SEBELUM KELAHIRAN
|
Kaum pria hendaklah melenyapkan anggapan bahwa dengan membengkakkan perut isterinya berarti mereka sudah menjadi seorang lelaki. Dia harus berhenti dari anggapan bahwa dia sudah memperoleh kemenangan yang besar.
Kalau anda benar-benar mencintai isteri anda, maka kehamilannya adalah waktu yang bagus untuk menguji besarnya perhatian anda padanya. Anda harus memberi perhatian kalau isteri anda mengatakan, "anak kita sedang bergerak-gerak! Bangun dan peganglah perutku!" Anda harus menanggapi seolah-olah dia sedang menunjukkan suatu siaran ulangan pencetakan gol yang gemilang di layar televisi. Ingat bahwa tuntutan-tuntutan isteri anda untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang belumlah sebesar tuntutan-tuntutan bayi yang bakal anda hadapi.
Usahakanlah agar dia duduk di kursi yang nyaman; dan bantulah dia bangun dari kursinya bila tiba saatnya untuk pergi. Kalau tidak maka bisa-bisa anda akan berjalan sendirian di depan, sedangkan istri anda tetep berada di kursinya, sambil mengepak-ngepakkan kedua tangannya seperti hendak terbang, dalam usahanya untuk bangkit dari kursi.
|
PADA SAAT KELAHIRAN
|
Seperti semua pria lainnya, tentu saja saya tidak mengerti bagaimana rasanya kesakitan waktu melahirkan. Carol Burnett mengatakan, "Kalau anda ingin tahu rasa sakit pada saat melahirkan, peganglah bibir bawah anda dan tarik sampai ke kepala."
Ketika rasa sakit yang kedua menyerang, isteri saya berteriak dan mengangkat tubuhnya ke tempat penyangga kaki.
"Morfin!" jeritnya. "Beri saya morfin!"
"Tetapi, sayang," saya menjawab dengan manis, "Kau kan tahu bahwa morfin
"
"Kau tutup mulut! Kau yang menyebabkan semuanya ini!"
Dan pada saat kontraksi otot berikutnya, tak putus-putusnya dia mengharam-jadahkan diri saya di hadapan semua orang di dalam ruang persalinan itu. Kemudian dia melanjutkan pernapasan sementara saya terus memberi semangat. "Dorong! Dorong! Dorong!"
"Aku tidak mau mendorong lagi," katanya, "Bill, katakan pada mereka untuk memberi aku sesuatu."
"Tidak sayang, kursus melarang
."
"Aku tidak perduli pada kursus lagi!"
"Tapi kau bisa melakukannya!"
"He, lihat!" kata saya tiba-tiba. "Bukankah itu kepala si bayi?"
Bayi kami keluar. Saya dan isteri saya tiba-tiba berbagi saat yang paling indah dalam hidup kami berdua. Inilah yang kami minta-minta pada Tuhan; inilah saat yang kami ingin tahu kalau kami bisa melaluinya. Dan saya memandang bayi itu dengan penuh kasih sayang, sementara mereka mulai membersihkannya; tetapi dia tidak juga kunjung bagus.
Dan kamudian saya menghampiri isteri saya, mencium bibirnya dengan lembut, dan mengatakan, "Sayang, saya sangat mencintaimu. Kau baru saja melahirkan seekor tikus."
|
SETELAH KELAHIRAN
|
Tidak perduli berapa banyak penghasilan seorang ayah dalam sebulan, namanya selalu Ayah-Bolehkah Saya; dan ayah ini selalu bertanya-tanya apakah memang manusia-manusia kecil ini dilahirkan untuk ngemis. Saya membelikan anak-anak saya yang lima itu segala sesuatu bahkan juga kolam renang sendiri tetapi toh saya tetap mendengar "Ayah, bolehkah saya beli
. Ayah, bolehkah saya pergi ke
Ayah, bolehkah saya minta
" Orangtua akan cepat belajar bahwa entah berapa banyak uang pun yang mereka peroleh, mereka tidak akan pernah bisa punya uang cukup untuk membeli barang-barang yang diinginkan anak-anak.
|
Kalau seorang pria mempunyai anak, maka hal pertama yang harus disadarinya adalah bahwa dia bukanlah boss di rumahnya sendiri. Anda tidak diperbolehkan memberikan ijin pada mereka untuk apa saja. Hanya sekali saya melakukan kesalahan besar dalam memberi ijin. Salah satu anak saya menghampiri saya dan berkata, "Yah, apakah saya boleh pergi ke luar untuk bermain-main?"
Jelas, sayang," jawab saya, "Mengapa tidak?" Itulah saat terakhir saya bisa mengatakan mengapa tidak. Isteri saya menghampiri saya dan berkata, "Apakah kau memperbolehkan anak itu keluar?"
"Benar," kata saya.
"Ingat, lain kali kau harus tanya dulu pada saya. Anak itu sedang saya hukum."
Sejak hari itu, saya tahu kedudukan saya; dan setiap kali seorang anak mengatakan, "Yah, bolehkah saya
.. meskipun yah adalah panggilan untuk saya, saya selalu menjawab, Ibumu tadi berkata apa?"
Ironisnya, meskipun seorang ayah bukanlah boss di rumahnya, si ibu selalu berusaha menggunakannya sebagai ancaman: "Awas! Kalau nanti Ayah datang, dia pasti akan menembakmu dengan meriam persisi di kepala. Dan kali ini, Ibu tidak akan membelamu."
|
Ada satu suara anak-anak saya yang tidak bisa saya tahan; suara salah seorang dari mereka kalau sedang menangis. Dan tangisan yang paling menyayat tidak ditimbulkan oleh luka pada tubuh anak perempuan anda tetapi luka pada perasaannya. Mula-mula suara itu perlahan dan kemudian mulai terdengar mengiris-iris kalbu, bersamaan dengan keluarnya cairan dari berbagai lubang: matanya, mulutnya, dan hidungnya. Dengan susah payah anda berusaha menenangkannya sementara mengusap mukanya dan menanyai siapa yang membuat dia sampai menangis seperti itu. Tetapi niat anda untuk membunuh orang itu berubah setelah anda tahu bahwa orang itu adalah anak perempuan anda yang lain. Kemudian anda tahu bahwa tragedi itu terjadi karena saudara perempuannya melarang dia mengenakan salah satu syal ibunya. Dan dengan menceritakan tragedi tersebut membuat air mata lebih banyak keluar.
Segera, anda berpaling dari korban yang terus menangis ini dan memanggil kakak perempuannya
kemudian anda berlari kepada si ibu untuk menanyakan alasan mengapa syal itu tidak boleh dipakai sebentar saja. Sementara anda kembali kepada anak perempuan anda yang tadi menangis itu, hati anda merasa sangat iba terhadapnya. Tetapi ternyata, dia tidak saja sudah berhenti menangis, malahan dia sudah bermain dengan riang gembira dengan yang lainnya. Karena para ayah mengganti persneling lebih lambat daripada anak-anak yang menangis, anda masih akan merenungkan semua kejadian itu selama satu jam atau lebih, lama setelah anak kecil anda melupakannya. Sebut saja ini sebagai jurang pemisah kesedihan. Anggap saja ini sebagai bagian lain dari liku-liku menjadi seorang ayah: berusaha untuk menerima kesedihan dan kegembiraan.
|
(Sumber: Bill Cosby, "Peran Sang Ayah" (terj.), Jakarta: Mitra Utama, 1989)
'Tegas' dan 'meledak' adalah dua kata berbeda
Erick Kartawijaya
|