Eunike
 EDISI 1 - 5  
 BUNDEL (Revised) 

Menu Utama


Daftar Isi
 Ibu Kartini Terperangkap di...

 Seperti Katak di Dalam...

 Air Susu Dibalas Air Tuba

 Anak-Anak Tidak Akan...

 Pengalaman kalau Salah..

 Antar Kita: Ibu Full Time...

 Tanya Jawab...

 Perkembangan Anak ...

 Menanamkan Konsep...

 Pujimu Ibunda Yang...


Email
Email:
emailbox@cbn.net.id

Potret Ibu:
Seperti Katak Di Dalam Tempurung

Suka Duka Ibu Rumah Tangga Full-Time

Komentar ibu-ibu KTB "Eunike"

"Sebelum menikah, saya adalah seorang gadis yang sangat aktif dan ‘out-going’. Saya bukan orang yang bisa diam dan melakukan kegiatan rutin tiap hari. Akan tetapi setelah menikah dan dikaruniakan seorang anak (sekarang berusia 2 tahun lebih), saya menyadari bahwa tugas terutama yang Tuhan berikan adalah mendidik anak saya sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Saya tidak bisa menyerahkan tugas pemeliharaan dan pendidikan anak ini kepada orang lain, karena anak saya bertumbuh cepat sekali dan saya tidak mau kehilangan kesempatan sedikit saja untuk menanamkan konsep-konsep iman kepada anak saya. Lagipula saya merasa kesempatan untuk mendidik anak saya yang masih Balita ini tidak bisa dijadwalkan. Kesempatan itu muncul secara natural dan spontan, kadang-kadang di pagi hari ketika baru bangun, kadang siang hari, dan kadang sore atau malam hari. Karena itu, saya sebagai seorang yang diberi tanggung jawab penuh oleh Tuhan, harus sedia setiap saat memberitahukan kehendak Tuhan di dalam segala situasi yang dihadapi anak saya."

"Saya harus akui bahwa tugas ini berat. Saya sering tergoda untuk meninggalkan tugas yang kadang menjenuhkan ini. Saya sering merasa kesepian dan merasa berbeda dari rekan-rekan lain yang sedang meniti karir."

"Saya sangat menganggap penting sekolah minggu. Karena itu saya selalu mencari kesempatan untuk menemani anak saya di sekolah minggu, kadang satu bulan sekali atau lebih. Di satu pihak saya merasa kehadiran saya sangat penting. Saya bisa mengetahui cerita yang disampaikan untuk bisa diulangi di rumah, saya juga bisa mendorong anak saya untuk aktif, dia juga merasa bangga dan aman dengan kehadiran saya, saya juga bisa melihat perkembangan anak saya di dalam hidup bergereja. Akan tetapi, di lain pihak saya merasa seperti makhluk yang aneh, karena di sekeliling saya adalah pembantu dan baby sitter. Kadang-kadang saya merasa: ‘koq saya sendiri?’ Tapi saya tau apa yang saya lakukan dan saya tahu itu adalah kehendak Tuhan yang harus saya jalankan." (ALS)

"Saya tinggal di Indonesia sudah hampir 3 tahun. Di Jakarta, 1 tahun. Selama tinggal di Jakarta saya merasa kesepian sekali. Saya senang bisa selalu bersama anak-anak saya selama bertahun-tahun, akan tetapi kadang saya ingin sekali bekerja lagi seperti dulu. Saya berdoa tapi Tuhan justru tidak memberi saya damai sejahtera untuk bekerja lagi. Saya merasa bahwa saya butuh dukungan rohani dari rekan-rekan ibu yang lain, supaya saya dapat memelihara iman saya dalam tugas saya sebagai ibu. Dan saya juga ingin menjadi berkat bagi anak-anak dan ibu-ibu lain." (SG)

"Ibu saya adalah seorang wanita yang sederhana. Dia tidak tahu banyak tentang teori pendidikan anak, akan tetapi dia memberikan hidupnya sepenuhnya untuk memelihara dan mendidik anak-anaknya sendiri. Hal itulah yang selalu menjadi kebanggaan saya. Saya tahu bahwa ibu sangat menyayangi saya, oleh karena itu ia memberikan seluruh waktunya untuk saya dan anak-anaknya yang lain. Kesetiaan ibu saya dalam mendidik anak-anak menjadi model bagi saya. Sekalipun saat ini saya belum dikaruniakan seorang anak, akan tetapi beban dan visi saya adalah untuk pendidikan anak. Saya rindu anak-anak dari keluarga Kristen bisa mendapatkan pendidikan rohani yang terbaik" (RR)

"Ketika saya mengandung anak pertama, saya mengalami keguguran. Oleh sebab itu, ketika saya mengandung anak kedua saya banyak mengurangi kegiatan. Waktu-waktu saya gunakan untuk membaca buku dan mempertajam visi saya. Semakin hari saya semakin menyadari bahwa kehendak Allah yang terutama di dalam pendidikan anak adalah di dalam Ulangan 6:6-8 - dilakukan di rumah secara intensif, natural, dan spontan. Saya juga makin menyadari bahwa tugas pendidikan anak adalah suatu panggilan yang sangat mulia. Mendidik anak di rumah tidak lah lebih rendah kadarnya dibandingkan dengan khotbah di stadion, jika dilakukan oleh orang yang diberi tugas untuk setia mengerjakannya. Saya merasa panggilan ini ditujukan untuk semua orang tua (Ibu sebagai pengasuh dan pemelihara; ayah sebagai pelindung dan pengajar yang menanamkan konsep iman yang kokoh). Tinggal masalahnya adalah bagaimana kita melakukan tugas ini di dalam kondisi hiruk pikuknya kota Jakarta." (JS)

Jika anda adalah seorang ibu rumah tangga full-time, anda dapat memberikan kontribusi berupa tanggapan, komentar, atau membagi pengalaman dan pergumulan anda kepada ibu-ibu yang lain melalui "Eunike".

Di dalam lembar ini kita juga akan mengadakan diskusi dan dialog mengenai:

  • Menanamkan konsep iman Kristen pada anak Balita di rumah.

  • Mengembangkan bakat dan karunia anak.

  • Mengatasi masalah-masalah pendidikan anak.

  • Berbagi suka dan duka menjadi ‘ibu rumah tangga full-time’

  • "Apakah saya mengubur talenta yang Tuhan berikan ?".


Saya menyadari bahwa saya perlu berdoa untuk anak-anak saya: untuk keselamatan mereka, untuk perlindungan Allah bagi mereka, untuk pertumbuhan karakter mereka.

Tapi saya juga perlu berdoa untuk orang-orang yang mempengaruhi hidupnya tiap-tiap hari: guru-guru mereka, teman-teman mereka, sahabat-sahabat mereka, dan diri saya sendiri.

Karen Scalf Linamen
The Parent Warrior



1