** From: "Chris W. Green" (chrisg@rad.net.id)

Berikut ada laporan dari Eropa mengenai risiko dari makan telur setengah matang. Apakah salmonella ditemu di Indonesia? Saya belum lihat pengumuman mengenai risiko ini seperti dibahas dalam artikel ini...

Chris

This issue of Eurosurveillance Weekly includes reports of outbreaks of salmonella food poisoning from two countries and a warning of the continuing threat of multiresistant strains of salmonellas. It is easy to round off reports of outbreaks by saying that the advice to avoid raw and lightly cooked eggs needs to be repeated. Unfortunately, it has been repeated many times - in bulletins and journals for medical and allied professions at least - for 10 years without success. Outbreaks of salmonella food poisoning associated with eggs and poultry continue to occur.

----------------------------------
Chris W. Green (chrisg@rad.net.id)
Jakarta, Indonesia
Tel: +62-21 846-3029 Fax: +62-21 846-1247


** From: BHJo (bhjo@gisco.net)

Minggu ini juga disiarkan di TV di Amerika, tentang risikonya makan telor yang tidak matang betul karena telor bisa mengandung salmonella.

BH Jo


** From: "Janti S. Wiyono" (atnis@cbn.net.id)

Waduhh, kalo gitu musti hati2 buat penggemar Tiramisu, terutama kalo dibuatnya dengan resep yang menggunakan telur mentah tanpa dima- sak diatas api, ya?? Gimana dengan Janto & Alice ? Musti nyari resep khusus dong ?! :-)

salam saya,
Janti SW
Welleh....


** From: dg (gumilar@denpasar.wasantara.net.id)

kalau Tiramisu bikinannya Mbak Janti kan OK!! punya lah yauww... mungkin asal makannya tidak terlalu banyak yahh... ??? Kalau Alice & Janto pasti pesenannya telor setengah mateng terus... soalnya lagi jamannya krismon.. kalau terlalu lama masak telornya kan.. bisa2 banyak memakan gas... *canda*

salam juga,
Gumilar


** From: "Bayu P. Hie" (pegasus@mmui.edu)

Di Indonesia juga tentunya terjadi penularan Salmonella melalui telur tidak matang. Saya katakan tidak matang karena di Indonesia orang tidak saja makan telur setengah matang, banyak juga yang makan telur mentah (kuning telurnya). Tetapi yang berbeda di sini bahwa tubuh orang Indonesia sudah 'kenal' Salmonella sejak kecil, sehingga outbreak Salmonella karena telur tidak matang hampir tidak pernah terjadi, kalaupun ada hanya sporadis, dan biasanya sang pasien juga tidak menyadari penyakitnya dikarenakan telur tidak matang. Sebagai gambaran, di Indonesia Widal test untuk Salmonella baru dianggap bermakna secara klinis jika positif lebih dari 1/80 untuk O, dan 1/160 untuk H.

Dr. Bayu P. Hie


** From: "Mr G" (bli_g98@hotmail.com) Mohon maaf, boleh tahu apa itu salmonella, apa akibatnya bila kita terkena penyakit akibat, sering makan telur setengah matang?

Bli G

>Tetapi yang berbeda di sini bahwa tubuh orang Indonesia sudah
>'kenal' Salmonella sejak kecil, sehingga outbreak Salmonella karena telur
>tidak matang hampir tidak pernah terjadi, kalaupun ada hanya sporadis, dan
>biasanya sang pasien juga tidak menyadari penyakitnya dikarenakan telur
>tidak matang. Sebagai gambaran, di Indonesia Widal test untuk Salmonella
>baru dianggap bermakna secara klinis jika positif lebih dari 1/80 untuk O,
>dan 1/160 untuk H.
>
>Dr. Bayu P. Hie


** From: "drHRMTauhid-al-Amien,MSc.,GradDipHPEd." (tauhid@iname.com)

Penyakit tipes adalah penyakit yang ditimbulkan oleh salah satu dari kuman keluarga Salmonella, yaitu S. typhosa.


** From: "Bayu P. Hie" (pegasus@mmui.edu)

Salmonella adalah bakteri penyebab penyakit tifus dan paratifus (typhoid & paratyphoid). Tentunya akibatnya adalah kemungkinan terjangkit penyakit tsb.

Selain itu kuning telur yang tidak matang mengandung avitin, yang mengikat vitamin A yang masuk ke pencernaan bersamaan dengannya, sehingga tentunya dapat mengurangi masukan vitamin A bagi tubuh.

Dr. Bayu P. Hie


** From: "Chris W. Green" (chrisg@rad.net.id)

On 5 Aug 98 at 9:55, drHRMTauhid-al-Amien,MSc.,Gra wrote:
> Penyakit tipes adalah penyakit yang ditimbulkan oleh salah
> satu dari kuman keluarga Salmonella, yaitu S. typhosa.

Terima kasih atas informasi ini. Tapi maaf, saya sedikit bingung dengan istilah 'tipes'. Apakah ini 'tifoid'? Soalnya sering saya dengar istilah ini, tapi kayaknya lebih sering dipakai untuk 'tifus', dan setahu saya itu penyakit lain, tidak akibat Salmonella?

Apakah penyakit tifoid sering ditemu di Indonesia? Kalau begitu, ada yang tahu apakah telur akibat utama?

Pada hari sama, Bayu P. Hie wrote:
> Di Indonesia juga tentunya terjadi penularan Salmonella melalui
> telur tidak matang. Saya katakan tidak matang karena di Indonesia
> orang tidak saja makan telur setengah matang, banyak juga yang
> makan telur mentah (kuning telurnya). Tetapi yang berbeda di sini
> bahwa tubuh orang Indonesia sudah 'kenal' Salmonella sejak kecil,
> sehingga outbreak Salmonella karena telur tidak matang hampir tidak
> pernah terjadi, kalaupun ada hanya sporadis, dan biasanya sang
> pasien juga tidak menyadari penyakitnya dikarenakan telur tidak
> matang. Sebagai gambaran, di Indonesia Widal test untuk Salmonella
> baru dianggap bermakna secara klinis jika positif lebih dari 1/80
> untuk O, dan 1/160 untuk H.

Mungkin saya bisa minta informasi lebih jelas mengenai hasil tes ini--apa artinya angka tersebut?

Terima kasih

Chris
----------------------------------
Chris W. Green (chrisg@rad.net.id)
Jakarta, Indonesia
Tel: +62-21 846-3029 Fax: +62-21 846-1247


** From: "Bayu P. Hie" (pegasus@mmui.edu)

Hallo Chris,

Kalau Anda ingat, sejak saya masih di Belanda (a few years ago) kita sudah pernah saling kirim e-mail tentang penggunaan dana untuk AIDS. Senang sekali sekarang kita bisa diskusi dengan bahasa Indonesia.

Tes Widal adalah tes untuk mengukur antibodi (antibody) terhadap Salmonella typhii dan S. paratyphii. Sama seperti tes AIDS, hasil positif menunjukkan sang pasien telah pernah terinfeksi kuman tsb. Bedanya, karena Salmonella dapat diberantas dalam satu episode, maka harus dibedakan antara infeksi masa lalu (in the past) dan infeksi saat ini (current). Jika titer antibodinya tinggi maka kemungkinan besar ada current infection, sedangkan jika titernya rendah kemungkinan adalah residual dari past infection, atau current infection in early phase di saat antibodi belum terpacu. Karena di sini exposure thd Salmonella tinggi, maka standard titer dianggap tinggi adalah lebih dari 1/80 untuk anti-O atau lebih dari 1/160 untuk anti-H. In Western countries, titer positif lebih dari 1/20 untuk anti-O sudah very suggestive.

Titer positif 1/@ adalah jika reagent dicampur dengan serum darah pasien yang diencerkan @ kali masih menunjukkan kepositifan yang dapat dibaca. Anti-O adalah antibodi thd tubuh Salmonella, sedang anti-H adalah antibodi thd flagel (rambut) Salmonella. Umumnya anti-O lebih cepat menurun titernya daripada anti-H after the epidose is over.

Mudah-mudahan cukup jelas.

Dr. Bayu P. Hie


** From: "Bayu P. Hie" (pegasus@mmui.edu)

Karena Chris pernah bertanya di forum MLDI, maka jawaban ini saya cc-kan ke MLDI juga:

Memang Pak Chris yang jeli bisa membedakan antara istilah tipes (tifes, tifus, typhus) yang seharusnya, dengan istilah tifoid (typhoid). Memang seharusnya typhoid fever (istilah yang seharusnya dalam bahasa Indonesia adalah: demam tifoid) harus dibedakan dengan typhus (tipes, tifus). Typhoid disebabkan oleh Salmonella sp., sedangkan typhus disebabkan oleh Rickettsia sp., tes antibodinya pun beda, typhoid dengan tes Widal sedangkan typhus dengan tes Weil-Felix.

Saya mencoba merunut kesalahan ini balik, bukan mencari kambing hitam. Dokter di Indonesia biasa menyebut typhoid sebagai typhus, karena peninggalan bahasa Belanda. Di Belanda juga umum typhoid disebut typhus, sehingga para dokter di sana sendiri saat ini masih sering mempermasalahkan istilah ini, seperti Pak Chris.

Tentunya kita tidak dapat membiarkan kesalahan ini berlanjut, walau sudah tahu penyebabnya. Karena itu saya menghimbau IDI dan rekan-rekan sejawat, agar mulai saat ini menggunakan istilah demam tifoid menggantikan tipes, pada kasus Salmonella infection. Kita pernah dijajah Belanda, tetapi bukan berarti kita menerima dijajah terus walaupun dalam istilah. Mungkin capek dalam menjelaskan ke pasien istilah baru bagi mereka ini, tapi kalau bukan kita yang berbuat, siapa lagi?

Terima kasih Pak Chris atas sumbangan pemikirannya.

Dr. Bayu P. Hie

PS: Mengenai salah diobati, tidak perlu terlalu kuatir, karena antibiotik yang efektif untuk kedua jenis penyakit kurang lebih sama. Yang lebih dikuatirkan adalah dokter kita nanti kesulitan dalam 'go international'.

-----Original Message-----
From: Chris W. Green (chrisg@rad.net.id)

Saya juga masih bingung dengan istilah 'tipes'; kayaknya dipakai sebagai 'interchangeable' untuk 'tifoid' dan 'tifus', walaupun penertian saya penyakit ini memang lain. Sebetulnya, kalau ini benar, saya sedikit ngeri kalau ada dokter disini kayaknya cuwek dengan pakai istilah yang benar; dengan ini ada kemungkinan akan salah diobati, bukan? Gimana pendapat Pak dokter?

.......

Maaf saya lemparkan pertanyaan terus...

Salam hangat
Chris


** From: RAJA KOMKOM (radja@medac.geoph.itb.ac.id)

DH,

Mau tanya kenapa kok orang yang udah kena Tifus lebih gampang kambuh, Apakah Usus yang sudah luka itu nggak sembuh-sembuh ?

Thanks for Answer


** From: "drHRMTauhid-al-Amien,MSc.,GradDipHPEd." (tauhid@iname.com)

Saya khawatir yang Anda maksud dengan tifus itu bukan Typhoid Fever yang disebabkan oleh kuman Salmolella typhosa itu. Penderita sakit tipes yang sembuh boleh dikata selalu disertai dengan adanya kekebalan tubuh (immunity) terhadap kuman tipes, jadi justru tidak akan terserang lagi dalam jangka waktu tertentu (biasanya tiga bulanan).

Memang ada juga penderita tipes yang tampaknya sembuh tetapi sebenarnya di dalam tubuhnya masih ada kumannya yang juga masih berkembang biak, misalnya karena kumannya itu dapat masuk dan tinggal di kandung empedunya. Orang seperti ini tidak tampak sakit, tetapi tinjanya ataupun tangannya yang mungkin tercemar oleh kotoran dari duburnya akan menyebarkan penularan tipes yang sulit terdeteksi, Orang seperti ini dikenal dengan sebutan umum CARRIER. Orang seperti ini sangat berbahaya jika bekerja di bidang layanan makanan!

Jadi yang Anda maksud dengan kambuhan mungkinhanya demam-demam biasa (flu?) yang dikait-kaitkan dengan penyakit tipes yang pernah dideritanya. 1