( 1 ) |
|||
( 2 ) berhentilah memenjaraku sebab jeruji besi dan sel pengurungku terletak di dalam dadamu sendiri tanpa bisa kemanapun kau pindahkan kalau kau usir kau pikir kemana aku hendak pergi sedang lubuk jiwamu itulah alam semestaku aku berumah di keremangan jiwamu bilikku tersembunyi di balik kesunyian nuranimu jadi berhentilah mendirikan tembok - tembok karena toh aku bukan gumpalan benda yang bisa kau kurung tak usah pula repot membakar dan memusnahkanku sebab toh hakekatku memang musnah dan tiada kau sang aku ini gerak atau semacam gerakan padahal tak kupunyai apapun yang bisa kugerakkan dan apabila kau jumpai bayangan gerak pada yang kau sebut aku hendaklah jelas bagimu bahwa hanya Tuhan yang sanggup memantulkan diriNya sendiri aku membesar - besarkanmu dan kau membesar - besarkanku kita saling merasa terancam oleh enerji yang mendesak - desak padahal ia hanyalah air nuranimu sendiri yang menggelombang dan sebagaimana udara yang berhembus ia berasal dari ruh uluhiyah kita sendiri kita saling memandang melalui metoda benda kita saling bersentuhan lewat tahayul peristiwa - peristiwa padahal di awal dan akhir nanti akan ternyata yang kita sangka kita bukanlah kita engkau bisa menangkap benda tapi geraknya luput dari kuasamu engkau bisa menghentikan peristiwa tetapi arusnya lolos dari cengkeramanmu engkau bisa membendung air tapi gelombangnya melompatimu ke masa depan engkau bisa membuntu udara tapi tenaganya memergokimu di tempat yang tak kau duga jadi sudahlah untuk apa kau bungkam mulutku sedangkan yang bersuara adalah mulutku untuk apa engkau stop langkahku sedangkan yang berjalan adalah sanubarimu sendiri sedangkan yang bergema adalah pekikan hatimu sendiri bergaung melintasi segala angkasa menembus seluruh langit mengatasi negara - negara dan propinsi - propinsi melompati kepulauan, samudera dan benua - benua maka untuk apa engkau bungkam suaraku karena toh kesunyian lebih berteriak dibandingkan mulutku untuk apa kau habiskan tenaga untuk membangun pagar dan rambu - rambu sedang setiap menjelang tidur selalu engkau diseret kembali oleh gelombang itu |
|||
EMHA AINUN NADJIB - 1994 |
disajikan
oleh :
1998
[ PUISI SEBELUMNYA ] [ PUISI BERIKUTNYA ]
[ RENDRA ] [ EMHA ] [ BUNG KARNO ] [
LAIN - LAIN ]