|
inilah
zaman kemajuan
ada syrup
rasa jeruk dan durian
ada kripik rasa
keju dan ikan
ada republik
rasa kerajaan
zaman
kemajuan - 1997
|
|
|
NEGERI
TEKA TEKI
jangan
tanya, tebak saja
jangan
tanya apa
jangan
tanya siapa
jangan
tanya mengapa
tebak
saja
jangan
tanya apa yang terjadi
apalagi
apa yang ada di balik kejadian
karena
disini yang ada memang
hanya
kotak-kotak teka-teki silang
dan
daftar pertanyaan-pertanyaan
jangan
tanya mengapa
yang
disana dimanjakan
yang
disini dihinakan,
tebak
saja
jangan
tanya siapa
membunuh
buruh dan wartawan
siapa
merenggut nyawa
yang
dimuliakan Tuhan
jangan
tanya mengapa,
tebak
saja
jangan
tanya mengapa
yang
disini selalu dibenarkan
yang
disana selalu disalahkan
tebak
saja
jangan
tanya siapa
membakar
hutan dan emosi rakyat
siapa
melindungi penjahat keparat
jangan
tanya mengapa,
tebak
saja
jangan
tanya mengapa
setiap
kali terjadi kekeliruan
pertanggungjawabannya
tak karuan
tebak
saja
jangan
tanya siapa
beternak
kambing hitam
untuk
setiap kali dikorbankan
tebak
saja
jangan
tanya siapa
membungkam
kebenaran
dan
menyembunyikan fakta
siapa
menyuburkan kemunafikan dan dusta
jangan
tanya mengapa
tebak
saja
jangan
tanya siapa
jangan
tanya mengapa
jangan
tanya apa-apa
tebak
saja
rembang
- oktober 1997
|
|
|
KAUM
BERAGAMA NEGERI INI
Tuhan,
lihatlah betapa kaum beragama negeri ini
mereka
tak mau kalah dengan kaum beragama lain
di
negeri-negeri lain,
demi
mendapatkan ridha Mu
mereka
rela mengorbankan saudara-saudara mereka
untuk
berebut tempat terdekat di sisi Mu
mereka
bahkan tega menyodok dan menikam
hamba-hamba
Mu sendiri
demi
memperoleh rahmat Mu
mereka
memaafkan kesalahan
dan
mendiamkan kemungkaran
bahkan
mendukung kelaliman
untuk
membuktikan keluhuran budi mereka
terhadap
setanpun mereka tak pernah berburuk sangka
Tuhan,
lihatlah betapa baik kaum beragama negeri ini
mereka
terus membuatkan Mu rumah-rumah mewah
di
antara gedung-gedung kota
hingga
tengah-tengah sawah
dengan
kubah-kubah megah dan menara-menara menjulang
untuk
meneriakkan nama Mu
menambah
segan dan keder hamba-hamba kecil Mu
yang
ingin sowan kepada Mu
nama
Mu mereka nyanyikan dalam acara hiburan
hingga
pesta agung kenegaraan
mereka
merasa begitu dekat dengan Mu
hingga
masing-masing merasa berhak mewakili Mu
yang
memiliki kelebihan harta membuktikan
kedekatannya
dengan harta yang Engkau berikan
yang
memiliki kelebihan kekuasaan membuktikan
kedekatannya
dengan kekuasaan yang Engkau limpahkan
yang
memiliki kelebihan ilmu membuktikan
kedekatannya
dengan ilmu yang Engkau karuniakan
mereka
yang Engkau anugerahi kekuatan
seringkali
bahkan merasa diri Engkau sendiri
mereka
bukan saja ikut menentukan ibadah
tapi
juga menetapkan siapa ke sorga siapa ke neraka
mereka
sakralkan pendapat mereka
dan
mereka akbarkan semua yang mereka lakukan
hingga
takbir dan ikrar mereka
yang
kosong bagai perut bedug
Allahu
Akbar Walillahil Hamd
rembang
- menjelang idul adha 1418 / 1998
|
REFORMASI TERUS MELAJU
api terus melalap kota dan hutan
bayi-bayi terus dikabarkan dibuang sembarangan
demam berdarah terus meminta korban
aktivis-aktivis terus dikabarkan hilang
perusahaan-perusahaan besar terus dibingungkan
utang
menteri-menteri terus bernegosiasi dengan
para pemilik piutang
bank-bank terus deg-degan
petinggi-petinggi negeri terus berusaha
meyakinkan
negara-negara donor terus mempertimbangkan
bantuan
ibu-ibu rumah tangga terus mengeluhkan
harga bahan-bahan
toko-toko yang pintunya tak pro reformasi
terus jadi sasaran penjarahan
korupsi, kolusi dan nepotisme terus menjadi
pembicaraan
pengamat terus mengkritik dan mempertanyakan
pakar-pakar terus berteori
mahasiswa terus berdemonstrasi
abri terus berjaga-jaga
politisi-politisi terus memasang kuda-kuda
ulama dan umara terus beristighatsah dan
berdoa
modal dan moral terus terkikis
sembako dan kepercayaan terus menipis
harga-harga terus naik
rupiah yang dicintai terus melemah
orsospol-orsospol terus bengong
wakil-wakil rakyat terus tampak bloon
padahal pak harto sudah lengser keprabon
reformasi terus melaju
rembang
- 1998
|
TEKA
TEKI
binatang
apa kira-kira
yang
hendak membangun istana
untuk
kita semua
?
1998
|
akhirnya api keserakahan
kalian
membakar hutan belukar
dan dendam
asapnya menyesakkan
napas
berjuta-juta manuasia
memedihkan mata
mereka
akhirnya kalian harus
memetik hasil
dari apa yang kalian
ajarkan
ribuan orang kini
telah pandai
meniru kalian menjarah
apa saja
yang tersisa dari
sehabis jarahan kalian
beberapa tokoh sudah
pandai meniru kalian
menyembunyikan gombal
kepentingan
dalam retorika yang
dimanis-maniskan
akhirnya kalian harus
membayar
kemerdekaan dan
kedamaian
yang selama ini
kalian curi dari kami
kepercayaan yang
selama ini
kalian lecehkan
1998
|
KINILAH
SAATNYA BERTERUS TERANG
setelah sekian lama
kita dihimpit gelap kabut
ditindih rasa takut
setelah sekian lama
kita digoncang deru angin
setelah semua kata-kata
hanya menggumpal dalam dada
setelah semua merasa lara
kinilah saatnya berterus
terang
jangan tutupi kebenaran
agar dunia tetap terang
jangan tutupi kesalahan
biar dada tetap lapang
kinilah saatnya berterus
terang
jangan biarkan rasa takut
membuatmu menjadi munafik
dan pengecut
cahaya kebenaran telah datang
kinilah saatnya berterus
terang
marilah kita bicara laiknya
saudara
jangan lagi kita biarkan
kepentingan merekayasa kita
menyumbat makna
tumpukan kata menyuburkan
dendam
tumpukan keluhan meledakkan
dada
dan akhirnya dendam membakar
segalanya
kinilah saatnya berterus
terang
setelah sekian lama
kita saling terkam bagai
serigala
masihkah tersisa kemanusiaan
kita ?
setelah sekian lama
kebencian antara kita membara
masihkan kita bersaudara
?
1998
|
GELOMBANG
GELAP
gelombang gelap menyapu
negeriku
memedihkan mata
dan hatiku
siapa kalian menggiring
gelap
atas panorama bumiku
yang elok gemerlap
?
kenikmatan apa yang
kalian cari
maka segala milik
kami
kalian curi
hingga secercah
harapan yang tersisa
pada kami
?
kalian bakar hutan
dan dendam
hingga kobarannya
sampai kini
tak kunjung padam
gelombang gelap
menyapu negeriku
mengacaukan akal
sehat
orang-orang waras
menghentikan kesibukan
kerja para pekerja
merusuhkan belaian
kasih sayang para penyayang
menjauhkan keakraban
saudara dengan saudara
mengganggu keasyikan
bermain bocah-bocah
mengusik kekhusukan
para mukmin beribadah
gelombang gelap menyapu
negeriku
Tuhan, ampunilah
kami
yang tanpa sadar
ikut memperpekat gelap
yang mereka giring
kemari
dan datanglah kembali
dengan maha cahya
Mu
tahta dan singgasana
tempatnya di istana
uang dan emas
tempatnya di brankas
rumah dan sawah
tempatnya di tanah
padi dan jagung
tempatnya di lumbung
ternak dan kuda
tunggang tempatnya di kandang
barang-barang
tempatnya di gudang
jangan ditempatkan
di hari !
|
|
DI
LUAR HENING LANGIT
di luar hening langit meredam
ronta tangisku atas kehidupan
penuh dendam
ketika nurani menagih janji
ketika kemerdekaan menuntut
tanggung jawab
pada kekuasaan yang membantai
kemanusiaan
pada kepemimpinan yang menyia-nyiakan
kesetiaan
pada kekuatan yang memanfaatkan
kesabaran
pada keserakahan yang menghina
keadilan
ternyata angkara masih saja
ikut bicara
o, hening langit
beri kami keindahan bulanmu
untuk menghias batin kami
beri kami cerah mentarimu
untuk mengusir awan gelap
pikiran kami
beri kami hening bintang-bintang
mu
untuk menerbitkan kearifan
diri kami
o, hening langit
ajarilah kami meredam dendam
agar keadilan dan kebenaran
sendiri tegak
bagai takdir yang tak tertolak
amin
1418
|
selama ini di
negerimu
manuasia tak
punya tempat
kecuali di pinggir-pinggir
sejarah yang mampat
inilah negeri
paling aneh
dimana keserakahan
dimapankan
kekuasaan dikerucutkan
kemunafikan dibudayakan
telinga-telinga
disumbat harta dan martabat
mulut-mulut dibungkam
iming-iming dan ancaman
orang-orang penting
yang berpesta setiap hari
membiarkan leher-leher
mereka dijerat dasi
agar hanya bisa
mengangguk dengan tegas
berpose dengan
gagah
di depan kamera
otomatis yang gagu
inilah negeri
paling aneh
negeri adiluhung
yang mengimpor
majikan asing
dan sampah
negeri berbudaya
yang mengekspor
babu-babu dan
asap
negeri yang sangat
sukses
menernakkan kambing
hitam dan tikus-tikus
negeri yang akngkuh
dengan utang-utang
yang tak terbayar
negeri teka-teki
penuh misteri
selama ini di
negeri mu
kebenaran ditaklukkan
oleh rasa takut
dan ambisi
keadilan ditundukkan
oleh kekuasaan
dan kepentingan
nurani dilumpuhkan
oleh nafsu dan
angkara
selama ini di
negeri mu
manusia hanya
bisa
mengintip masalahnya
dibicarakan
menghabiskan
anggaran
oleh entah siapa
yang hanya berkepentingan
terhadap anggaran
dan dirinya sendiri
selama ini di
negeri mu
anginpun menjadi
badai
matahari bersembunyi
bulan dan bintang
tenggelam
burung-burung
mati
bunga-bunga layu
sebelum berkembang
dan tembang menjadi
sumbang
puisi menjadi
tak indah lagi
yang tersisa tinggal
doa
dalam rintihan
mereka yang tersia-sia
dan teraniaya
untunglah Allah
Yang Maha Tahu
masih berkenan
memberi waktu
kepadamu untuk
memperbaiki negerimu
dari kampus-kampusmu
yang terkucil
Ia mengirim burung-burung
ababil
menghujani segala
yang batil
dengan batu-batu
membakar dari sijjil
dan pasukan bergajah
abradah kerdil
bagai daun-daun
dimakan ulat
beruntuhan menggigil
di negeri mu
kini telah menyingsing
fajar peradaban baru
jangan tunggu,
ambil posisi mu
proklamasikan
kembali
kemerdekaan negeri
mu
rembang,
1998
|
|
JADI
APA LAGI
jadi
apa lagi
yang
bisa kita lakukan
bila
mata sengaja dipejamkan
telinga
sengaja ditulikan
nurani
mati rasa
?
apalagi
yang
bisa kita lakukan
bila
kepentingan lepas dari kendali
hak
lepas dari tanggung jawab
perilaku
lepas dari rasa malu
pergaulan
lepas dari persaudaraan
akal
lepas dari budi
?
apalagi
yang
bisa kita lakukan
bila
pernyataan lepas dari kenyataan
janji
lepas dari bukti
hukum
lepas dari keadilan
kebijakan
kepas dari kebijaksanaan
kekuasaan
lepas dari koreksi
?
apalagi
yang
bisa kita lakukan
bila
kata kehilangan makna
kehidupan
kehilangan sukma
manusia
kehilangan kemanusiaannya
agama
kehilangan Tuhan nya
?
apalagi,
saudara
yang
bisa
kita
lakukan
?
Allah,
kalau
saja itu semua
bukan
kemurkaan dari Mu terhadap kami
kami
tak peduli
rembang,
awal dzulhijjah 1418 / 1998
|
rasanya
baru kemarin bung karno dan bung hatta
atas nama kita menyiarkan dengan seksama
kemerdekaan kita di hadapan dunia
rasanya
gaung pekik merdeka kita
masih memantul-mantul
tidak hanya dari mulut-mulut jurkam pdi
saja
rasanya
baru kemarin
padahal sudah lima puluh tiga tahun lamanya
pelaku-pelaku sejarah yang nista dan yang
mulia
sudah banyak yang tiada
penerus-penerusnya sudah banyak yang berkuasa
atau berusaha
tokoh-tokoh pujaan maupun cercaan bangsa
taruna-taruna sudah banyak yang jadi
petinggi negeri
mahasiswa-mahasiswa yang dulu suka berdemonstrasi
sudah banyak yang jadi menteri
rasanya
baru kemarin
padahal sudah lebih setengah abad lamanya
negara sudah semakin kuat
rakyat sudah semakin terdaulat
pembangunan ekonomi kita sudah sedemikian
laju
semakin jauh meninggalkan pembangunan
akhlak
yang tak kunjung maju
anak-anak kita sudah semakin mekar tubuhnya
bapak-bapak kita sudah semakin besar perutnya
rasanya baru kemarin
padahal sudah lima puluh tiga tahun kita
merdeka
kemajuan sudah menyeret dan mengurai
pelukan kasih banyak ibu-bapa
dari anak-anak kandung mereka
kemakmuran duniawi sudah menutup mata
banyak saudara terhadap saudaranya
daging sudah lebih tinggi harganya
dibanding ruh dan jiwa
tanda gambar sudah lebih besar pengaruhnya
dari bendera merah putih dan lambang garuda
pejuang marsinah sudah berkali-kali
kuburnya digali tanpa perkaranya terbongkar
preman-preman sejati sudah berkali-kali
diselidiki dan berkas-berkasnya selalu
terbakar
rasanya
baru kemarin
padahal sudah lebih setengah abad kita
merdeka
pahlawan-pahlawan idola bangsa
seperti diponegoro
imam bonjol dan sisingamangaraja
sudah dikalahkan oleh ksatria baja hitam
dan kura-kura ninja
banyak orang pandai sudah semakin linglung
banyak orang bodoh sudah semakin bingung
banyak orang kaya sudah semakin kekurangan
banyak orang miskin sudah semakin kecurangan
rasanya
baru kemarin
banyak ulama sudah semakin dekat kepada
pejabat
banyak pejabat sudah semakin erat dengan
konglomerat
banyak wakil rakyat sudah semakin jauh
dari umat
banyak nurani dan akal budi sudah semakin
sekarat
( hari ini ingin rasanya
aku bertanya kepada mereka semua
sudahkah kalian
benar-benar merdeka ? )
rasanya
baru kemarin
tokoh-tokoh angkatan 45 sudah banyak yang
koma
tokoh-tokoh angkatan 66 sudah banyak yang
terbenam
rasanya
baru kemarin
negeri zamrud katulistiwaku yang manis
sudah terbakar habis
dilalap krisis demi krisis
mereka yang kemarin menikmati pembangunan
sudah banyak yang bersembunyi meninggalkan
beban
mereka yang kemarin mencuri kekayaan negeri
sudah meninggalkan utang dan lari mencari
selamat sendiri
rasanya baru kemarin
padahal sudah lebih setengah abad kita
merdeka
mahasiswa-mahasiswa penjaga nurani
sudah kembali mendobrak tirani
para oportunis pun mulai bertampilan
berebut menjadi pahlawan
politisi-politisi pensiunan
sudah bangkit kembali
partai-partai politik sudah bermunculan
dalam reinkarnasi
rasanya
baru kemarin
tokoh-tokoh orde lama sudah banyak yang
mulai menjelma
tokoh-tokoh orde baru sudah banyak yang
mulai menyaru
rasanya
baru kemarin
pak harto sudah tidak menjadi tuhan lagi
bayang-bayangnya sudah berani persi sendiri
mester habibie sudah memberanikan diri
menjadi presiden transisi
bung harmoko sudah tak lagi
mengikuti petunjuk dan mendominasi televisi
gus dur muali siap madeg pandita
ustadz amin rais sudah siap jadi sang
nata
mbak mega sudah mulai agak lega
mas surjadi sudah mulai jaga-jaga
( hari ini rasanya
aku bertanya kepada mereka semua
bagaimana rasanya merdeka )
rasanya baru kemarin
padahal sudah lima puluh tiga tahun kita
merdeka
para jendral dan pejabat sudah saling mengadili
para reformis dan masyarakat sudah nyaris
tak terkendali
mereka kemarin yang dijarah
sudah mulai pandai meniru menjarah
mereka yang perlu direformasi
sudah mulai fasih meneriakkan reformasi
mereka yang kemarin dipaksa-paksa
sudah mulai berani mencoba memaksa
mereka yang kemarin dipojokkan
sudah mulai belajar memojokkan
rasanya baru kemarin
orangtuaku sudah lama pergi bertapa
anak-anakku sudah pergi berkelana
kakakku sudah menjadi politikus
aku sendiri sudah menjadi tikus
( hari ini
setelah lima puluh tiga tahun kita merdeka
ingin rasanya aku mengajak kembali
mereka semua yang kucinta
untuk mensyukuri lebih dalam lagi
rahmat kemerdekaan ini
dengan mereformasi dan meretas belenggu
tirani
diri sendiri
bagi merahmati sesama )
rasanya baru kemarin
ternyata sudah lima puluh tiga tahun kita
merdeka
( ingin rasanya
aku sekali lagi menguak angkasa
dengan pekik yang lebih perkasa :
merdeka ! )
8
Agustus 1998