Subject: Kesulitan buang hajat pada balita

From: Lucia Chia (lian@tgl.mega.net.id)

Dengan hormat,

saya mempunyai keponakan berumur 4,5 tahun, dia selalu takut untuk buang hajat.. kami sudah mencoba untuk memberi buah-buahan setiap hari seperti jeruk dan pepaya, kadang juga dia diberi agar-agar yang kata banyak orang dapat membantu memperlancar pembuangan. sekarang ini keponakan saya selalu diberi microlax untuk membantu dia buang hajat tiap 3 hari sekali. apakah penggunaan obat tersebut yang berketerusan akan memberikan efek samping ?

untuk diketahui lebih lanjut, pada waktu bayi, sang ibu selalu membentangkan kakinya pada waktu dia mau buang hajat, apakah karena perbuatan sang ibu ini dapat membuat sang anak trauma sehingga dia merasa kalau buang hajat itu adalah hal yang menakutkan ? apa yang harus kami lakukan untuk membuat keponakan saya bisa buang hajat secara normal ? kami sudah membawa dia ke dokter anak di kota kami tapi tidak berhasil, meskipun obat sudah diminum tetap saja dia tidak bisa buang hajat.

saya harap dokter bisa membantu saya untuk memecahkan masalah yang dialami keponakan saya ini. apabila kami harus ke seorang dokter spesialis, tolong beritahu kami nama dan alamat dokter tersebut, dan kalau ada dokter yang tinggal di semarang, karena tidak begitu jauh dari tempat tinggal kami di tegal.

untuk semuanya saya ucapkan terima kasih.

hormat saya,
lucia chia


** From: "Irmansyah" (irmans@indo.net.id)

Yth, Ibu Lucia,

Spesialis anak bisa membantu menilai apakah ada kelainan dalam sistim pencernaannya. Bila sistim pencernaannya baik, otot-otot polos di anus baik dan ususbesarnya juga normal, maka analisis ibu ada benarnya. Ponakan ibu kelihatannya 'takut' buang hajat dan bukan tidak bisa buang hajat. Kalau memang itu yang terjadi cobalah hadapi ini dengan santai. Bila orang tua disekitar anak ini terlalu takut (khawatir) akan gejala ini, maka sang anak juga belajar merasakan takut. Nah cobalah bersantai bersama sang ponakan. Perlu diketahui, tidak buang hajat beberapa hari tidak berbahaya bagi kesehatan. Bisa juga dicoba dengan wc mainan (kuda-kudaan/bebek-bebekan) yang ada lobang wc nya. Jadi anak bisa bermain kuda-kudaan sambil buang hajat.

Psikiater anak juga bisa membantu. Cobalah di Semarang (RS dr. Kariadi?) Setahu saya di sana ada beberapa dokter psikiater anak.

irman


** From: risman@pdg.mega.net.id (risman)

Kasus ini memangseringkali menimpa anak kecil / balita. Ada satu penyakit yg namanya peny.Hirshprung,gejalanya bisa dikatakanmirip dng keponakan Abda tsb. Dan penyakit ini baru bisa ditegakan diagnosanya denganpem.radiologi,yg namanya pem. barium enema. Mengenai trauma akibat perlakuan ibunya waktu bayi agak susah di terapkan pd kasus ini, sebab dulu itu sejak bayi memang si bayi susah berak, akibat penyakit tsb.,sehingga berpikir kaki si bayi harus direntangkan lebar lebar agar lbang anus menganga dan berak bisa keluar.

Pada penyakit ini yg terjadi sebenarnya adalah ketidak beresan persarafan pd sebagian usus besar yg dekat ke dubur, atau namanya daerah rekto-sigmoid, disitu fungsi peristaltik tidak ada,sehingga bagian tersebut selalu dalam keadaan sempit, dan berak akan terkumpul di atas bagianyg sempit itu.

Pengobatannya biasanya dengan tindakan operasi. Demikian Lucia,semoga ada manfaatnya

Risman Sp.Radiologi-Radioterapi.


** From: Sri Inayati (sxinayat@lse.mobil.com)

Saya ingin berbagi pengalaman tentang kesulitan buang air besar (b.a.b), yang juga pernah terjadi pada kedua anak saya.

Anak pertama menderita sulit b.a.b sejak umur 10 bulan sampai 3.5 tahun (sekarang umurnya 5 tahun, dan alhamdulillah sudah sembuh). Anak kedua menderita b.a.b sejak umur 8 bulan dan sekarang umurnya 3.5 tahun, sejak September '98 alhamdulillah sudah bisa b.a.b tanpa bantuan "dulcolax" yang dimasukkan ke dubur, tinjanya pun tidak keras lagi, walaupun b.a.b nya masih belum teratur (tidak setiap hari).

Terapi pertama yang diberikan dokternya adalah pemberian "duphalax" (obat minum yang terdiri dari serat atau selulosa), juga pola makannya diatur (yang berserat tinggi seperti "oat meal", buah dan sayur) karena tidak sembuh juga dilakukan pemeriksaan enema barium (radiologi) untuk melihat apakah ada penyakit "hirshprung", alhamdulillah kedua anak saya ususnya normal.

Dari hasil pemeriksaan tersebut, dokter berkesimpulan bahwa tidak ada masalah pada ususnya mungkin pola makannya yang salah dan mungkin juga dia trauma karena sering sakit waktu b.a.b, sehingga takut "b.a.b (ditahan-tahan, makin lama tinjanya makin keras dan susah keluar), terus si anak disuruh banyak bergerak dan dilatih agar tidak takut b.a.b.

Yang sulung sejak masuk TK (3.5 tahun), mungkin karena banyak bergerak dan makan lebih banyak, akhirnya sembuh sendiri, b.a.b lancar setiap hari dan perkembangan fisik & mentalnya tidak terganggu.

Yang jadi masalah adalah anak kedua, sejak susah b.a.b dia menjadi tidak mau makan (hanya minum susu saja) terutama kalau sudah beberapa hari tidak buang air besar, karena tidak mau makan, b.a.b pun semakin susah pula (seperti lingkaran setan). Secara fisik dan mental perkembangannya agak terganggu, badannya kurus, lambat bicara dan menjadi pemarah, tidak suka sama orang lain kecuali keluarganya (dipandang orang saja dia bisa marah dan menangis).

Kemudian saya bawa ke psikolog anak (di Bandung, Mei 1997), lalu disarankan ke dokter ahli "senso motorik" anak di Bandung juga, setelah kami diwawancarai dan si anak diperiksa, menurut dokter tersebut tidak bisa b.a.bnya mungkin karena sistem saraf-sarafnya (senso motorik ?) kurang rangsangan dan juga ada "trauma", sedangkan sifat pemarahnya muncul karena keadaan fisik si anak (perutnya) kurang nyaman. Terapi yang disarankan adalah badannya harus sering dibelai-belai, dipijat ringan dan disentuh, diajak berkomunikasi, pokoknya suasana disekitarnya harus menyenangkan .... juga dilatih b.a.b dengan santai sambil melihat gambar-gambar, atau sambil bercerita, kami juga disarankan untuk santai dan tidak panik menghadapinya (karena tempat tinggal kami jauh (di Aceh), konsultasi ke dokter tersebut hanya sekali).

Terapi yang disarankan dokter kami lakukan, pelan-pelan keadaannya berubah, si anak mau makan dan sifat pemarahnya berkurang, sudah bisa bicara, walaupun b.a.bnya masih susah,"trauma"nya sudah agak hilang, kalau waktu mengejan tinjanya tidak bisa keluar, dia bisa kembali bermain (sebelumnya kalau sedang mengejan, keluar keringat dingin, kaki mengempit, mukanya merah, proses keluar tinjanya pun lama sekitar 8 jam, padahal sudah dibantu dengan "dulcolax", pada saat tersebut bisa seharian dia tidak mau bermain, tidak mau makan, kalau dikasih susupun muntah, sedih sekali kami melihat kondisinya dan sebagai orang tua kami sempat stress juga).

Sejak awal 1998, kami coba beri makanan "supplementary" yaitu phyto juice (ada 2 macam yang dari sayuran dan buah-buahan) masing-masing 1 x sehari, kelihatannya ada perubahan, b.a.bnya kadang-kadang sudah bisa tanpa dibantu "dulcolax", juga tinjanya tidak keras lagi. Kemudian juga kami coba treatment dengan refleksi di Bandung (September'98 yang lalu) dan alhamdulillah sampai sekarang b.a.b nya mulai lancar dan tidak perlu dibantu dengan "dulcolax" lagi. Pemberian phyto-juicenya masih diteruskan, nafsu makanpun sudah mulai ada.

Mohon maaf kalau kepanjangan, mudah-mudahan pengalaman saya ini bermanfaat buat netter yang lain.

Salam
Ina


** From: "Lucia Chia" (lian@tgl.mega.net.id)

Yth. Pak Irman,

Untuk menambah informasi, dalam 1 bulan terakhir keponakan saya baru buang hajat sekali saja. Dua hari yang lalu, dia diberi mikrolax, tapi dia tidak mau buang hajat juga padahal biasanya selalu berhasil setelah pemberian mikrolax tersebut. Menurut saudara saya, setelah pemberian mikrolax tersebut keponakan saya merasa takut untuk ke wc, mungkin karena pemberian mikrolax tersebut secara paksa (?)

Sejak keponakan saya mulai bisa duduk, kami sudah coba untuk menggunakan wc mainan, tapi dia menangis tetap tidak mau buang hajat. Kami juga tidak menampakkan kekuatiran kami tersebut pada keponakan saya itu, kami tetap berlaku santai seperti yang bapak anjurkan.

Tante saya menganjurkan supaya keponakan saya dibawa ke ahli gizi anak, dan ada teman yang mengajurkan supaya pergi ke psikiater anak. Lalu menurut bapak kemana kami harus memeriksakan keponakan saya tersebut ? maksud saya ke dokter spesialis apa...

terima kasih


** From: "Irmansyah" (irmans@indo.net.id)

Ibu Lucia,

Pertama ke Spesialis anak untuk memastikan apakah organ pencernaan sampai ke bawah (anus) semuanya normal. Bila sudah dipastikan semua organ (fisik) normal lanjutkan ke Psikiater Anak.

Irman


** From: "Lucia Chia" (lian@tgl.mega.net.id)

terima kasih atas anjuran bapak, kami akan segera memeriksakan keponakan saya tersebut.

terima kasih


** From: Dharma Gita (dharma@mii.metrodata.co.id)

Hallo Lucia,

Perkenalkan saya Virja Dharma Gita, bukan Dokter, tapi saya punya pengalaman yang serupa dengan keponakan anda, karena itu mungkin ada manfaatnya untuk saya ceritakan pada anda.

Anak saya sejak lahir BAB-nya normal saja, satu hari bisa 2 atau tiga kali, tidak ada masalah sama sekali, saat itu susunya Enfamil. Ketika dia berumur sekitar 6 bulan mulai diperkenalkan makanan padat berupa bubur tepung beras merah, kacang hijau, havermooth dll, susunya sudah diganti dengan Enfapro. Nah, sejak itu BAB-nya mulai mengeras dan dia mulai mengalami kesulitan, dalam satu hari paling hanya satu kali. Bahkan belakangan bisa sampai 3 hari tidak BAB, dan ketika akhirnya dia BAB dengan bantuan Mikrolax, kelihatan dia sangat menderita, karena kotorannya sudah menjadi sangat keras dan berbutir-butir seperti kotoran kambing. Sekujur tubuhnya madi keringat dan dia menjerit sekeras-kerasnya.

Sejak itu dia TRAUMA dan selalu berusaha menahan BAB, karena bagi dia BAB adalah suatu PENDERITAAN BESAR. Setiap kali dia mau BAB selalu dia mengasingkan diri dan berusaha menahannya, kalau sudah berhasil dia menahannya, baru dia bermain lagi. Padahal semakin lama BAB ditunda dia akan semakin mengeras dan akan semakin menderita buat dia untuk melaksanakan BAB yang sudah tertunda. Mikrolax-pun menjadi langganan, dan dia juga menjadi TRAUMA dengan Mikrolax, karena dia hanya tahu Mikrolax akan menimbulkan rangsangan untuk BAB yang luar biasa, sehingga dia tidak dapat menahannya, padahal BAB itu sendiri adalah penderitaa besar bagi dia.

Lama-lama Mikrolax-pun bisa ditahannya. Sudah diberikan Mikrolax dia masih bisa menahan untuk tidak BAB.

Oleh Dokter diberi obat minum LAXOBERON dengan dosis 5 tetes (kalau tidak salah) sekali sehari untuk 5 hari berturut-turut. Obat ini sangat menolong, tapi setelah kira-kira satu minggu kembali lagi seperti semula. Jadi sangat tergantung pada obat. Istri saya mencoba memberikan dia Juice pepaya, melon atau kombinasi keduanya. Ada satu periode (kira-kira 1 bulan) Juice ini sangat menolong, BAB-nya lancar setiap hari, tapi lama-lama efektifitasnya mulai menurun. Mulai lagi BAB 2 hari sekali dst.

Sekarang anak saya sudah berumur 4 tahun 2 bulan dan BAB-nya sudah teratur 1x sehari, tapi masih keras dan berbutir-butir. Sampai saat ini saya tidak tahu pasti penyebabnya, mungkin karena dia tidak suka makan sayuran. Tapi dia suka buah-buahan yang manis rasanya, seperti: mangga, jeruk dan pepaya.

Nah, untuk menolong keponakan anda mungkin bisa dicoba LAXOBERON, tapi mengenai dosisnya saya sarankan anda konsultasi dengan Dokter. Obat ini hanya menolong sesaat, tapi tidak merupakan penyelesaian yang tuntas, karena setelah selang waktu tertentu akan kembali lagi kesulitan BAB-nya dan pada saat itu harus diberikan lagi obat ini.

Demikian sumbang pengalaman dari saya semoga bermanfaat untuk menolong keponakan anda. 1