Matahari tak berubah
kemarin dan hari
ini
sejarah ikut berulang
masih itu-itu juga
Semula ada angin
segar
melayangkan mimpi
indah
tapi udara semakin
keruh
jalan-jalan pun
berkabut
Kau masih di bawah
kolong
berteduh bersama
anak jalanan
seraya mendulang
harapan
sekitar debu beterbangan
Siapa peduli pada
nasibmu
ketika orang gencar
berburu
tak membiarkan ada
tersisa
tersisih tetap yang
lemah
Masih begitu-begitu
juga
Siapa membuat sejarah
berulang
1998
ORANG-ORANG
TIKUNGAN
Orang-orang bergegas
ke tikungan
kereta melengking
lewat
orang-orang itu
pun lenyap
Di tengah gelanggang
upacara
orang-orang itu
tampil di panggung
mereka sangat mahir
menyihir kata reformasi
Orang-orang tikungan
jitu membaca cuaca
tahu kapan mendung
berlalu
seraya menunggu
kereta
Orang-orang tikungan
muncul dari segala
arah
1998
HARI-HARI
AMARAH
Hari-hari penuh teriakan
hari-hari penuh
makian
hari-hari penuh
kutukan
hari-hari penuh
perlawanan
hari-hari berdarah
hari-hari amarah
hari-hari airmata
hari-hari putus
asa
hari-hari bimbang
hari-hari tak menentu
hari-hari menyakitkan
hari-hari harapan
hari-hari kemenangan
Semua itu terjadi
karena ribuan hari terkerangkeng
ribuan hari penuh
ancaman
ribuan hari penuh
tekanan
ribuan hari kita
diam dan dibungkam
ribuan hari kita
tak tahu mau berbuat apa
ribuan hari sebuah
rezim mempertahankan kekuasaannya
dengan segala cara
dan rekayasa
ribuan hari kita
diadu domba
ribuan hari mereka
membodohi kita
ribuan hari mereka
menjarah daging, darah, pikiran,
perasaan, harapan
dan mimpi-mimpi kita
mereka mengepung
kita
mereka memasang
telinga dan mata di dinding rumah kita
Penjarah-penjarah
berdasi
penjarah-penjarah
bermobil mewah
melintas di jalan
raya dengan pongah,
dengan senyum palsu
di ujung senyum
ia tembakkan senjata
ia lakukan penculikan
ia lakukan penangkapan
ia sekap mulut,
hati nurani, dan hari depan bangsa
Ketika penjarah
jalanan menyerbu toko-toko
siapa guru dan panutan
mereka kalian semua!
kalian yang telah
menjarah negeri ini sejak sepuluh,
dua puluh, atau
tiga puluh tahun lalu
Kini negeri ini
engkau sengsarakan
semua telah habis,
habis,
habis...
bahkan juga airmata
kami begitu pedih, begitu memilukan
negeri ini engkau
biarkan sekarat dan luka parah
Sekarang engkau
jangan lari
bersujudlah di depan
airmata rakyat
jalani hukuman di
dalam penjara derita rakyat
Kini engkau terpuruk
oleh dosa-dosamu
engkau terkapar
oleh suara hatimu sendiri
engkau sangat terlambat
untuk jatuh terhormat
engkau biarkan rasa
sakit berkepanjangan
negeri dalam duka
cita yang memilukan
Sejarah meningalkanmu
sendirian!
1998
juni - 1999