|
Ruang Tanya Jawab:
Anak Saya Kehilangan Semangat Belajar
|
elakangan ini anak saya mulai malas belajar. Dia tidak perduli dengan nilai yang jelek, dan bahkan keinginan sekolahpun tidak nampak. Ada orang yang mengatakan mungkin karena ia lelah, sejak usia 2 tahun saya sudah sekolahkan dia. Apa betul itu penyebabya ?
Jemaat GRII, Jakarta
Kita tidak bisa mengharapkan 'self-discipline' (disiplin diri) dari anak SD. Mereka masih membutuhkan orang tua yang mendorong, kadang-kadang mendesak mereka untuk disiplin belajar. Disiplin dari rumah inilah yang akan menjadi dasar disiplin diri pada usia dewasa nanti. Pada umumnya anak-anak tidak perduli dengan nilai jelek, karena mereka tidak berpikir mengenai akibat konkrit dari nilai jelek itu. Anak-anak membutuhkan sesuatu yang konkrit. Pujian dan hukuman konkrit masih dibutuhkan.
Jangan harapkan mereka mempunyai motivasi seperti orang dewasa.
Kita tidak bisa secara cepat mengambil kesimpulan bahwa penyebabnya adalah usia dini masuk sekolah. Setiap anak mempunyai kebutuhan berbeda. Ada anak-anak tertentu yang butuh tantangan yang lebih besar pada usia yang masih muda, dan ada anak yang masih belum siap. Yang terpenting adalah kita mengenal anak dan tidak memaksakan kehendak kita.
Ada beberapa kemungkinan yang perlu dipertimbangkan:
1. Suasana sekolah.
Mungkin guru atau teman-teman menyakitkan hatinya. Ada anak yang sangat sensitif dan cepat tersinggung. Mungkin ada sesuatu yang membuatnya tidak betah berada di lingkungan sekolah.
2. Suasana persaingan.
Mungkin orang tua sering memperbandingkan anak satu dengan anak lain. Jikalau ia selalu berada di pihak kalah, akhirnya ia malas untuk berjuang. Jadilah anak yang apatis.
3. Tuntutan.
Tuntutan orang tua atau sekolah yang melebihi kemampuan juda dapat membuat anak stress dan malas belajar.
4. Variasi aktifitas.
Sebagaimana sibuknya anak, ia tetap butuh waktu untuk bermain. Dunia anak adalah dunia bermain. Orang tua perlu memperhatikan keseimbangan antara waktu belajar dan bermain. Kadang-kadang orang tua harus rela menerima kenyataan bahwa anaknya "bisa-biasa" saja, demi kesehatan jiwa anak.