VIDDY ALYMAHFOEDH
DAERY
semakin hari
airmata kami bergerak
datang dari segala penjuru memenuhi
semua tempat mengepung
dan menuju istana-istanamu
maka tak ada tempat lagi untukmu sembunyi
semua tempat telah dikuasai genangan-genangan
airmata kami
barikade-barikade lapis baja macet dan
lumpuh
tenggelam oleh genangan airmata kami
pasukan-pasukan bersenjata
yang menjaga istana-istanamu
tenggelam dan kelelap
oleh kedalaman airmata kami
yang terus membubung
seperti laut merah
menelan angkatan bersenjata Fir'aun
anjing-anjingmu yang ganas
kini semua mengapung timbul tenggelam
sebagai bangkai-bangkai
yang ditolak langit dan bumi
maka jangan lagi lari dan bersembunyi
menyerahlah dan tampakkan dirimu
akuilah semua dosa-dosamu
yang membuat kami menderita
kekejamanmu yang luarbiasa
yang menguras airmata kami
yang akhirnya kian membubung
dan berbalik mengepung dan menujumu:
meminta pertanggunganjawabmu!!!
Jakarta, April 1998
( diilhami sajak Tanah
Air Mata
Sutardji Calzoum Bachri
)
jangan beri kami apa-apa
biarlah semuanya untuk tuan saja
hutan, batu, gunung, danau
minyak, air dan hasil bumi
telah kami bungkus rapi
kapal tuan tinggal merapat
dan kami menunggu di dermaga
segera mualim memberi isyarat
kami akan memasukkan semuanya
jika sekiranya masih ada yang tuan rasa
masih ada sisa dan ketinggalan
kami akan segera kirimkan
kami telah catat
alamat persembunyian tuan
di negara-negara sahabat
ini adalah paket terakhir
yang masih bisa kami siapkan
tapi dengan kemasan paling rapi
ketimbang ratusan juta paket yang dulu
yang pernah kami buat untuk tuan
di zaman perampokan besar-besaran
yang hitam, kelabu dan berdarah
tapi kami tak akan mendendam
satu saja tuan, tinggalkan untuk kami
karena tuan pasti tidak memerlukan
yaitu:
Tuhan!
Jakarta, 1997