|
sajak - sajak peduli bangsa
( diambil dari rubrik
SIRKUIT harian Republika Minggu )
GOLA
GONG
|
|||
|
BERKACALAH,
NEGERIKU
Berkacalah,
negeriku
ketika
mahasiswa menjadi bara,
bara
membara di seluruh negeri
nyawa
dijadikan coba-coba,
coba-coba
taruhannya
nyawa
masyarakat menangis dijadikan
maling,
maling sungguhan tertawa-tawa
fakta
jadi isapan jempol,
jempol
dan telunjuk serupa pelatuk
(kemudian
berakhir di meja-meja perundingan
sambil
mencungkili slilit dengan gelondongan kayu)
Berkacalah,
negeriku
ketika
petani menanam padi,
padi
dimakan belalang,
belalang
dimakan petani,
petani
menanam harapan,
hutan
jadi asap,
asap
terbang ke negeri tetangga,
tetangga
sedia menyumbang,
sumbangan
membuat rakyat sengsara
(kemudian
para orangtua menangisi masa depan
sambil
menyuapi bayi-bayi nusantara dengan susu air tajin)
berkacalah,
negeriku,
kau
tak perlu berbedak
berkacalah,
negeriku,
kau
tak perlu malu
kebon
jeruk, mei berdarah, 1998
LIDAH
Beruntung
aku punya lidah,
sehingga
bisa bicara
kutata
kalimat alif bata,
walau
tak peduli hati patah
Betapa
takjub aku pada lidah,
tak
bertulang pula
Lidah
kubasahi ludah,
begitu
jika bermain lidah
Lidah
bikin hati gundah,
tubuhku
jadi basah
Tapi
ada orang tak tahu diri pada lidah
dipakainya
lidah untuk sumpah serapah
Padahal
lidah tajam bagai pedang membelah
Beruntung
aku punya lidah,
sehingga
bisa bicara
tak
peduli pada
siapa
benar siapa salah
kebon
jeruk, februari 1998
|
|||
|
||||
juni - 1999
|
||||