Prologue


Jerusalem yang tetap seperti biasanya. Sunyi, sepi… namun menyimpan banyak gejolak di sana-sini. Langit sudah gelap, jalan-jalan hanya diterangi oleh cahaya remang-remang dari lampu di sudut-sudut taman, dan itu cukup mem-buat Andy takut. Ia mempercepat langkahnya agar dapat pulang tepat waktu di apartemen kecilnya beberapa blok lagi.

Sesampainya di sana ia masuk ke dalam gedung dan menaiki tangga ke atas. Dirogohnya saku celana jeans-nya yang sudah agak lusuh untuk mengambil kunci apartemen, lalu dibukanya pintu dengan tangan kanan sementara yang kiri sibuk memegang barang belanjaan yang barusan dibelinya di supermarket.

Andy masuk ke dalam apartemen dan meletakkan seluruh belanjaannya di atas meja dapur. Sempat diliriknya jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan malam, kemudian ia langsung beranjak ke kamarnya di sebelah, mencari buah hatinya yang disayanginya melebihi apapun di dunia ini.

"James? James, kau ada dimana?" Ranjang berseprai putih itu masih terlihat rapi dan tak ada seorangpun yang terbaring di sana. Hatinya seketika menciut. "James?" Nada kekhawatiran tertangkap jelas dari suaranya. "Sweetie, where are you?" Setengah berlari ia melangkah ke ruang tamu, dan betapa lega hatinya ketika melihat seorang anak lelaki berambut pirang yang tengah terlelap dengan nyenyaknya di atas sofa.

Andy menghela napas dan menghampiri James. Anak itu tidur sambil menggenggam sebuah pigura foto dengan begitu eratnya. Di sana terpajang foto diri anak itu bersama ibunya tersayang saat mengunjungi amusement park em-pat bulan lalu. Ibunya yang selalu memperhatikan keadaannya walaupun harus pulang malam tiap hari karena peker-jaan yang menumpuk, ibunya yang cantik dan selalu membuatnya merasa tenang dan nyaman, ibunya yang setia mendongengkan cerita-cerita untuknya sebelum tidur, ibunya yang tak pernah letih bekerja untuk membiayai hidupnya sehari-hari, yang penuh cinta dan kasih sayang dan yang telah berjanji untuk selalu berada di sisinya sampai selama-nya; ia seorang ibu yang baik dan James sayang padanya.

Andy membelai rambut keemasan James dengan lembut. Diraihnya pigura dari tangan-tangan kecil James dan di-letakkannya benda itu di atas meja. Kemudian ia mengangkat tubuh mungil buah hatinya dan membawanya ke kamar tidur, menyelimutinya dan mencium keningnya untuk mengucapkan selamat tidur. "Have a nice dream, James... Mum-my loves you." katanya pelan.

Wajah James terlihat begitu manis. Ia memang masih seorang bocah kecil berusia empat tahun, tapi garis-garis tegas rahangnya sudah mulai nampak. Kedua bola matanya yang berwarna hijau kebiruan begitu tajam bagaikan e-lang dan bulu-bulu mata pirang nan lentik menghiasi sudut-sudut matanya dengan indah. Belum lagi hidung mancung dan bibirnya yang kemerahan, serta sepasang alis mata yang sempurna membingkai wajahnya; ia benar-benar bagai-kan seorang malaikat surgawi tanpa sayap, dan ia benar-benar bagaikan sebuah penjelmaan dari ayahnya.

Andy tak bisa mencegah perkembangan fisik James yang memang tanpa sadar terus bertumbuh menuruni sifat-si-fat ayahnya. Ia tak bisa mencegahnya. Bahkan terkadang anak itu sempat membuatnya terpana karena tak bisa mem-percayai apa yang dilihat oleh mata kepalanya sendiri. Ia begitu serupa dengan James...

Tiap kali Andy menatap buah hatinya, kenangan-kenangan masa lalu itu seakan bangkit dan menyelubungi kalbu-nya. Masa lalunya di London bersama keluarga dan sahabat-sahabat baiknya yang selalu ada di sana untuk menun-tunnya dalam kehidupan; Andy tak akan pernah bisa melupakan mereka. Jon yang sexy, Mike yang keren, Dennis yang dewasa dan Alvin yang lucu bukan main, Kris yang humoris dan baik, Henrita, Estelle, Mitchel, Rachel, Eileen, Gary, Anne, juga pemuda yang selama ini dikenalnya sebagai seorang kakak terhebat di dunia, Nick... dan tentu saja pemuda tampan yang telah mengubah hidupnya itu… Andy masih mengingat mereka dengan jelas sampai detik ini. Tujuh belas tahun pertama sekaligus terindah dalam hidupnya, dimana ia belajar untuk berbagi kasih sayang dengan semua orang yang dicintainya, mana mungkin ia dapat melupakannya?

Masa lalunya yang penuh kesedihan sekaligus juga penuh kegembiraan dan canda tawa, masa-masa indah yang tak akan pernah terulang kembali selamanya...



One
Home

[andie5] Copyright 1999-2002
Best viewed by IE 5, Netscape 4.0 or greater
1