Eunike
 EDISI 8  
April - Juni 1997 

Menu Utama


Daftar Isi
 Bagaimana Menjadi Ayah ?

 Dibalik Panggilan "Papa...

 Tugas Ayah: Sebagaimana...

 Papa Ceria: Gigi

 Peperangan dimulai pada...

 Perkembangan Anak ...


Email
Email:
emailbox@cbn.net.id

Renungan Ayah
Dibalik Panggilan "Papa....!!"

Pdt. Johanes Lilik. S, STh


"Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan" (Efesus 6:4)

Sepulangnya saya dari pelayanan, istri saya bercerita bahwa anak kami yang kedua (usia 5 bulan) sudah mulai mengoceh: "Papa". Hati saya begitu berbunga, seolah-olah saya disadarkan dengan adanya suatu realitas unik di dalam diri pribadi saya. Di balik panggilan "papa…!!" saya mengalami pengalaman eksistensial yang unik, yang hanya dimiliki oleh kaum pria dan yang sudah mempunyai anak.

Anugerah Tuhan yang besar bagi seorang laki-laki adalah bahwa dia boleh menjadi seorang ayah. Ini adalah suatu pemberian yang mulia dan berharga dari Allah. Kesempatan untuk menjadi ayah harus dinikmati dan disyukuri. Disamping itu kita harus sadar, bahwa di dalam panggilan untuk menjadi seorang ayah terkandung banyak tanggung jawab dan tantangan yang berat. Seorang ayah mempunyai peranan yang unik, yang berbeda dengan peranan ibu, dan tidak bisa digantikan oleh orang lain.

Tanggung jawab dan tantangan seorang ayah bervariasi dan menarik, karena seorang ayah tidak dapat menyamaratakan perlakuannya terhadap anak laki-laki seperti ia memperlakukan anak perempuan. Seorang ayah juga harus menyadari bahwa setiap anak-anaknya memiliki sifat yang unik. Kegagalan seorang ayah seringkali timbul karena ia tidak menyadari keunikan anak-anaknya, sehingga yang timbul adalah amarah dan kebencian dalam hati anak-anaknya. Amarah juga bisa timbul di hati anak-anak jika sang ayah hidupnya tidak beres di mata anak-anak: tidak adanya konsistensi, kurang tanggung jawab, pemarah, bertingkah laku aneh, dan lain sebagainya.

Allah berfirman, "bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." Tanggung jawab yang terpenting dari seorang ayah adalah soal bagaimana ia dapat memimpin semua anaknya - tanpa ada yang tertinggal - masuk dalam karya penyelamatan Allah. Ini melampaui tanggung jawab seorang ayah untuk memberi makan anak-anaknya, juga lebih dari sekedar menyekolahkan mereka. Untuk memimpin anak-anaknya masuk dalam karya penyelamatan Allah, seorang ayah sebagai pemimpin keluarga harus:

  • Menjadi pendoa syafaat bagi istri dan anak-anaknya.
  • Berkorban dan bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
  • Melindungi dan memelihara seisi keluarganya bagi kemuliaan Allah.
  • Mempersembahkan seluruh isi keluarganya di bawah keTuhanan Kristus untuk taat beribadah dan melakukan Firman Allah.
  • Mengajarkan kebenaran-kebenaran iman tentang Allah, kehendakNya dan relasiNya dengan manusia.
  • Menyaksikan Injil Kristus bagi keluarganya supaya seisi keluarganya percaya.

Memang berat menjadi seorang ayah … tapi juga indah! Seorang laki-laki menikah, dikaruniai anak menjadi seorang ayah. Mungkin seolah-olah semuanya atas pilihan sendiri. Tapi sesungguhnya penetapan posisi sebagai ayah telah direncanakan dan ditentukan oleh Tuhan. Dengan demikian, dibalik panggilan "Papa…!" ada anugerah yang indah untuk dinikmati dan ada tantangan dan tanggung jawab yang menakjubkan. "Selamat menjadi seorang ayah yang berkenan di hati Allah!"


1