"Operasi Prihatin" Agustus 1975 (I)



Hingga kini, Pemerintah Portugal merasa diusir dari wilayah jajahannya oleh invasi Angkatan Perang Indonesia pada Desember 1975. Soebijakto Prawirasoebrata Kepala Eksekutif Lembaga Pengkajian Strategis Indonesia menuliskan pengalamannya yang menunjukkan bagaimana sebetulnya Timor Timur ditinggalkan oleh pemerintah jajahan dan membiarkannya dilanda perang saudara.


Semuanya berpangkal pada terjadinya kudeta pada tanggal 25 April 1974 di Portugal. Kekuatan kiri -sebagai inti kekuatan yang berhasil merebut kekuasaan- melakukan 2 program politik baru, yaitu demokratisasi dan dekolonisasi.

Di Timor Timur (Timtim), pemerintahan baru Portugal yang berhaluan kiri itu menjanjikan adanya perubahan-perubahan penting, yaitu terciptanya hak-hak sipil termasuk demokrasi, penghapusan polisi rahasia, dihapusnya sensor terhadap pers, kebebasan membentuk partai-partai politik dan adanya referendum untuk menentukan hari depan jajahan ini.

Dalam rangka pelaksanaan janji-janji tersebut, dibentuk 3 partai besar, yaitu Associacio Popular Democratika Timorense (Apodeti), Uniao Democratika Timorense (UDT) dan Fronte Revolucionaria de Timor Leste Independente (Fretilin). Partai terakhir ini terkenal sebagai partai radikal dan berhaluan kiri, yang sebelumnya dikenal sebagai partai ASDT (Associacio Social Democratika Timorense) yang kemudian berganti nama sesuai dengan strategi front konsep komunis.

Penggantian nama dari ASDT ke Fretilin terjadi setelah kedatangan para mahasiswa sebagai kader kiri PCP Partai Komunis Portugal) dari Lisbon yang ditugaskan oleh kekuatan kiri di Portugal untuk menyusup ke dalam ASDT, yang kemudian berhasil mengubah haluan partai ke arah Marxis.

Satusatunya partai kiri ini mempunyai sasaran kemerdekaan penuh bagi Timtim tanpa terikat kepada suatu negara. Partai ini sangat memusuhi kedua partai yang lebih besar lainnya, karena Apodeti ingin bersatu dengan Indonesia, sementara UDT menginginkan tetap adanya hubungan dengan Portugal.

Seperti lazimnya partai kiri, Fretilin berusaha dan kemudian berhasil membentuk front bersama UDT untuk menghadapi Apodeti. Front ini tidak bertahan lama, karena pimpinan UDT akhirnya tahu, kerja sama di dalam front ini mengakibatkan UDT jatuh ke dalam perangkap strategi "Front" pihak Fretilin, seperti halnya sejarah-sejarah partai komunis di negara-negara lain telah membuktikan.

UDT makin yakin, Fretilin nantinya akan menjadi musuh utama yang akan menjerumuskan rakyat ke dalam keasingan marxisme, setelah Fretilin -dengan pertolongan dan dorongan perwira kiri Portugal seperti Mayor Mota dan Mayor Yonathas yang khusus dikirim dari Lisbon untuk tugas ini- berhasil menarik hampir seluruh tentara kolonial beserta senjatanya ke pihaknya.

Kedua perwira menengah yang dikenal sebagai anggota PCP ini, khusus dikirim pemerintah kiri di Portugal saat itu -yang banyak didominasi kader-kader PCP- untuk membina pemerintah dan angkatan perang kolonial di Timtim, dengan tugas merekayasa agar pemerintah yang akan datang di Timtim akan berhaluan kiri.

Melihat bahaya yang mengancam ini, UDT pada 11 Agustus 1975 melancarkan semacam perebutan kekuasaan dengan didukung sebagian polisi dan sebagain kecil tentara kolonial.

Dengan melihat perbandingan kekuatan saat itu -hampir seluruh anggota Angkatan Perang Kolonial yang berjumlah 30-an ribu orang bersenjata lengkap berpihak pada Fretilin- maka kecillah kemungkinan UDT untuk memenangkan konfrontasi bersenjata.

Mulai saat itu, berkecamuklah perang saudara dengan kekejaman-kekejaman tiada tara. Seperti sejarah negara-negara komunis sebelumnya, Fretilin mengadakan pembantaian massal terhadap lawan-lawan politiknya. Kuburan-kuburan massal yang berisi ratusan mayat pemimpin-pemimpin partai lawan dengan tangan terbelenggu, ditemukan pada awal tahun 1976 di Aileu.

Pembunuhan massal dengan cara menembak semenamena tahanan politik yang ditahan di ruang-ruang kelas sekolah dasr di Same, akhirnya terungkap pada saat yang sama. Percikan-percikan kering otak manusia dan serpihan-serpihan tulang kepala yang masih berrambut, terlihat banyak sekali menempel pada tembok kelas-kelas sekolah dasr itu.

Oknum-oknum Apodeti yang berhasil ditarik ke pihak Fretilin untuk menghadapi UDT akhirnya juga dibunuh semua. Mayat yang telah membusuk Sekjen Partai Apodeti ditemukan di Aileu, dengan tangan terikat ke belakang.

Minggu ke-empat Agustus 1975, pasukan bersenjata Fretilin berhasil mendesak UDT ke arah barat, sehingga separuh kota Dili dapat dikuasainya.

Menghadapi keadaan yang begitu kacau -pemerintah kolonial tidak mampu lagi memegang kendali komando Angkatan Perang Kolonialnya, karena telah diambil alih secara terrencana oleh Fretilin- akhirnya Portugal pada tanggal 23 Agustus 1975 meminta Indonesia agar menolong mengungsikan warga negara Portugal (asli) dan warga negara lainnya keluar dari perang saudara yang berkecamuk.

Kedua perwira Portugal -Mota dan Yonathas- telah melakukan dengan sempurna, tugas pengalihan kekuatan bersenjata kolonial Portugal....


  • Mabes Hankam melaksanakan Operasi Prihatin


    Mari berjiran di Milikilah Beranda Gratis

    1