|
sajak
- sajak peduli bangsa
(
diambil dari rubrik SIRKUIT harian Republika Minggu )
PANJI
UTAMA
PERJALANAN
DI NEGERI TERBAKAR
janganlah menangis di
perjalanan
meski dari kaca jendela
kau dapati pohon-pohon berdaun api,
kehijauan ditukar warna-warni
atau rumah-rumah berdiri
tanpa pondasi.
kalau kau terima angin
bersama asap kabut
yang memenuhi malam pantasnya
kaudekap
bukankah cinta satu paksaan
sederhana?
maka janganlah menangis
di perjalanan
membiarkan airmata kering
di kemarau panjang.
negeri yang ngalirkan
mata air tak henti di ketakpastian musim,
negeri yang bebaskan orang-orang
menanam tanpa takut panen berlimpah,
negeri yang menjaga anak-anak
gembira ceritakan cita-citanya,
katakanlah kenangan itu;
kita pemacu laju!
kalau ada yang belum bertuju
karena sepanjang pandang
negeri terbakar,
janganlah menangis di
perjalanan dan kepala arah hilang percaya:
cermati gelap sebagai
peta di terang.
tak ada kemarau dan penghijauan
berlama-lama,
hari itu ayahku berkata,
''taklah panjang yang
pendek, taklah pendek yang panjang!''
janganlah menangis di
perjalanan
karena airmata dan kesedihan
-- seperti juga semangat
dan keberanian --
tak gugurkan kejenuhan
Lpg-Pdg,
1998
juni - 1999
|