|
ketukan menjemput goyang-goyang
ombak
sampai ke batas risau
kesabaran.
sejarah jelas tak bersedia
mengering.
arus yang memahatkan sampai
ke hilir-hilir jalanan.
catatan menggelombang
mereka
anak mata angin dari langit
menembus barigade
sampai ke sumbat kebebasan
siapa yang mengundang
mereka
lautan berteriak dan lembah-lembah
air mata
sebilah kekuatan pedang
menyatu
keyakinan tak ada keadilan
dan kebenaran terlipat.
para demonstran tak memiliki
bom kekuasaan
tak ada panglima seperti
sebuah dongeng
yang memberangkatkan kereta-kereta
persajakan hati nurani
lembar abad menjemputnya
dalam berbagai nyala obor
terpeluk
terik yang membakar nyanyian
putih
memercik mengarungi arus
sungai
yang bertumpuk-tumpuk
menjadi kabut
membayangi dahan-dahan
berselinap bayang.
bergayutan di halaman
kampus
menorehkan kesaksian-kesaksian.
kegelisahan demi kegelisahan
sudah terbelenggu
upacara kebohongan sedemikian
jauh
melalui sekian jarak waktu
dan berjuta lubuk hati
mencairkannya
|