simpati dan empatiku kepada mahasiswa pro
reformasi
aku membaca cuaca berkabut serba asing
ada lolong anjing mengendus bangkai tertimbun
burung-burung gamang kehilangan sarang
suaranya mengacau mimpi bocah
aku membaca
gelagat badai membutakan segala pandang
tahun-tahun kemenangan yang angkuh dan
sekaligus lumpuh,
ketakutan berlarut-larut
orang-orang berlagu dalam bahasa serdadu
dan langgam kekuasaan besi:
hawa kekerasan penggelapan,
cara aman sendiri sudah ke akar-akar
menjalar ganas dan begitu terbukanya!
seribu pena pun ditorehkan tandas-tandas
atas kesaksian,
merah putih bahasa cinta yang sama
kita bela tapi selalu saja dipatahkan
tangan-tangan tiran!
aku membaca
jiwa-jiwa dilanda api bersikeras ke jalan
mahasiswa dan wartawan tak berjarak,
rapat-rapat gerak
suara-suara kemanusiaan yang digebuk-remuk
inilah tembang sajak indah gelegak tinta
darah reformasi
yang lama mengendap di bawah tanah
terus-teruslah merapat beri arus baru
setiap gerak
agar tanah air tak mati angin
berkepanjangan kampus adalah arus itu
sendiri!
April 1998
Sajak
ini diteaterikalisasikan oleh penyairnya pada pentas
Ekspresi
Seni Keprihatinan Mahasiswa IKJ
di
Trotoar TIM, 15 Mei 1998
juni
- 1999