Menggali Kata "JANCUK" Juli, Senin 30
2001 -- 16:48 WIB --
PERHATIAN !!!
JANGAN DIANGGAP SERIUS. HANYA SEBAGAI WAWASAN BERPENDAPAT SECARA DEMOKRATIS.
TERIMA KASH, CUK !!!
KALAU KURANG BERKENAN MOHON MAAF SEBELUMNYA...
Ini makian asli khas Suroboyo, atau boleh dibilang
segenap kawasan Jawatimuran. Tapi, makian ini kini sudah merambah ke jurusan Barat
dari Jawa Timur. Misalnya, kawasan Barat, sekitar Madiun, Ponorogo, dan mulai
masuk Solo, Yogya, makian ini semakin banyak didengar. Seiring dengan makin mobilitasnya
komunitas Arek, maka rasanya, di Jakarta sudah bukan barang aneh.
Jancuk memang memiliki penggal kata, kalau tak boleh
disebut sebagai sukukata awal pembentuk makian ini, yaitu 'cuk'. Sukukata 'cuk' ini dengan
mudah bisa kita cari sumbernya, yaitu kata 'encuk', yang artinya persetubuhan, seperti
'fuck'. Kata 'encuk' jelas masih dianggap porno kalau diungkapkan di kelompok orang yang
masih rada risih. Akibatnya, mereka yang suka memaki 'jancuk' dikategorikan sebagai
orang-orang kelas bawah.
Cerita-cerita mengenai heroisme komunitas Arek, membuat
kata jancuk ini dipakai untuk menegaskan identitas seseorang untuk menggunakan kata ini
pula. Tetapi, ada beberapa cara penggunaan yang keliru, sehingga terkesan kurang
genuine. Hanya mereka yang pernah akrab dengan suasana pergaulan antar Arek yang bisa
terdengar fasih mengucapkan kata-kata jancuk dan variannya dengan benar. Arek Suroboyo
bilang itu 'leko', seperti makanan yang nikmat, berminyak, dengan bumbu-bumbu
komplit. Sayur asem, jelas bukan jenis masakan yang terkategori 'leko'. Tetapi orang
bisa makan dengan 'leko'-nya, meski dengan sayur asem, tapi ditambah ikan asim, dan sambel
bajak serta nasi putih nan punel.
Varian-varian Jancuk adalah diancuk, diamput, jamput,
jangkrik. Jangkrik merupakan pengalihan kata jancuk, makian juga, agar masih bisa
disebut orang yang sopan. Tapi kalau sudah ingin memaki karena betul-betul sudah
sangat marah, pasti yang dipakai jancuk, bukan jangkrik.
Pun jamput serta diamput. Ini levelnya antara jancuk dan
jangkrik. Per vokal, sudah mendekati jancuk makian nan kasar, tetapi
dibungkus dengan akhiran yang rada sopan, terlihat dari pemilihan kata
'put' yang masih membuat bentuk bibir terlihat manis. Pada diamput maupun jamput
masih ada upaya untuk menekan makian agar tak terlalu kasar. Lebih-lebih bagi mereka yang
memiliki status sosial menengah ke atas. Atau, pas lagi berada di kerumunan
kelompok ini. Biasanya juga diucapkan pelan.
Meski kata jancuk dan turunannya tersebut sudah akrab di
telinga kalangan Arek, penggunaan kata tersebut untuk memaki masih
menjadi sebuah pemancing terjadinya kesalahpahaman. Dimulai dari kekagetan yang
dimaki, lalu terjadi pandang-pandangan, maka kesalahpahaman pasti akan muncul.
Padahal, maksudnya bukan memaki, cuma kaget saja. Anda kena senggol puntung rokok,
secara spontan bisa keluar kata 'jancuk' dengan intonasi keras. Penyenggol, yang
merasa tak sengaja, pas dia punya tongkrongan lebih seram, akan menjawab
kekagetan tersebut dengan pelototan 'mau apa !'.
Jancuk berkembang, tak cuma sekedar menjadi makian untuk
melengkapi sebuah kekagetan atau kemarahan, tetapi menjadi sebuah
cara mengungkapkan sesuatu yang bersifat superlatif. Seperti 'fucking' atau
'bloody' yang diikuti dengan kata lain, untuk menegaskan adanya sesuatu yang lebih
dari kata tersebut.
Penggunaan jancuk untuk keperluan lain bisa dengan kata
'jancuk' atau 'jancukan'. Tempelkan kata apa saja, dan lihatlah, jika kata
yang ditempelkan tersebut bersifat negatip, maka dia benar-benar diamksudkan
untuk menekankan sebuah perilaku, atau keadaan yang benar- benar sangat-sangat
negatip.
Anda bisa memilih menggunakan kata 'jancuk' kalau itu
untuk memberikan komentar, seperti 'jancuk elek-e', karena Anda begitu kesal melihat
sesuatu yang 'elek' atau jelek', yang terjadi saat itu. Misalnya Anda sedang
melihat sebuah tayangan televisi yang elek.
Sebaliknya, penggunaan kata 'jancukan' dilakukan untuk
sesuatu yang sudah lewat, ketika Anda menceritakan sesuatu hal kepada orang
lain. Wah 'jancukan elek-e', ketika Anda mau cerita sebuah tayangan televisi
yang sudah Anda lihat, dan mau Anda ceritakan sama orang lain.
Kalau kata yang mengiringi 'jancuk' maupun 'jancukan'
tadi sesuatu yang positip, maka itu adalah sebuah pengakuan tulus
terhadap sesuatu yang benar-benar positip' 'Jancuk ayune, rek', karena ada
cewek sekelas Sophia Latjuba lewat. Dan Anda pun bisa cerita sama teman, pernah
lihat Sophia Latjuba lewat. Dan sambil mengacungkan jempol, Anda bisa bilang
'jancukan ayune'. Kalau mau seru bisa diikuti dengan kata ikutan 'Sumpah !',
yang bisa dibikin rada lucu dengan 'Sumprit'.
Jancuk bisa dipakai untuk menyapa akrab seseorang. Tapi
tetap ingat, pada suasana apa kata ini dipakai. Seorang teman akrab ketemu,
dan lontaran 'Cuk, jik urip peno, cak....' justru akan melahirkan sebuah suasan
yang langsung cair dan gembira.
ITS, perguruan tinggi teknologi di Surabaya, malah
menggunakan kata CUK untuk semboyan mereka, 'ITS, Cuk !', yang dimaksudkan
untuk mengkaitkan eksistensi mereka dengan identitas ke-suroboyo-an ini. Dan ini
biasa diucapkan justru di acara resmi, seperti upacara. Tapi 'CUK' di sini merupakan
singkatan dari 'cakap, ulet, kreatif'. Toh begitu, rasanya juga masih terasa risi
kalau melihat stiker ini. Sebab, orang akan banyak terpeleset kepada 'cuk' yang
makian tadi. Bisa-bisa pembacanya lalu 'emang kalau lu ITS ngapain, dul...'
Anda sedang gemas, bisa juga pakai jancuk.
'Jancuuu.........k!'. 'Jan'-nya pendek, lalu ikuti dengan 'cuk' yang panjang, sampai
tuntas gemas Anda. Bisa juga ketika terasa kesakitan. Jari kepukul
martil, sambil memencet jari tersebut, ucapkan mantra ini, 'jancuu....k'. Bisa
juga dipakai ketika lagi beol, tapi sulit keluar. Sambil mengejan, mantra ini manjur
dipakai.
'Jancukan' bisa dipakai untuk memberi predikat. Tommy,
yang sudah ngabisin duit negara, tapi sembunyi, bisa dikenai predikat
ini, yaitu 'Tommy iku jancukan poll !'. Bisa juga mengambil kata dari
kawasan dekat Surabaya, Gresik, yaitu 'seru' sebagai pengganti 'poll'
tadi. Kalangan keturunan Cina menggunakan kata 'soro'. Misal, 'jancukan soro'.
Karena kata jancuk, dan cuk sudah begitu akrab, ada
stiker lucu, bergambar kata 'cuk' yang dicoret. Maksudnya 'Dilarang
cak-cuk sembarangan'.
Membaca posting ini pun Anda bisa komentar, 'cuk, cik
dowone....'. dan bisa diikuti 'Radha Murakabi bener-bener jancukan soro'.
Mari jancuk bareng-bareng. Cuk ! |