** From: Divio (s001958@student.uq.edu.au)

Saya seorang penderita migrain tipe klasik. biasanya sebelum serangan migrain selalu didahului aura visual berupa hilangnya satu spot lapangan pandang (skotoma) diikuti dengan pandangan berkunang kunang dan bergelombang (scintilasi). biasanya aura ini berakhir dalam 15-20 menit dan mulailah timbul nyeri kepala berdenyut yang luar biasa dan berkurang drastis setelah 3-4 jam. baru baru ini sesuatu yang unik terjadi. malam hari saya berangkat tidur tanpa keluhan/problem apa pun. tengah malam saya bermimpi dan ada aura visual khas migrain dalam mimpi saya (skotoma), walaupun tidak begitu jelas (maklum mimpi) tapi saya ingat betul adanya skotoma tsb. dan paginya saya terbangun dengan nyeri kepala berdenyut tapi nggak terlalu berat.

Bagi sejawat klinisi mungkin hal ini nggak begitu menarik ... migrain ya migrain .. kasih aja analgesik campur ergot atau kalau perlu serotonin blocker pasti hilang. Tapi bagi saya yang kebetulan juga pemerhati neuroscience/neurobiology fenomena di atas sungguh menarik. Waktu tidur jelas mata saya terpejam sehingga nggak ada impuls visual datang lewat mata ... jadi impuls mimpi tsb pasti datang dari 'somewhere in the brain'. pertanyaannya apakah impuls itu awalnya normal (tanpa skotoma) tapi diinterpretasikan oleh lobus penglihatan (yang lagi ischemic) jadi aura migrain ... ataukah sudah sejak awalnya impuls itu mengandung skotoma ... semacam 'deja vu' kondisi migrain ... saya tunggu pendapat dari sejawat (terutama neurologist) jika mungkin ada yang tertarik akan fenomena migrain dalam mimpi ini ... seperti saya

Divio


** From: "Bayu P. Hie" (pegasus@mmui.edu)

Walaupun saya belum menemukan kepustakaan yang mendukung saya, dari pengamatan saya berteori bahwa patofisiologi migrain dapat diklasifikasikan sebagai 'mirip' dengan epilepsy (maaf bagi Anda yang punya migrain), walaupun kausalitasnya berbeda. Jika dianalogikan dengan gangguan listrik yang menyebabkan 'aritmia jantung', maka epilepsy bagaikan aritmia primer, sedangkan migrain bagaikan aritmia karena iskemi koroner. Bedanya pula, jika epilepsy mengenai inti neuron motorik, migrain mengenai inti neuron sensorik. Jadi aura yang timbul memang bukan karena organ mata melihat sesuatu, tetapi memang inti neuron penglihatan mata di lobus oksipital yang sedang mengalami gangguan, yang mempersepsikan mata melihat sesuatu (aura). Tambahan lagi, menurut teori saya, migraine dapat digolongkan sebagai varian dari epilepsy lobus temporal. Jelas pada sebagian pasien yang saya amati, pada saat serangan terjadi perubahan personality dan kelakuan yang tidak sepenuhnya disadarinya pada saat serangan berlalu.

Salam,
Dr. Bayu P. Hie (bukan neurologist)
1