EDDY WAHYUDDIN SP
Percakapan apa kau timbun di sini?
semalaman bulan mereka tabuh
iramanya membelenggu roh kepedihan
memburu makna kehidupan,
menggeram menyusup lewat jendela prasangka
Wahai, cucu Sang Fajar
lihat leher negeri hijau tua ini
mereka gelayuti malapetaka,
hitam kusam tanah jadi tak berwarna
air beku di dahan kaku
menggambar garis batas demarkasi
mengaburkan terang dini hari
dari keindahan musim bernama puisi diri
Tak percayakah kau kepada matahari
suara erangannya lepas menyeruak bumi
melunuhkan kemilau sayap cinta pada hati
menebarkan daun-daun bermantra gaib
tentang deru di bawah tanah,
bergemuruh,
meronta dengan wajah keruh
menembangkan lagu lolong
Kini dengar cucu Sang Fajar
kedipkan matamu sebagai satu isyarat
kakek, juga bapak, sudah lama jadi belulang
di mana-mana ibumu mengeluh,
ujarnya
Pertiwi telah terkepung jutaan aksara
dusta,
menyusuri gerhana duka
Ah, marilah kita sabung nyawa ke lidah
fajar menari
sambil memekik,
dongeng nenek tak menarik hati kami lagi
biarlah aku menjalani karmaku sendiri
menjilati racun yang tadi kau bagi,
saat menanti datangnya pagi
walau itu tak lagi punya arti
Banjarmasin, Mei
1998
juni
- 1999