** From: nandara
Dokter Yth dan netter sekalian,
Saya perlu info dari semuanya.
1. Saudara perempuan saya yang sedang hamil +- 3 bulan mengalami pendarahan
dan divonis mengalami Previa Plasenta. Ia harus bed rest. Yang mengganggu
saya, tidak ada batas waktu berapa lama harus istirahat. Masa sih orang
harus bed rest selama hamil ?. Kira2 ada yang punya pengalaman atau pengetahuan
tentang ini ?.
2. Saya perlu penjelasan ttg beberapa virus dan akibat yang ditimbulkannya
:
- toxoplasma IgG
- Rubela IgG
- CMV I
3. Pemeriksaan kesehatan sebelum menikah apakah sama dengan general
check up ?
4.Imunisasi apa yang perlu dilakukan oleh calon istri / ibu. Di mana
bisa mendapatkannya ?
Terimakasih sebelumnya.
Arismunandar
** From: "Dr. Hendra Gunawan Widjanarko"
>** From: nandara@alloymail.com
>Dokter Yth dan netter sekalian,
>
>Saya perlu info dari semuanya.
>
>1. Saudara perempuan saya yang sedang hamil
+- 3 bulan mengalami pendarahan
dan divonis mengalami Previa Plasenta. Ia harus
bed rest. Yang mengganggu
saya, tidak ada batas waktu berapa lama harus
istirahat. Masa sih orang
harus bed rest selama hamil ?. Kira2 ada yang
punya pengalaman atau
pengetahuan tentang ini ?.
================
Koreksi, yang benar Placenta Praevia, artinya letak plasenta yang "didepan",
menutupi jalan lahir, hal ini akan menimbulkan perdarahan.
Pada usia kehamilan kira2 3 bulan tidak/belum bisa dipastikan bahwa
plasenta
tsb akan terus demikian letaknya, karena ada mekanisme alamiah yang
membuat
plasenta bergeser keatas , dimulai sekitar kehamilan 7-8 bulan; karena
itu
perlu dilakukan USG ulang pada usia 7-8 bulan dan sekali lagi menjelang
persalinan untuk melihat letak plasenta, semoga bisa bergeser keatas
dan
tidak lagi menutupi jalan lahir sehingga bisa diharapkan persalinan
spontan
melalui jalan lahir/vagina.
Istirahat baring/bed rest hanya bila masih ada perdarahan, bila sudah
berhenti pasien boleh mulai mobilisasi kembali.
>
>2. Saya perlu penjelasan ttg beberapa virus
dan akibat yang ditimbulkannya
:
> - toxoplasma IgG
> - Rubela IgG
> - CMV I
==================
Pak Yeffry mungkin masih ada arsip artikel2 hal2 ini
===================
>3. Pemeriksaan kesehatan sebelum menikah apakah
sama dengan general check
up ?
>
==================
Juga ada artikel dari saya, kalau tidak salah jawaban utk saudara Tonij,
semoga pak Yeffry ( admin MLDI ) masih ada arsipnya
===================
>4.Imunisasi apa yang perlu dilakukan oleh calon
istri / ibu. Di mana bisa
mendapatkannya ?
>================
Dianjurkan imunisasi tetanus ( TFT ), dapat dilakukan dimana saja, bahkan
di
pos yandu pada umumnya bisa melayani imunisasi tetanus
=================
>Terimakasih sebelumnya.
>
>Arismunandar
>==============
Salam, dr.Hendra G.W
** From: Yeffry Handoko
Yth. Pak Arismunandar dan Dr. Hendra,
Berikut ini saya kirimkan arsip MLDI mengenai :
"virus CMV" dan "pemeriksaan kesehatan sebelum menikah"
Bila ada yang mempunyai info terbaru silakan langsung ditambahkan,
sebelumnya saya ucapkan terima kasih.
Yeffry Handoko
=================================================================
Arsip MLDI : Akibat serangan virus CMV
===================================================================
** From: Yulius Setiarso <yulius@federal.co.id>
Salam kenal buat semua dokter dan anggota milis
ini. Sebenarnya saya udah
hampir dua bulan menjadi milis ini, dan saya
mengikuti semua topik kesehatan
yang muncul.
Saat ini saya pengin mengetahui tentang virus
CMV yang menginfeksi wanita
hamil.
1. Apa resiko terhadap ibu yang mengandung atau
anak yang dikandungnya ?
2. Darimana asal virus ini ?
3. Bagaimana mencegah agar tidak terjangkit virus
ini?
4. Adakah buku, untuk awam, yang menjelaskan
virus CMV ini?
Terimakasih
setia yang awam tentang dunia kedokteran.
** From: "dr. Petrus Hendra Gunadi" <ohate@cbn.net.id>
Bp Yulius yth,
Virus CMV pada wanita hamil dapat berakibat pada
janin yang dikandungnya
dengan manifestasi berbeda misalnya kuning, pembesaran
hati & limpa,
kerusakan atau hambatan pembentukan organ tubuh
seperti mata/otak, gangguan
mental dll. Umumnya lahir prematur dan berat
badan lahir rendah.
Cara / asal virus :
- dapat dari hubungan intim, transfusi darah,
kontak bahan yang mengandung
CMV. Pada bayi umumnya dari ibu atau saat lahir
melalui jalan lahir ibu.
Pencegahan yang mungkin dilakukan antara lain
tidak ganti pasangan.
Buku tentang CMV awam mungkin boleh dicoba di
Gramedia atau dapat membaca
brosur dari Lab.Prodia.
Salam....
** From: "Janti S. Wiyono" <atnis@cbn.net.id>
Yth para dokters dan netters di MLDI;
> ** From: "dr. Petrus Hendra Gunadi" <ohate@cbn.net.id>:
> Virus CMV pada wanita hamil dapat berakibat
pada janin yang dikandungnya
> dengan manifestasi berbeda misalnya kuning,
pembesaran hati & limpa,
> kerusakan atau hambatan pembentukan organ tubuh
seperti mata/otak,
> gangguan
> mental dll. Umumnya lahir prematur dan berat
badan lahir rendah.
----- deleted-----
Pertanyaan susulan :
-----------------------
Ikutan nimbrung, apabila saat ini si calon ibu
yang tengah mengandung
tsb sudah didiagnosis positif terinfeksi virus
CMV, dan kandungannya
sudah berumur 6 bulan bagaimana penanggulangannya???
Sejauh ini DSOG yang menanganinya hanya memberikan
antibiotika
saja secara terus menerus; seberapa jauhkah pengobatan
tsb bisa mem-
bantu/menolong, baik calon ibu maupun janinnya??
Terimakasih atas informasi dari para dokters
di MLDI.
salam saya,
Janti SW
(atnis@cbn.net.id)
** From: Yulius Setiarso <yulius@federal.co.id>
Terima kasih dr Petrus Hendra Gunadi atas penjeasannya
tentang CMV.
salam
===================================================================
ARSIP MLDI : Benarkah sebelum menikah ada baiknya
si calon pengantin
memeriksakan diri kepada dokter?
===================================================================
** From: "Deden I. Pramono" (DedenIP@gsmXL.com)
Dear Dokter...
sepupu saya yang seorang bidan pernah mengatakan
bahwa sebelum menikah ada
baiknya si calon pengantin memeriksakan diri
kepada dokter ...yang ingin
saya tanyakan adalah:
Benarkah apa yang dikatakan sepupu saya tersebut
?
Hal-hal apa saja yang harus diperiksakan ?
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
** From: "Muhammad Isnaini" (isnaini@technologist.com)
Menurut hemat saya.
Yang cukup penting adalah
Kesehatan dari penyakit khususnya yang menular.
Ini tentunya untuk menghin
dari penularan. Penyakit Infeksi yang beresiko
terhadap kehamilan, ini
biasanya di singkat dengan TORCH, dimana salah
satu yaitu Toxoplasma sudah
dibahas beberapa waktu yang lalu.
Kelainan Genetik. Ada kelainan genetika yang
perlu diperhatikan yaitu Thal
asemia.
** From: Alvano Yulian (onavla@indo.net.id)
Wah, kebetulan sekali saya sebentar lagi mau
menikah dan sedang mengurus
surat-surat untuk keperluan tersebut. Kira-kira
apa saja, ya, para Bpk/Ibu
Dokter yang harus diperiksakan ke dokter ?
Terima Kasih.
** From: "dr.Pantjer Budhi Waluyo" (pantjer@tgl.mega.net.id)
Kewajiban / keharusan pemeriksaan kesehatan sebelum
nikah sepengetahuan
saya hanya berlaku di kalangan ABRI. Isteri seorang
calon ABRI harus
diperiksa terbatas hanya apakah mempunyai penyakit
kronis dan apakah tidak
dalam keadaan hamil.Pemeriksaan pranikah pada
saat ini biasanya hanya untuk
menemukan penyakit yang ada baik kronis maupun
penyakit-penyakit akibat
hubungan seksual ( dulu "Penyakit Kelamin") dan
bila ditemukan
penyakit-penyakit ini dianjurkan untuk diobati
sampai sembuh sebelum
memasuki jenjang perkawinan.
Sebetulnya pemeriksaan kesehatan pranikah bisa
mendeteksi
kemungkinan-kenungkinan yang akan terjadi setelah
pernikahan. misal apakah
ad a Diabetes melitus/kencing manis, apakah ada
ketidakcocokan rhesus
darah, apaka h calon suami cukup mempunyai sperma
dsb. Tetapi pada saat ini
dengan budaya kita hampir tidak mungkin mengutamakan
pemeriksaan ini karena
akan bisa merusak suasana atau saling percaya
diantara kedua calon mempelai
yang telah bersepakat melangsungkan pernikahan
atas dasar CINTA. Bayangkan
seorang laki-laki yang telah diperiksa spermanya
ternyata hasilnya
AZOspermia (spermanya kosong/ nol). Haruskah
menipu calon isterinya atau
berterus terang sebelum nikah kepada calon isterinya
bahwa dia mandul !!!
Membicarakan masalah pemeriksaan pranikah memang
menarik, tapi siapkah kita
? ?
Semoga bermanfaat.
** From: Dayan (bimasena@palembang.wasantara.net.id)
Salam sejahtera !
Saya tertarik untuk mempertanyakan dari sisi
sosial budaya. Apakah kedua
calon pasangan siap -dan dewasa- untuk memikirkan
hal ini ? Padahal mereka
harus bertanggung jawab mengenai kehadiran calon
penerus mereka. Siapa yang
harus disesali jika ternyata sang anak ternyata
menderita anemi ? Atau AIDS
? Atau penyakit turunan yang tak terbayangkan
sebelumnya ?
Namun sebetulnya hasil pemeriksaan merupakan
suatu ujian lain : Masih
bisakah kita menerima calon pasangan kita, jika
ternyata ia mandul ? Atau
usianya hanya berbilang tahun ? Atau...?
Saya yakin, banyak calon pasangan di daerah Jawa
-yang relatif lebih luas
cara pandangnya- yang risih dengan hal ini, apalagi
di Palembang dan
kota-kota lain...
** From: "Muhammad Isnaini" (isnaini@technologist.com)
Dayan , tanggal 13 Jul 98,.
>Saya tertarik untuk mempertanyakan dari sisi
sosial budaya. Apakah kedua
>calon pasangan siap -dan dewasa- untuk memikirkan
hal ini ? Padahal mereka
>harus bertanggung jawab mengenai kehadiran calon
penerus mereka. Siapa yang
>harus disesali jika ternyata sang anak ternyata
menderita anemi ? Atau AIDS
>? Atau penyakit turunan yang tak terbayangkan
sebelumnya ?
>Namun sebetulnya hasil pemeriksaan merupakan
suatu ujian lain : Masih
>bisakah kita menerima calon pasangan kita, jika
ternyata ia mandul ? Atau
>usianya hanya berbilang tahun ? Atau...?
>Saya yakin, banyak calon pasangan di daerah
Jawa -yang relatif lebih luas
>cara pandangnya- yang risih dengan hal ini,
apalagi di Palembang dan
>kota-kota lain...
Yang perlu adalah apakah hasil tersebut bisa
diperbaiki / dimanipulasi ?.
Bisa bila seberapa pun kelainannya sudah selayaknya
diterima atau dengan
perkataan lain
sebaiknya pernikahan diteruskan.
Bila belum dapat dimanipulasi misalnya AIDS maka
selayaknya ditimbang
seberapa siap untuk untuk dilanjutkan. Seperti
kondom juga bisa menjadi
alat pencegah penularan bila pasangan tersebut
masih ingin melanjutkan
pernikahan.
Bila menganggap pernikahan adalah fungsi utama
reproduksi , maka menyangkut
kelainan genetika misalnya Thalasemia yang bisa
terbilang resiko anak cucu
berat sebaiknya tidak dilanjutkan ke pernikahan.
Isnaini
** From: Dayan (bimasena@palembang.wasantara.net.id)
Salam sejahtera ! At 09:03 15-07-1998 +0700 Muhammad
Isnaini said:
>Yang perlu adalah apakah hasil tersebut bisa
diperbaiki / dimanipulasi ?.
Jika memang "Ya", maka perlu dipertanyakan kembali
kemampuan calon pasutri,
antara lain masalah keuangan. Masih ingat film
"Lorenzo's Oil" ? Mereka
bisa menakhlukkan vonis para pakar, karena mereka
"keras kepala", selain
karena bersedia mengeluarkan beaya.
>Bila menganggap pernikahan adalah fungsi utama
reproduksi
Jadinya filosofis : Berapa persen di antara kita
yang mengakui demikian ?
Berapa persen pula yang sulit memilih di antara
itu dan kecintaan pada
calon pasangan ? Dan akhirnya, berapa yang memutuskan
untuk tidak mempunyai
keturunan ?
Sharif Dayan
di Palembang
** From: nandara
Pak Hendra dan Pak Jeffry, serta netters sekalian.
Terimakasih atas jawabannya serta arsipnya.
Saya masih penasaran 2 hal :
1. Dimana sebaiknya pemeriksaaan kesehatan pranikah
itu dilakukan ?. Dokter, Klinik / Rumah sakit atau Lab ?. Dan apakah ada
pemeriksaan khusus untuk ini atau cukup General checkup saja ?.
2. Mengenai imunisasi Tetanus, dalam jangka waktu
berapa yang ideal imunisasi dilakukan dihitung mundur dari hari pernikahan
?.
Terimakasih,
Arismunandar
|