ?
Atas bantuannya kami ucapkan terimakasih.
Lia
** From: asutjahj@email.ypf.com.ar
Saya lihat 'question load' Dr. Hendra sangat banyak. Saya jadi
pengin
menguranginya. Ngga' apa apa khan??
Ibu Lia, melihat usis pernikahan yang sudah 1,5 tahun dan sama sekali
anda belum
pernah hamil, maka anda mengalami apa yang disebut Infertilitas primer.
(anda
belum punya anak, saya asumsikan bahwa anda juga belum pernah hamil,
artinya di
test dengan urine test anda belum pernah positif, right??) Lantas
apa yang
menyebabkan anda belum juga hamil ?? Jawabannya sangat banyak.
Ibu Lia tahu bahwa untuk suatu kehamilan harus dimulai dengan:
1. adanya sperma dan ovum yang sehat
2. sperma dan ovum itu harus bertemu di tempat yang benar
3. setelah bertemu, sperma dan ovum (namanya lantas jadi zigot) harus
tertanam
di rahim yang sehat.
4. Setelah tertanam, zigot itu harus dipertahankan agar tetap tertanam.
5 setelah itu dia harus mendapatkan makanan yang cukup
6 dst. dst
Bia asumsi saya diatas benar, maka persoalan anda berada pada tahap
1, 2, dan 3
diatas. Jadi mungkin belum pernah ada sperma dan telur yang bertemu,
tau
mungkin sudah pernah, tapi tidak pernah tertanam.
Uterus yang retrofleksi (retro position) mungkin bisa berpengaruh pada
kesuburan. Akan tetapi sepanjang saluran dan ruangan di uterus
itu normal,
semestinya pembuahan dan kehamilan tetap bisa terjadi, kecuali kalau
dengan
retro position tersebut lantas ada saluran yang terlipat hingga buntu.
Untuk
mengetahui ini anda bisa melakukan foto, atau endoskopi pada
dokter kandungan.
Mengenai siklus yang 25 hingga 30 hari, sebenarnya tidak terlalu 'tidak
teratur'. anda masih bisa menghitung masa subur dengan tidak sulit.
Prinsipnya
adalah anda hitung mundur 14 hari dari perkiraan haid yang akan datang.
Pada
waktu itulah ovulasi terjadi. Anda beri toleransi sehari
kedepan dan sehari ke
belakang dari perkiraan ovulasi ini. Bila siklus anda mundur,
maka anda harus
menambahkan hari mundur itu untuk dianggap sebagai 'masa subur', demikian
pula
sebaliknya bila haid anda yang akan datang maju. Pada perkiraan
masa subur
itualah anda harus aktif berhubungan dengan suami. Cara lain
mengetahui adanya
ovulasi:
1. anda ukur suhu tubuh tiap bangun tidur, biasanya pada saat
ovulasi, suhu
tubuh akan turun sedikit (setengah derajat kira kira), kemudian hari
berikutnya
suhu tubuh akan sedikit naik dan bertahan sekitar 37 derajat C.
2. cara cara lain sepertinya mesti dilakukan oleh dokter, misalnya
lendir di
leher rahim, sel sel dinding vagina, kadar hormon estrogen dan progesteron.
Silahkan Ibu memulai mencoba membuat matrix/tabel masa subur, lantas
diikuti
tabel itu. Bersamaan dengan itu pula anda bisa ukur suhu
tubuh harian. Jangan
lupa, gizi fisik dan mental harus seimbang karena kesuburan adalah
hal yang
sangat dipengaruhi oleh faktor mental psikis.
Sekian saja semoga bermanfaat,
wassalam,
ady
** From: Suhendro <suhendro@april.com.sg>
Maaf saya ingin menimpali (tapi saya bukan dokter) sekedar berbagi
pengalaman
Istri saya juga mengalami persis sama seperti yang Mbak alami,
retro dan
mens tidak teratur. Memang secara biasa sepertinya susah untuk
punya anak.
Tapi itu sekarang tidak jadi masalah setelah kami mengunjungi dsog
(
kandungan ). Saya lupa nama obat yang diberikan tapi saya yakin
setiap
dokter dsog tau dan akan memberikan obat yang cocok masalah ini.
Saran
saya, kunjungi dokter spesialis dan berserah dirilah kepada Allah.
btw, Pak Admin bagaimana sih caranya supaya identitas dirahasiakan?
Kadang
saya juga perlu diskusi/konsultasi tanpa malu-malu.
** From: Rina Martanti <martanti@ksei.co.id>
Maaf bapak Suhendro, saya juga mengalami hal yang sama dengan mbak
Lia.
Sudah 2 th lebih 2 bl saya belum mendapatkan keturunan, kalau saya
boleh tau
apa sih yg dimaksud dsog itu ?
Dan istrinya bapak periksa ke RS mana ?
Terima kasih sebelumnya.
Rina-Jakarta
** From: Suhendro <suhendro@april.com.sg>
dsog itu, Mbak, dokter spesialis obstetri dan ginekologi atau
mungkin obgyn
kata milis ini (CMIIW). Biasanya berpraktek sebagai dokter kandungan.
Saya kebetulan tinggal di Pekanbaru jadi istri saya periksa ke tempat
prakteknya dokter Teguh Santoso, dsog di Pekanbaru. Maaf ya bukan
mau
promosi.
Kalau di kota besar seperti Jakarta saya yakin banyak dokter spesialis
ini.
Tapi lihat-lihat dulu type dokternya. Kalau bisa cari dokter
yang membuat
kita menjadi tenang, punya harapan dan tidak nakut nakuti, he he he.
Coba
deh.
** From: "Togu TML Tobing" <c725027@showme.missouri.edu>
Beberapa hal kecil yang sering terlupakan....
Adanya sperma dan ovum yang sehat tidak menjamin bahwa sperma
dan ovum
akan bertemu... jikalau ovumnya tidak dapat mencapai tuba (saluran
ke
rahim, dari ovarium (tempat produksi telur), dan/atau sperma tidak
dapat
mencapai tuba, maka pembuahan sulit terjadi.
Dengan asumsi ovum dan sperma sehat, maka tinggal masalah teknis dan
mekanis....
Jikalau... tuba yang tersumbat, dapat didiagnosa dengan pemeriksaan
radiologis... maka akan jadi urusannya dokter obgyn/radiologi untuk
dapat
di-betulkan. Jikalau sperma yang tidak dapat mencapai tuba, ada beberapa
kemungkinan...
1. Jumlah dan kualitas sperma
Spermatozoa yang dibutuhkan untuk membuahi sel telur hanya perlu satu
saja.
Tetapi karena jarak dari 'barak' sperma dan tempat target (ovum) sangat
jauh, banyak 'serdadu' yang mati ditengah jalan, atau kehabisan energi
ketika sampai ditempat tujuan. Sperma yang disemburkan sekarang adalah
produksi l/k 70 hari yang lalu..... Jika ingin kualitas sperma baik,
hendaknya kesehatan sang pria juga dijaga kira2 tiga bulan sebelumnya
(mental dan fisik). Vitamin E (makan toge yang banyak) dan anti oksidan
disinyalir dapat meningkatkan kualitas sperma. Untuk mendapatkan jumlah
sperma yang cukup pada saat bersetubuh, sebaiknya tidak ada ejakulasi
dua-tiga hari sebelumnya.
2. pada saat sperma disemburkan/ejakulasi... pihak istri belum cukup
terangsang, dalam arti lendir yang dihasilkan oleh liang senggama tidak
cukup banyak, sehingga sperma meluncurnya 'seret'. Pastikan istri cukup
terangsang pada saat foreplay. Keadaan liang sanggama yang asam juga
dapat
membunuh sperma. Liang sanggama yang asam itu bisa disebabkan infeksi
lokal
atau keadaan psikologis. Seteleh sperma ditaruh diliang sanggama
(ejakulasi), istri jangan langsung berdiri, atau pergi ke kamar mandi
untuk
dicuci; santai saja dulu, ganjal panggul dengan bantal, atau lebih
baik
lagi ambil posisi lilin. Orgasme tidak diperlukan untuk mencapai kehamilan.
3. Pada saat sperma sampai di tuba, ternyata tidak ada ovum di sana.
Ovum
itu hanya dilepaskan (biasanya) satu saja dalam satu masa siklus
menstruasi. Timing adalah masalah yang penting di sini. Dr. Ady sudah
menerangkan cara menentukan saat ovulasi, hanya saja buat orang awam
amat
susah untuk menetapkan kapan saat ovulasi yang tepat, karena caranya
njelimet dan errornya cukup tinggi. Coba kunjungi website ini:
http://www.babycenter.com/calculators/ovulation/
Juga baca archive posting di MLDI, hal ini pernah dibahas...
** From: "Togu TML Tobing" <c725027@showme.missouri.edu>
Beberapa waktu yang lalu ada yang menanyakan bagaimana cara menentukan
saat
ovulasi jika siklus haid tidak teratur (25-35 hari?). Saat ovulasi
bisa
ditentukan dengan mengukur suhu basal dan kekentalan cairan vagina.
Dua
cara ini cukup repot jika dilakukan sendiri dan memerlukan ekstra
ketekunan, yang akhirnya tingkat kesalahannya menjadi cukup tinggi.
Di US
(saya enggak tahu kalau di Indo sudah ada atau belum) ada alat yang
bisa
menentukan ovulasi, dijual bebas di supermarket dan toko obat. Alat
ini
prinsipnya sama dengan alat pengetes kehamilan, yaitu mendeteksi
kadar hormon (tertentu). Pada alat pendeteksi ovulasi ini, yang menjadi
sasaran adalah Luteinizing Hormon; 24 jam sebelum ovulasi, terjadi
lonjakan (surge) hormon LH/hipofisis.
Satu set alat ada 5 sticks, dipakainya tiap hari pada hari-hari mendekati
hari ovulasi... jadi jika lama siklus haid 28 hari, dipakai mulai hari
ke
12, sampai alat menunjukkan hasil positif. (Cara pakai sama seperti
deteksi
kehamilan, diteteskan air seni dan ditunggu 5-15 menit). Jika ingin
punya
anak laki2, hubungan badan dilakukan sehari setelah alat menunjukkan
hasil
positif. Jika ingin punya anak perempuan, hubungan badan dilakukan
3 hari
sebelum dan diberhentikan satu hari sebelum atau pada saat alat menunjukkan
hasil positif. Hal ini akan lebih mudah pada wanita yang siklus haidnya
teratur. Bagi anda yang siklus haidnya tidak teratur tentunya diatasi
dengan membeli lebih banyak alat tersebut dan memulai pemeriksaan dari
siklus haid terpendek minus 15 hari sampai alat menunjukkan hasil positif.
Harganya satu set alat pendeteksi ovulasi (biasanya 5 sticks) sekitar
12-14
US dollar.
OK... semoga sukses.
T
** From: "Dr. Hendra Gunawan W" <hendragw@indosat.net.id>
Yth.bu Lia dan suami,
Dari cerita anda, maka anda berdua digolongkan pasangan infertil karena
dalam satu tahun melakukan hbungan sex secara teratur tanpa pencegahan
ternyata masih belum berhasil hamil.
Lupakan masalah uterus retrofleksi karena itu hal yang wajar dan tidak
menyebabkan kemandulan, teori ini sudah usang dan tidak benar lagi,
walaupun
beberapa dokter masih meng-kambing hitam-kan posisi ini.
Jadi anda harus mulai melakukan work-up kemandulan secara benar, datanglah
ke dokter kandungan anda, semoga beliau akan melakukan tahap2 pengelolaan
dengan benar !
Langkah pertama selalu harus dimulai dari suami yaitu sperma analisa,
bila
ini normal atau ada kelainan yang masih bisa diobati, barulah dimulai
"mengerjakan" sang wanita.
Dimulai dg pemeriksaan fisik (bila perlu dibantu pemeriksaan USG) dan
laboratorium yg diperlukan, kemudian dikuti pemeriksaan radiologi yaitu
hystero-salpingo-graphy ( HSG ) yang boleh saja dilewati bila bisa
dilakukan
pemeriksaan final yaitu laparoskopi diagnostik.
Demikian garis besarnya, silahkan diskusikan dengan dokter anda !
Salam, dr.Hendra Gunawan W.
|